Chapter23

6.1K 372 8
                                    

"Li."

"Hm."

"Gue pusing deh." ujar Prilly, berhasil menarik perhatian Ali yang sejak tadi terfokus pada acara pertandingan sepak bola didalam televisi jadi beralih menatap Prilly yang juga sedang menatapnya dengan wajah memelas.

Ali menempelkan punggung tangannya keatas dahi Prilly. Sedikit panas tapi tidak terlalu panas. Tangan Ali beralih memegang leher Prilly, rasanya lebih panas dari dahi Prilly tadi.

"Sejak kapan pusingnya?" tanya Ali dengan wajah cemasnya.

"Baru aja tadi."

"Minum obat ya?"

Prilly menggeleng lemah. Melihat Prilly yang tak mau meminum obat, dengan sigap Ali menarik Prilly dalam dekapanya kemudian memijit pelipis gadis itu agar sedikit mengurangi rasa pusing yang dia rasakan.

Prilly sejenak memejamkan mata untuk meresapi pijitan Ali. Ternyata lumayan sedap pijitan Ali, ia harus memberi saran agar Ali membuka usaha pijat kalau begini.

"Masih pusing?"

"Sedikit."

"Kayaknya lo salah makan deh, suapa tau lo makan spiner jadi pusing kayak gini kan." canda Ali, jujur pria itu memang sangat mengkhawatirkan sahabat yang saat ini berada dalam dekapannya. Karena rasa kekhawatiran Ali tak bisa tertutupi.

"Enak aja." protes Prilly bernada lemas bahkan pukulan tangannya pun tak terasa sama sekali pada dada bidang Ali.

Ali sedikit menunduk untuk menatap Prilly yang berada dalam dekapannya sedangkan gadis tersebut sedikit medongakkan wajahnya hingga mereka saling menatap satu sama lain.

"Bisa gak, lo sayangi diri lo sendiri. Lo gak perlu mikirin kesehatan orang lain kalau lo gak bisa mikirin kesehatan lo sendiri. Gue cuma gak mau lo sakit." cecar Ali bernada lembut namun sedikit bersuara tegas pula, membuat Prilly tersenyum simpul karena ia tahu Ali masih memperdulikan dirinya.

"Maaf." satu kata lolos dari mulut Prilly.

Di kecupnya puncak kepala Prilly dengan sayang kemudian mendekap tubuh Prilly dengan erat.

"Li."

"Hm." jawab Ali tanpa mengubah posisinya yang masih mendekap Prilly.

"Lo gak apa-apa kan temenin gue disini, gue pengen tidur dipeluk sama lo." pinta Prilly.

Ali menggeleng pelan kemudian mempererat dekapannya pada Prilly. "Nggak apa-apa kok, gue ada buat lo."

Setelah mendengar persetujuan dari Ali, Prilly pun menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria tersebut. Gadis itu terlihat nyaman berada dalam posisinya membuat Ali terkekeh kecil ketika Prilly dengan sengaja menciumi aroma tubuhnya.

Puas menciumi aroma tubuh Ali, Prilly pun menempatkan kepalanya diatas paha Ali sebagai bantalan. Rasa pusing itu masih ada, tapi ini lebih baik dari pada tadi.

Prilly menatap setiap sudut wajah Ali yang memiliki karisma tinggi, dibalas senyuman manis oleh pria berbulu mata lentik itu. Ali senang jika Prilly menatapnya lebih dalam dari biasanya, entah mengapa mata hazem milik gadis itu membuat Ali merasa nyaman dan selalu terhanyut kedakam dimensi buaian.

Setelah puas bertatap-tatapan tanpa bersuara, Ali pun memutuskan untuk kembali menonton pertandingan bola dalam layar televisi dengan satu tangannya masih memijat pelipis Prilly sedangkan tangannya yang lain mengelus-elus tangan Prilly dan terkadang menggenggam tangan mungil tersebut. Padahal sekarang sudah pukul 1 pagi, tapi keduanya masih juga belum merasakan kantuk.

Besok gue gak sekolah deh." ucap Prilly tiba-tiba, membuat Ali sedikit membungkukkan lehernya agar menatap Prilly dengan jelas yang tengah tertidur dalam pangkuannya.

Janji Ali Untuk PrillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang