Chapter4

8.5K 541 3
                                    

Ali baru saja memarkirkan mobilnya digarasi setelah mengantar Amel kerumahnya selanjutnya ia melenggang masuk kedalam rumah sambil melempar-lemparkan kunci mobilnya keudara seraya bersenandung kecil.

"Baru pulang, Li."

Ali menoleh keasal suara, Maminya sedang menyiapkan makan malam dimeja makan. Ali mengurungkan niatnya menaiki tangga dan beralih berjalan menghampiri Sonya yang masih berkutat dengan piring dan garpu disana.

"Iya, nih, Mi." Ali mencium punggung tangan Maminya itu, reflek Sonya pun mengelus kepala putra kesayangannya.

"Prilly juga baru pulang?"tanya Sonya setelah Ali selesai melaksanakan ritual mencium punggung tangan ibu setelah dan sebelum berpergian.

"Nggak lah, Mi. Prilly udah pulang dari jam 2 tadi." Ali mencomot tempe goreng yang Sonya hidangkan diatas meja makan.

"Lho, emang kamu ada jadwal latihan basket? Biasanya juga Prilly ikut nemenin latihan kamu, kan?"

Glek! Ali menelan sisa kunyahan tempenya didalam mulut. "Ali gak latihan basket, Mi. Ali jalan sama temen."

"Siapa? Kok, Prilly gak ikut."

Sonya selalu saja bersikap seperti ini pada Ali. Heran, sebenarnya yang anak kandung Sonya itu Ali apa Prilly.

"Amel, Mi. Masa Ali mau nge-date ajak Prilly segala."

Sonya menaikan sebelah alisnya. Ali memang sering bercerita tentang semua gebetannya dan Amel adalah gebetan terbaru dari putranya. Sonya menggelengkan kepala melihat kelakuan putra semata wayangnya tumbuh menjadi pria playboy.

"Sok laku lo, Li. Kena karma baru tahu rasa!" Ali mendapat semprotan pedas dari Alya putri kandung Sonya satu-satunya, yang tiba-tiba saja berada samping kanan Ali dan terduduk disana.

"Emang adik lo ini laku, kak. Harusnya kak Alya bersyukur punya adik gantengnya gak ketulungan kayak gue ini."

Alya memutar kedua bola matanya malas. Iya, malas mendengar ocehan kepedean dari adik bungsunya itu. Dan Alya lebih memilih melahap tempe goreng yang ada ditangan Ali, hingga membuat pria itu terkejut. Bukan terkejut karena tempe gorengnya habis tapi lebih takut jika nanti Alya salah-salah menggigit tangannya.

"Ih masih banyak juga. Ambil kek sendiri. Harus ya, makan bekas gigitan orang ganteng?"

Alya menyipitkan mata kearah Ali. Dilawannya dengan tatapan tajam dari mata hitam legam milik Ali.

"Pelit banget, sih." Alya beralih membalikkan piring didepannya lalu menyiuk nasi, menaruhnya diatas piring, dan memberi lauk-pauk sebagai teman nasi tersebut.

"Biarin."

"Udah-udah. Dimeja makan itu gak boleh ribut. Makan yang bener, terus pada mandi." cecar Sonya.

"Emang kak Alya belum mandi, Mi?" Ali menatap Alya. Sedangkan Alya cengengesan sembari memperluhatkan deretan gigi putihnya dengan mulut penuh makanan.

"Dih ngapain aja lo dirumah."

Glek! "Gue baru balik ngampus kali."

"Jorok!"

"Biarin!"

"Ali... Alya.."

Sekejap keduanya bungkam dan melanjutkan makannya dengan baik dan rapih.

***

"Ahhhh.. Akhirnya selesai juga."

Ali menghempaskan tubuhnya keatas ranjang king size bernuansa club sepak bola internasional favorite pria tersebut, Barcelona.

Janji Ali Untuk PrillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang