Chapter11

6.6K 390 2
                                    

"Aaaa... Ali.... Ini indah banget." pekik Prilly yang baru saja turun dari mobil Ali.

Ali membawa Prilly kesuatu tempat yang sulit diungkapkan keindahannya. Hamparan gedung pencakar langit yang terlihat seperti mainan, sangat kecil. Pepohonan berdiri kokoh ditempatnya, tak lupa burung-burung yang berterbangan kesana kemari diiringi kicauan merdu dari setiap burung. Dan juga langit terlihat lebih dekat dari atas sini.

Bisa disebut bukit, tapi ini lebih tinggi. Bisa disebut gunung, hanya saja ini lebih rendah.

Prilly memejamkan mata membiarkan udara yang masih segar disekelilingnya masuk kedalam kerongkongan dan berakhir di paru-paru.

Ali memperhatikan tiap gerakan yang Prilly lakukan. Entah mengapa melihat sahabat gadisnya tersenyum membuat kebahagiaan tersendiri bagi Ali. Mungkin sejak dulu Ali terbiasa bersama gadis itu dan melihatnya tersenyum. Jarang sekali Ali melihat Prilly menangis, apa lagi menangisi seorang pria. Ali rasa Prilly tak punya gebetan atau tambatan hati yang akan dijadikan kekasih olehnya.

Entah dorongan dari mana, Ali memeluk Prilly dari belakang, dan menjadikan bahu Prilly sebagai oenopang dagunya yang indah. Ali jarang bersikap semanis ini pada gadis itu, tapi bukan berarti mereka tidak pernah melakukan hal manis seperti saat ini.

Prilly yang tadi terkejut, mulai terbiasa malah tangan mungil itu kini menggenggam tangan kekar Ali yang melingkar indah diperutnya yang rata.

"Lo suka?" tanya Ali yang masih berada dalam posisinya.

"Banget." jawab Prilly antusias kemudian membalikkan tubuhnya sendiri menatap Ali tanpa melepas tautan tangan pria tersebut.

"Lo harus sering-sering kek ajak gue ketempat-tempat kayak gini. Yang banyak pohon, banyak burung, ngeliat pemandangan indah. Jangan ke mall gue gak terlalu suka. Tapi kalau sekali-kali gak apa-apa biar gue bisa abisin tabungan lo." celotehan Prilly membuat Ali terkekeh.

"Udah ngomongnya?" Ali menaikan sebelah alis matanya pada Prilly, membuat gadis itu tersipu malu karena Ali berkata lebih manis dari biasanya.

"Gue kebanyakan ya ngomongnya."

"Udah biasa kok." jawab Ali sambil terkekeh lagi.

"Ih, Ali." Prilly memukul-mukul dada bidang Ali, tangan mungil Prilly tak berhasil membuat Ali kesakitan, malah Ali merasa geli ketika tangan mungil milik Prilly menempel-nempel indah pada dada bidang miliknya.

Setelah merasa cukup Prilly pun berhenti memukuli dada pria tersebut. Bagaimana tidak merasa capek, bukannya merasa sakit Ali justru cekikikan sewaktu Prilly memukuli dada bidangnya.

"Udah puas?"goda Ali.

Prilly hanya tersenyum kemudian berlalu dan mengambil posisi duduk dihamparan rumput yang terlihat masih pendek. Disusul oleh Ali yang kemudian duduk disebelahnya.

Prilly merasakan keberadaan Ali disampingnya memilih untuk menempatkan kepala didada bidang milik Ali, yang selalu berhasil membuatnya nyaman.

Ali merasa Prilly ingin bermanja-manja bersamanya mulai merengkuh tubuh mungil Prilly hingga gadis itu mencari posisi nyaman. Sudah lama Ali tidak memanjakan Prilly seperti ini, mereka lebih sering terlibat pertengkaran lucu yang membuat mereka saling mengerti dan semakin dekat.

"Li."

"Hm."

"Thanks ya."

Ali sedikit menundukkan kepala agar menatap wajah Prilly yang sedang bermanja-manja didalam rengkuhan tangannya.

"Makasih buat apa?"

"Makasih udah mau ajak gue ketempat seindah ini. Padahal gue banyak ngerepotin lo. Gue sering bikin lo kesel, tapi lo tetep kasih gue hal terindah kayak sekarang."

Janji Ali Untuk PrillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang