Chapter14

5.5K 352 3
                                    

Author POV.

Prilly berlari kecil menghampiri Jain yang terlihat tengah meneguk air mineralnya dibawah pohon. Ia rasa latihan sudah selesai, hanya tinggal beberapa anggota taekwondo yang masih tersisa dilapangan, yang lainnya entah kemana.

Prilly terlalu lama mengisi perutnya dikantin, ditambah Ali yang selalu menahan Prilly saat ia hendak pergi untuk berlatih kembali. Dengan berbagai macam alasan Ali yang akhirnya Prilly pasrah dan menurut saja.

"Jain." seru Prilly.

Mendengar namanya diserui, Jain pun menoleh seraya menutup kembali botol minumnya.

"Sorry ya, ini hari pertama gue masuk ekskul taekwondo, tapi gue malah ngecewain lo." Prilly menundukkan kepalanya menyesali apa yang sudah ia lakukan. Ini salah satu trik Prilly untuk menarik perhatian Jain, karena Jain sudah resmi menjadi daftar gebetan dalam list nya.

"Gak apa-apa, kok. Wajar aja, cewek kayak lo mana tahan ikut ekskul taekwondo."

"Tapi gue masih jadi murid lo kan?" Prilly manatap Jain dengan penuh harap.

"Gue gak pernah ngeluarin anggota yang udah resmi masuk ekskul taekwondo ini."

Seketika Prilly menarik tangan Jain lalu membawanya berayun-ayun antusias. Antusias karena Prilly tak jadi kehilangan nilai kelulusannya, dan pusing mencari ekskul baru untuknya lagi. Setelah itu ia lepaskan kembali tangan Jain dan beralih menyatukan tangannya didepan dada.

"Aduh makasih banget ya, Jain. Lo emang bener-bener coach taekwondo terbaik didunia deh. Gue gak perlu mohon-mohon dulu biar lo mau nerima gue jadi anggota lo dan lo gak mukul gue buat kesalahan gue yang hampir patal tadi."

Jain hanya menyuingkan senyum simpul tanpa mau berkomentar.

"Eh ada Prilly."

Prilly menengokkan kepala dan menautkan alis matanya kearah suara yang menyerukan namanya tadi. Ia tak kenal siapa yang menyerukan namanya, wajahnya asing. Padahal mereka satu sekolah, tapi Prilly tak mengenali semua anggota taekwondo, baru Jain saja yang ia kenal.

Mungkin Prilly terlalu banyak menghabiskan waktunya bersama Ali, jadi ia tak sempat memperhatikan satu persatu wajah teman-teman sekolahnya yang lain.

"Oh iya, gue Ferdi."  Ferdi mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan siapa namanya setelah ia menyadari kalau Prilly tak mengenalinya.

"Prilly." Prilly membalas uluran tangan Ferdi, beberapa saat kemudian ia melepaskannya lagi.

Mata Prilly menilai diri Ferdi. Setelah dilihat-lihat wajah Ferdi lumayan tampan, Ferdi juga bisa masuk dalam list gebetannya jika Jain tidak mau menerimanya nanti.

"Lo kenal gue tapi gue kok gak kenal sama lo ya, heheh." kata Prilly diiringi cengiran yang memamerkan deretan gigi putih nan rapihnya.

"Iyalah, lo kan sibuk sama Ali."

"Lo kenal Ali?"

"Siapa sih yang gak tau kapten basket yang berkali-kali bawa nama sekolah dan keluar sebagai juara ditambah dia most wanted seantero sekolah juga, kan?"

Prilly mengangguk dan tersenyum bangga pada sahabat tengilnya itu, ternyata Ali seterkenal itu dan sehebat itu dimata anak-anak sekolah. Tapi andai saja mereka tahu sikap jahil dan pecicilan Ali terhadapnya, mungkin dia tidak hanya memuji Ali tapi juga mencelanya.

"Tapi sayang ya, dia playboy. Adik gue aja pernah dia PHP-in."

Seperdetik kemudian Prilly terbahak mendengar pernyataan dari Ferdi, akhirnya mereka menyadari sisi buruk Ali.

Janji Ali Untuk PrillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang