Seorang penyihir berpakaian serba hitam turun merobek lapisan awan. Penyihir itu melesat cepat di atas gunung Gaat. Tidak jauh di belakang penyihir itu, seekor burung hantu ungu mengejarnya. Ketemu! burung hantu itu membantin kepada Yohana.
Bagus Albert! Kejar! balas Yohana selagi ia mendaki gunung Gaat. Sebuah kristal hijau kecil melayang di depan Yohana. Kristal itu menerangi jalan Yohana dengan cahaya mistisnya. Yohana berjalan di bawah rimbun Gaat, sehingga buruan mereka tidak menyadarinya. Sementara Albert terus menyibukkan penyihir itu.
Penyihir itu menengok ke belakang dan sebuah buku tebal bersampul hitam tercipta di hadapan si penyihir. Aura sihir membalut buku dengan sampul bercorak trisula. Ia merapal dan buku tebal itu terbuka, halaman buku itu berbalik-balik tak karuan. Tak lama, dari sebuah halaman buku tercipta bola hitam. Bola hitam itu meluncur ke Albert. Albert mengelak menghindari serangan penyihir. Dan tiga bola sihir kembali penyihir itu tembakan. Namun Albert mengelit setiap serangan dengan mudah.
Nyonya di mana, kau? sindir Albert kepada Yohana.
Setelah beberapa saat, Yohana akhirnya tiba pada puncak Gaat. Sabar, balas Yohana selagi mengatur napas yang terengah-engah. Yohana menyingkap tudung jubah biru yang menyembunyikan paras seputih salju. Sebuah liontin perak menyerupai pusaran angin dengan permata garnet pada pusatnya, menggantung pada leher Yohana. Mata biru Yohana terus mengikuti gerakan buruan mereka. Ia mulai merapal dan diagram sihir pada sarung tangan kulit merahnya berkilat-kilat.
Api merekah dari sarung tangan Yohana. Yohana melayangkan tinju kanan ke arah penyihir itu. Dan lima bola api melesat dari tinju Yohana. Bola-bola api Yohana meluncur secepat kilat ke arah penyihir itu.
Penyihir yang sibuk dengan Albert tidak menyadari serangan Yohana. Lima dentaman memenuhi angkasa begitu serangan Yohana telak menyerbu si penyihir. Dua serangan pertama berhasil mengoyak perlindungan sihir si penyihir. Perisai tak kasat mata yang menyelubungi penyihir itu pecah bagai serpihan es. Dan tiga serangan terakhir Yohana menghajar tubuh penyihir. Penyihir itu memekik perih sebelum terjun bebas tak sadarkan diri.
Bagus! puji Albert, melihat lawan mereka mendarat ke badan gunung Gaat. Yohana beranjak dari sana, kembali menyelinap ke dalam lebat pepohonan. Kini Yohana dan Albert harus memeriksa mayat dari penyihir itu sebelum binatang buas melahapnya.
Tiba-tiba, wajah Yohana menegang. Yohana merasakan aura jahat mendekat di atasnya. Yohana mengenyakkan diri dalam kengerian dan bersembunyi di balik pohon pinus. Jantung Yohana berdebar kencang, tapi ia memberanikan diri menyilik ke arah aura itu berasal. Kedua mata biru Yohana mendapati sosok hitam melintas di atas kepalanya.
Azmot, pikir Yohana begitu mendapati sosok hitam itu melayang menuruni Gaat. Mata Yohana tidak mungkin salah mengenali Azmot. Monster yang datang ke Aleasah sepuluh tahun lalu dan merengut kedamaian di Aleasah selama tiga tahun lamanya.
Apa? tanya Albert dengan hubungan batin mereka. Albert sudah jauh di depan Yohana. Sembunyi Albert! pinta Yohana sembari mengikuti Azmot dengan matanya. Albert menyelam ke dalam hutan. Dengan hati-hati, Albert menengok ke belakang dan mendapati sesosok monster melesat ke arahnya. Dengan panik, Albert bertengger pada batang pohon. Albert mematung dan memejamkan mata, bagai sedang tidur.
Beruntung sekali, Azmot melewati burung hantu itu begitu saja. Setelah Azmot terbang cukup jauh, Albert memberanikan diri mengintip dengan satu mata. Begitu mendapati Azmot telah jauh darinya, Albert segera mengepakkan sayap cepat-cepat. Albert mengangkasa dan terbang mencari Yohana. Yohana... kita harus kabur!
Yohana berderap menuruni gunung. Tangan Yohana gemetar dan berkeringat. Jantungnya berdetuk kencang seakan mau copot. Namun Yohana tetap memberanikan diri untuk mengikuti monster itu. Monster yang telah menghancurkan kota kelahirannya. Tidak... kita ikuti dia!
Hei, jangan bodoh!
Kau tahu aku lebih baik dari siapa pun.
Albert mengumpat kesal. Dengan sangat terpaksa, Albert menuruti kehendak Yohana. Albert melambung rendah di atas gunung Gaat dan membuntuti Azmot dari kejauhan.
Setelah melalui gunung Gaat, Azmot berhenti tepat di atas Nizar. Sebuah desa kecil dengan puluhan rumah kayu saling berhimpitan. Desa itu begitu sunyi tanpa seorang pun yang berlalu-lalang. Cukup lama, Azmot melayang di sana, memandangi malam terakhir desa itu.
Azmot mulai merapal. Perlahan, api berkobar pada kedua lengannya. Azmot membuka telapak tangan kanan. Api yang berkobar pada lengan Azmot menjalar ke telapak tangan kanannya. Api berputar dan berhimpun membentuk bola api raksasa.
Azmot menampar bola api itu dengan tangan kirinya. Bola api raksasa itu pecah menjadi ratusan bola-bola api kecil. Ratusan bola-bola api kecil itu berpencar ke segala arah dan menghujani desa Nizar. Api mulai melahap rumah-rumah dan para penduduk desa terbangun oleh derak-derak rumahnya. Mereka berlarian keluar rumah yang mulai terbakar. Sementara sebagian sudah terperangkap di dalam rumah yang terbakar. Laungan minta tolong bersahut-sahutan dari segala penjuru desa. Namun tidak ada yang dapat menolong mereka.
Mereka yang berhasil keluar dari rumah, mendapati Azmot melayang di atas desa mereka. Nama Azmot berkumandang dalam kengerian itu. Mereka mencoba melarikan diri keluar dari desa. Namun api Azmot telah memagari desa mereka. Mereka telah terjebak tanpa jalan keluar. Mereka menjerit dalam ketakutan, kemarahan, dan kepanikan.
Oh, tidak! Albert mendarat pada batang pohon ek. Albert menyaksikan kehancuran desa itu dari jauh. Azmot, makhluk yang sanggup memporak-porandakan Aleasah, tidak mungkin dapat Albert dan Yohana kalahkan. Tiba-tiba, sesosok bayangan tertangkap sudut mata Albert. Ada yang selamat, Albert membatin kepada Yohana.
Yohana baru saja tiba di bawah pohon Albert bertengger. "Bagus," balas Yohana yang kecapaian. "Sela-matkan dia," lanjutnya terbata-bata.
Albert mengepakkan sayap dan mengejar perempuan itu. Albert mendahului perempuan itu dan berubah wujud menjadi bocah laki-laki. Albert mengenakan jaket ungu tebal dan topi baret hijau yang menutupi sebagian rambut emas bergelombangnya.
Albert mendarat tepat di depan perempuan itu dan memeluknya. "Berhenti!" seru Albert dan merobohkan perempuan itu pada ladang gandum. Perempuan itu meronta-ronta dalam kepanikan dan ketakutan. Albert terus menahannya di bawah dan membekap mulut perempuan itu dengan telapak tangan. "Jangan bersuara!" bisik Albert, takut Azmot akan menyadari keberadaan mereka.
Tidak lama, Yohana datang menyusul. Dengan cepat, Yohana merapal dan menyentuh kening perempuan itu. Perempuan itu langsung tertidur pulas berkat sihir Yohana. Yohana berbalik dan memandangi api yang mulai menyambar ladang. Pandangan Yohana beralih ke Azmot. Mata Yohana berkaca-kaca penuh sesal.
"Ayo pergi," bisik Yohana dengan berat hati. Kali ini Albert sangat setuju. Albert menggendong perempuan itu. Walau tubuh Albert kecil, tetapi kekuatan dari para jelmaan sihir tidak kalah dari manusia dewasa.
Jeritan-jeritan minta tolong tak hentinya mengaung di belakang Yohana. Langkah Yohana terhenti, ia kembali menengok ke arah Nizar, dan menyesali ketidak-berdayaannya. Albert berhenti, menunggu Yohana. "Kita bisa mati jika Azmot menemukan kita," ucap Albert dengan pelan. "Tidak ada salahnya mundur, selagi kau bisa."
Dengan berat hati, Yohana melangkah menjauh dari desa itu. Azmot seharusnya sudah binasa tujuh tahun. Kenapa dia ada di sini? pikir Yohana sembari mengikuti Albert kembali ke gunung Gaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Aleasah Heroes - Book 1 -
Fantasy(Telah terbit) Lima tokoh, lima petualangan, dalam satu kisah. Ranor, pemuda yang memburu Azmot untuk membalaskan kematian keluarganya. Yohana, penyihir yang bertualang menjaga kedamaian di Aleasah. Sa Mair, pemimpin kaum raksasa yang menjelajah un...