Deburan ombak dan pekik burung camar berselang-seling memenuhi siang itu. Sebuah kapal layar baru saja bertolak dari dermaga Dylan, kota pelabuhan tidak jauh dari Nizar. Kapal yang ditumpangi Ranor itu menuju ke Oslum, kota di bagian barat Aleasah.
Risa menghampiri Ranor yang bersandar pada pagar kayu kapal. Risa memandangi wajah lesu Ranor. Sementara Ranor menatap jauh ke gunung Gaat, membayangkan desanya yang berdiri di balik gunung itu.
"Ya," sapa Ranor saat menyadari kehadiran Risa.
Risa diam agak lama, sementara angin kencang meniup-niup rambut ikal coklatnya. "Bibi pasti sudah ketemu paman," ucap Risa, memandangi gelombang ombak yang pecah menghantam badan kapal.
"Pasti," balas Ranor, "dan berkumpul sama papa, mama, juga kak Raymond." Ranor menghela napas yang terasa sangat menyakitkan. Hati Ranor terasa hampa dan tercabik-cabik.
Tubuh Risa gemetar dalam sedu sedan. "Kenapa, kenapa ini terjadi?" isak Risa. Spontan Ranor memeluk Risa dan membiarkan sang adik menangis dalam pelukannya. Risa menoleh ke Ranor dengan pipi yang basah dan mata yang memerah. "Apa salah kita, kak?" tanya Risa.
Ranor tak mampu berkata-kata. Apa yang ditanyakan Risa telah ia tanyakan ribuan kali dalam benaknya. Namun tak satu pun jawaban ia dapatkan. Semua kemarahan dan kesedihan, ia tujukan kepada Azmot. Hanya dengan membalaskan dendam pada Azmot, Ranor baru akan puas.
Tidak lama, Yohana dan Albert menghampiri mereka. "Hei," sahut Albert, melompat dan duduk pada pagar kayu kapal. "Setelah dari Oslum, kita pergi Sevan. Kalian akan aman di sana," tutur Albert berusaha menghibur mereka.
"Kemana pun asal adikku aman," sahut Ranor mengelus rambut Risa yang tenggelam dalam pelukan Ranor. Hanya Risa yang tersisa dari keluargaku, takkan kubiarkan siapa pun melukainya, pikir Ranor.
"Betul," sahut Albert. Pandangan Albert berubah serius karena ia mengerti apa yang Ranor rasakan.
"Ranor, kemari sebentar," pinta Yohana sebelum menjauh dari mereka.
Perlahan Ranor melepas pelukannya. Ranor memandangi wajah merah Risa. "Tunggu ya," ucap Ranor dengan lembut, sebelum mengikuti Yohana.
Ranor dan Yohana berjalan ke ujung geladak kapal, jauh dari keramaian. "Kau mau bergabung dengan Chadavis?" tanya Yohana sementara tempias air laut menerpa wajahnya.
"Ya, aku akan ikut kalian memburu monster itu!"
Yohana mengamati Ranor dengan pandangan menyelidik. "Azmot sangatlah kuat," ucap Yohana.
"Aku... aku harus mengalahkan monster itu," bela Ranor dengan suara parau. Ia menatap Yohana dengan tajam dan napasnya menjadi-jadi.
Yohana menghela napas dan berucap, "Tekad kuat tanpa kemampuan hanya omong kosong." Ranor meradang penuh frustrasi. Ia meninju pagar kapal saking kesalnya. Namun Yohana tak terpengaruh sama sekali. "Kabar mengenai Azmot telah aku sampaikan ke Sevan. Para ketua akan mengambil tindakan," jelas Yohana.
Ranor menggeleng. "Chadavis! Kalian seharusnya mencegah Azmot kembali!" geram Ranor dengan penuh dendam. "Dia, dia sudah merebut orang tua dan kakakku!" Ranor jatuh berlutut seakan kehabisan tenaga. Air mata meliuk-liuk mengikuti kontur pipi Ranor. "Sekarang dia datang. Dan... desaku!" isak Ranor dengan kata yang bergetar dan memeluk dirinya seakan kedinginan. "Ini salah kalian!" sergah Ranor dengan tatapan berbisa ditujukan pada Yohana.
Terpancing dengan ucapan Ranor, Yohana memasang tatapan serius dan menggigit ujung bibirnya. "Kami melakukan yang terbaik untuk menjaga Aleasah!" Yohana beranjak meninggalkan Ranor dan berhenti beberapa langkah di depan Ranor, "Jangan buat aku menyesal membawa kalian!" geram Yohana sebelum meninggalkan Ranor.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Aleasah Heroes - Book 1 -
Fantasy(Telah terbit) Lima tokoh, lima petualangan, dalam satu kisah. Ranor, pemuda yang memburu Azmot untuk membalaskan kematian keluarganya. Yohana, penyihir yang bertualang menjaga kedamaian di Aleasah. Sa Mair, pemimpin kaum raksasa yang menjelajah un...