Tagir memuntahkan kentang dari mulutnya dan mulai berlari. Dua orang berlari memburu Tagir. Mereka berteriak-teriak sambil mengayunkan pisau dapur. Tagir berbelok ke salah satu gang dan memanjati barisan peti dan tong dengan lincah. Ia mengenyakkan diri di atap rumah itu. Beberapa genting pecah tak kuasa menopang berat Tagir dan tidak sedikit yang berjatuhan. Lantas menarik perhatian pemilik rumah yang melongok dari balik jendela, sambil mengumpat kesal ketika mendengar derap seseorang di atap rumahnya.
Kedua pengejar yang baru tiba di pertigaan, melayangkan mata-mata berbisa ke arah Tagir. "Turun kau, pencuri!" seru kedua pengejar itu dengan kesal. Pengejar pertama, yang berbadan kurus, memanjati susunan peti dan menyusul Tagir di atas rumah. Pengejar kedua mengikuti Tagir dari bawah dan tak melepaskan pandangan dari Tagir. Sementara tuan rumah semakin meradang dengan ulah mereka dan melaung-laung penuh ancaman.
Celaka, pikir Tagir kesal. Tagir tak punya pilihan, ia berderap dengan langkah ringan di atas atap rumah itu. Ia tidak sudi tertangkap di sini, perjalanannya masih sangat jauh. Di belakang, pengejar pertama mengarungi atap dengan hati-hati. Namun setiap jejak si pengejar pertama selalu diiringi dengan pecahan genting, pria itu tampak gugup dan semakin melambat.
Langkah Tagir terhenti begitu ia tiba di ujung dari atap itu. Ia menoleh ke belakang dan mendapati pengejar pertama telah berada di belakangnya. Tagir mencerling, dan memutar otak. Namun Tagir tak menemukan jalan keluar. Sementara pengejar pertama sudah di depan mata dan mengibaskan pisau dapurnya. "Tertangkap kau, maling!" sergah pengejarnya yang telah basah bermandikan keringat. Walau sudah sedekat ini, tapi berkat tudung yang menyembunyikan wajah Tagir, si pengejar masih menyangka Tagir sebagai anak kecil.
Pisau dapur pengejar pertama berkilat-kilat dalam sorotan mentari. Pengejar pertama memainkannya, berusaha menakuti 'anak kecil' di hadapannya. Sekejap itu, Tagir mendapatkan sebuah ide. Tagir menghunuskan kapaknya dan menanti si pengejar pertama mendekat. Tagir menempatkan kapaknya, sehingga memantulkan cahaya, dan cahaya itu menyorot ke mata pria di hadapannya. Dalam serangan cahaya, pengejar itu mengerjapkan mata. Tagir menyampuk pria itu, sehingga pria itu terjatuh. Genting-genting yang tak kuasa menahan tubuh pria itu pecah. Si pengejar jatuh terperosok dan menjerit kesakitan.
Pemilik rumah berlari menyambut tamu tak diundang di rumahnya. Dan menghajar pria malang itu dengan sapu. Tagir mengintip dengan hati-hati dan menikmati tontonan itu untuk sejenak. Si pria malang, melaung-laung meminta bantuan dan temannya yang menunggu di bawah masuk ke dalam rumah.
Tagir tak lagi membuang kesempatan. Ia terjun dari rumah itu ke gang sempit. Ia berderap ringan menjauh dari keributan. Dan menemukan sebuah rumah besar. Tagir memanjati pagar rumah yang dua kali lebih tinggi darinya. Ia berputar ke halaman belakang dan menaiki tangga kayu yang membawanya ke atap rumah itu.
Setelah Tagir memastikan situasi aman, ia merebahkan tubuh gembulnya di atap datar rumah. Tagir mengeluarkan sebuah kentang dari saku celana dan mengganyang kentang itu.
Sejenak Tagir termenung memikirkan bagaimana kehidupan mewah yang dulu ia miliki. Tagir adalah pangeran kurcaci di negeri timur. Ia terbiasa makan makanan mewah dan minum anggur terbaik. Ratusan pakaian mewah dan bagus tergantung di lemari pakaiannya. Harta dan perhiasan Tagir ditimbun jadi gunung di gudang harta.
Tagir menatap lekat-lekat kentang itu dan tersenyum. Ini lelucon, gurau Tagir. Sekarang Tagir adalah buronan di tanahnya sendiri. Tangan Tagir telah ternoda darah dari setiap orang terpaksa ia bunuh. Banyak kejahatan yang Tagir perbuat karena paksaan dari penculik istrinya. Mereka menculik Parla dan memaksa Tagir untuk membunuh, jika ingin istrinya tetap hidup.
Tagir terpaksa menuruti permintaan para penculik. Satu per satu orang penting di kerajaan timur, dibunuh oleh Tagir. Berkat kegesitan Tagir, ia tidak pernah tertangkap dan tidak ada siapapun yang mencurigainya. Namun semua tidak berjalan mulus. Sang ayah, raja dari kurcaci, akhirnya mencium aroma kematian dari anaknya.
Pada suatu malam, saat Tagir hendak beraksi, Raja kurcaci mendapati Tagir keluar dari istana. Beliau mengikuti Tagir sampai akhirnya menjadi saksi akan dosa anaknya. Sang Raja syok bukan main dan ia tidak bisa tidur beberapa hari lamanya. Tidak lama, datang sebuah surat untuk Tagir memberikan petunjuk tentang keberadaan cintanya. Di saat yang sama, demi menjaga kedamaian sang raja kurcaci memutuskan untuk menangkap Tagir. Namun Tagir berhasil meloloskan diri.
Akan kuselamatkan kau, Parla! pikir Tagir. Pertama-tama aku harus mencari tumpangan.
Tagir bertengger di atas atap sampai langit merah merona. Jalan mulai lengang dan lampu-lampu dinyalakan. Tagir melompat turun dari rumah dua lantai itu dengan mudahnya. Sebagai bangsa kurcaci, kegesitan dan kelincahan mereka menyerupai seekor kucing.
Dengan cepat, Tagir berlari ke arah gerbang kota. Si kurcaci bersembunyi pada gang kecil tidak jauh dari gerbang kota. Tiga orang berjaga di depan gerbang dan mengawasi setiap orang yang lewat. Walau penjagaan mereka tidak ketat, tetapi akan berbeda jika kurcaci yang lewat. Apalagi setelah keributan tadi siang, Tagir tidak punya alasan untuk memancing masalah baru.
Kedua bola mata Tagir terus mengawasi jalan besar di depannya. Perlahan lalu-lalang para penunggang kuda mulai menipis dan hari semakin larut. "Sial, bagaimana aku bisa keluar dari sini," Tagir menggerutu. Sudah dua malam ia lalui di kota yang sama, bagaimana mungkin ia bisa menemukan Parla jika terus begini.
Senyum merekah pada wajah Tagir, ketika sebuah pedati yang ditarik oleh kuda berlalu perlahan di depan gangnya. "Ini dia," gumam Tagir. Lantas Tagir berderap dan melompat masuk ke dalam gerobak pedati itu. Pedati beratap itu berguncang saat Tagir naik, tetapi tak begitu dipedulikan oleh pak tua yang mengemudikannya. Tagir menyelinap di antara tong-tong anggur dan bersandar pada salah satu tong.
Semoga gerobak ini membawaku ke sana. Parla... tunggu aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Aleasah Heroes - Book 1 -
Fantasy(Telah terbit) Lima tokoh, lima petualangan, dalam satu kisah. Ranor, pemuda yang memburu Azmot untuk membalaskan kematian keluarganya. Yohana, penyihir yang bertualang menjaga kedamaian di Aleasah. Sa Mair, pemimpin kaum raksasa yang menjelajah un...