Chap. 11 Oscar

91 7 0
                                    

"Oscar, Hansel, aku pamit dulu," pamit Clara sedikit membungkuk, kemudian bergegas meninggalkan Hansel dan Oscar. Tidak jauh di depan, Clara tiga pelayan Clara telah menunggu.

"Oscar," panggil Hansel dan berhenti di depan sebuah jendela tinggi. Dari jendela itu tampak baluatri istana yang menjulang puluhan meter. Oscar berhenti di samping Hansel dan menatap ke arah yang sama.

"Apa yang kau lihat?" tanya Hansel seraya memandang jauh keluar jendela. Butiran-butiran salju lembut mendarat pada wajah mereka dan meleleh.

"Selatan. Tanah Esteria," tebak Oscar dengan penuh keyakinan.

Hansel tersenyum dan membalas, "Betul."

"Bersabarlah, semua akan menjadi milik kita kelak," sahut Oscar.

"Kita, he?!" Hansel menyeringai dan matanya berkilat-kilat. "Milikmu! Kaulah sang putra mahkota. Bukan Clara atau aku, tapi kau!" Hansel mendekati Oscar dan berhenti satu senti darinya. Ia terlihat begitu besar dan tinggi mengintimidasi Oscar. "Semua ini pasti lucu sekali untukmu," sembur Hansel. "Kau tidak pernah menang dariku. Namun, malah akan mendapatkan segalanya." Hansel menunduk sampai mata birunya sejajar dengan Oscar. Rambut emas Hansel yang tergerai berantakan membuat adik Oscar terlihat semakin garang.

Oscar menyeringai dan tak memperlihatkan ketakutan sedikit pun. "Dan aku harap, adikku tidak berulah," cetus Oscar dengan senyum tipis.

Hansel mendengus. "Tunggu saja!" Ia berlalu meninggalkan kakaknya. Langkah kaki Hansel lebar dan berat, diiringi denyitan baju zirahnya.

Oscar terus menatap Hansel yang berlalu, sampai aroma minyak wangi menarik perhatian Oscar ke belakang. "Salam, pangeran Oscar," sapa Helda, seorang perempuan paru baya. Helda mengenakan gaun hitam bercorak rumit serasi dengan rambut panjang hitam.

"Helda, penyihir kerajaan," tebak Oscar. Senyum merekah dari bubur ungu Helda dan Helda membungkuk hormat kepada Oscar.

The Aleasah Heroes - Book 1 -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang