Azmot melayang mengelilingi menara lonceng setinggi ratusan meter. Di belakang Azmot beberapa penyihir terus mengejarnya. Azmot terbang lurus ke atas, selagi dentangan suara lonceng terdengar semakin kencang. Sepasang bola hitam terbentuk dari telapak tangan Azmot. Ia melemparkan kedua bola itu menghajar badan menara. Ledakan dari kedua bola menyapu lima penyihir yang mengejar Azmot.
Akibat serangan Azmot, tercipta retakan pada tubuh menara lonceng. Retakan itu menjalar dengan cepat mengoyak permukaan menara berdiameter dua-puluh-tiga meter. Bangunan tertinggi di Oslum itu mulai condong ke kanan.
Sekali lagi, Azmot menembakkan dua bola sihir. Serangan Azmot menghantam puncak menara. Lonceng emas menara terhempas jauh dan menghantam sebuah rumah sampai hancur. Perlahan, bangunan yang telah berdiri ribuan tahun lamanya, runtuh dengan gemuruh hebat dan kepulan debu yang membumbung tinggi. Puing-puing menara loncang menghujani puluhan penduduk kota yang tak beruntung serta bangunan-bangunan di sekitarnya.
"Albert!" jerit Yohana dengan cemas selagi menyaksikan runtuhnya menara itu.
Tak lama, Albert kembali ke wujud manusia dan mendarat payah di samping Yohana. Tangan kanan Albert bersimbah darah dan peluh keringat membasahi tubuhnya. Mata Albert sayup-sayup dengan wajah pucat menahan sakit. Yohana dengan sigap menopang tubuh kecil Albert. Peluh keringat bermunculan dari wajah Yohana dan tangannya gemetar dalam kesedihan. "Tanganmu," ucap Yohana menyadari lengan kanan Albert yang patah.
Yohana mulai merapal dan cahaya hijau menyelimuti tubuh Albert. Perlahan luka-luka kecil pada tubuh Albert mulai pulih. Namun tidak untuk tangan kanan Albert yang patah. Yohana berkata, "Tanganmu patah. Kamu harus keluar dan cari penyembuh!" Albert mengangguk setuju, ia terlalu lelah dan sakit untuk berguna di sini.
"Tolong bawa Risa!" tambah Pedro, menengok ke Risa yang bercucuran air mata. "Aku akan mencari kakakmu. Kamu tunggu di luar," tawar Pedro kepada Risa dengan suara lembut dan hangat.
Risa menyeka air mata dengan punggung telapak tangannya. "Tolong...," isak Risa sebelum Albert membawanya keluar dari gerbang kota.
"Aku akan kembali!" janji Albert, sebelum keluar bersama Risa melalui gerbang kota.
"Yohana, bantu aku," pinta Tom seraya menghisap bara api pada gedung yang terbakar dengan buku sihirnya.
"Aku akan mencari anak itu," kata Pedro dibalas dengan anggukan singkat oleh Yohana. "Jaga dirimu!" lanjut Pedro sebelum beranjak menuju pusat kota.
"Kau juga," balas Yohana sebelum pergi membantu Tom.
Kehilangan para pemburunya, Azmot diam di udara, ia gunakan waktunya untuk menikmati kehancuran Oslum. Sementara Salva meregangkan otot-ototnya pada atap sebuah bangunan. Di samping Salva, seorang penyihir, bersenjatakan sebuah tongkat sihir dengan batu kuarsa hijau di ujungnya, berhenti merapal dan mengangguk pada Salva. "Siap!" Salva memberikan aba-aba dan mengencangkan cengkeraman pedangnya. Mata Salva menatap tajam ke arah Azmot yang berada lebih dari dua-ratus meter di depannya.
Si penyihir mengambil ancang-ancang dan mengayunkan tongkat sihirnya. Batu kuarsa pada tongkat sihir penyihir berpendar lembut saat menghantam punggung Salva. Tubuh Salva terlontar bagai peluru ketapel, meluncur ke arah Azmot dalam kecepatan tinggi. Angin menjerit kencang di sekitar Salva dan tubuhnya bagai tercabik-cabik. Namun Salva tak bergeming. Salva memfokuskan pikiran dan pandangan, mengalahkan Azmot hanya itu yang ia pikirkan.
Azmot berbalik saat menyadari kedatangan Salva. Namun ia tidak cukup cepat. Salva menghantam Azmot tepat saat Azmot berbalik. Pedang Salva menerobos pundak Azmot. "Sialan!" Azmot menggeram dan meraih bilah pedang Salva. Azmot mencoba menarik pedang itu keluar, selagi mereka berdua terjun ke bawah. Namun dengan gigih Salva mempertahankan pedang itu tetap di pundak Azmot.
Keduanya menembus kepulan debu dari runtuhnya menara dan dalam sekejap telah mencapai daratan. Dentaman kencang mengaung saat Azmot menghantam jalan berbatu. Retakan menjalar cepat dengan Azmot berada di pusatnya. Darah segar dimuntahkan dari mulut Azmot dan gemerak tulang-tulang yang patah nyaring terdengar. Azmot termegap-megap dan mengertakkan gigi. Senyum merekah dari bibir Salva.
Puluhan penyihir Chadavis segera mengelilingi Azmot. Mereka mulai merapal dan buku sihir Chadavis, bersampul hijau dengan burung hantu putih membentangkan sayap terlukis pada sampulnya, terbelenggu dalam balutan aura sihir. Salva mencabut pedang dari tubuh Azmot dan menjauh beberapa langkah. Buku-buku sihir Chadavis terbuka dan menunjukkan diagram rumit bertinta merah. Diagram sihir itu terbakar dan lenyap dari halaman. Dan dalam sekejap, terbentuk piramida merah kecil yang mengurung Azmot di dalamnya.
"Kau datang di hari yang salah!" ketus seorang penyihir tua Chadavis.
Azmot bangkit dengan penuh amarah. Azmot menyabet dinding piramida sihir itu. Namun pedang Azmot sama sekali tidak membekas pada dinding piramida. Azmot berteriak bagai orang gila dan pedangnya berayun ratusan kali menyerang dinding itu.
"Kau tidak akan berhasil,Azmot," tutur penyihir tua itu. Piramida sihir itu adalah penjara sihir yangdiciptakan untuk mengurung monster seperti Azmot. Jever dan puluhan penyihirsenior menghabiskan lima tahun waktu mereka menyempurnakan piramida itu,setelah 'kematian' Azmot.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Aleasah Heroes - Book 1 -
Fantasy(Telah terbit) Lima tokoh, lima petualangan, dalam satu kisah. Ranor, pemuda yang memburu Azmot untuk membalaskan kematian keluarganya. Yohana, penyihir yang bertualang menjaga kedamaian di Aleasah. Sa Mair, pemimpin kaum raksasa yang menjelajah un...