Chap. 21 Ranor

58 5 0
                                    

Bunyi dentuman meraja saat serangan sihir menghantam Azmot dan meledak hebat. Semua mata beralih ke Yohana, yang mengepalkan tinju dan sarung tangannya yang bergelora. Tangan Yohana gemetar, tetapi matanya tajam menatap Azmot.

Azmot sama sekali tidak bergeming walau serangan Yohana telak mengenainya. "Albert! Bunyikan lonceng!" pinta Yohana dengan pandangan yang tak bergeser dari Azmot. Albert berubah menjadi burung hantu dan melesat ke angkasa menuju menara lonceng di tengah kota.

Dengan cepat, Salva berlari dan melompat ke dinding rumah. Ia berpijak pada ambang jendela dan melompat sampai ke atap rumah. Kini Azmot berada tidak jauh jauh di samping Salva. Salva melompat, menyerbu Azmot. Sementara tiga bola sihir Yohana melesat ke Azmot. Ketiga bola sihir meledak di dekat Azmot dan menyelimuti Azmot dalam kepulan asap pekat.

Azmot meluncur keluar dari kepulan asap dan berhenti tepat di hadapan Salva. Ujung pedang Azmot mengincar mata Salva. Salva menelengkan kepala menghindari serangan Azmot dan melayangkan tinju. Azmot mengelak dan menangkap lengan Salva. Salva menyabet perut Azmot. Azmot mengelakkan pedang Salva. Pertahanan Azmot mengendur akibat rentetan serangan Salva. Salva menendang rahang Azmot dan berhasil mengenainya. Azmot terhempas beberapa meter di udara. Azmot berhenti di udara dan memandang kesal Salva.

"Hmm," Azmot membersut.

Salva mendarat kembali pada atap rumah. Ia menyeringai dan mengibaskan pedangnya. "Sini!"

Lonceng menara berdentang dan suaranya menggema ke seluruh penjuru Oslum. Albert berada di puncak menara dan menarik-ulur tali lonceng perunggu itu. Dalam sekejap, para penduduk berhamburan keluar. Mereka mengenali rima itu, rima kematian yang telah tujuh tahun tidak bersiar di Aleasah.

Tidak lama, orang-orang mulai berlarian menyelamatkan dirinya. Mereka berduyun-duyun berlari keluar dari kota. Jeritan dan tangisan ketakutan berbalasan memenuhi kota. Pagi yang cerah telah menjelma kelam dan menakutkan. Pada dermaga, berduyun-duyun awak kapal bergegas menuju kapalnya dan secepat mungkin melaut.

Sementara pada penginapan Ranor tadi menginap. Puluhan penyihir melompat keluar dari jendela atau berlari keluar dari pintu utama penginapan. Beberapa penyihir membumbung tinggi di angkasa Oslum. Mereka mengedarkan pandangan mencari asal bencana, sebelum melesat ke arah Azmot. Dan seluruh penyihir yang menunggu di sana mengikuti mereka.

Dalam waktu singkat, para penyihir telah tiba di sekitar Azmot. Sebagian dari penyihir itu berpijak pada atap rumah. Sementara sisanya memenuhi jalan. "Semakin ramai," ucap Azmot menyadari kedatangan tamu-tamunya.

Pedang Salva dan Azmot kembali bertemu di udara. "Takut?" ejek Salva.

"Kau bercanda!" seru Azmot menggelegar, ia membumbung tinggi. Api mulai berkobar dari lengan kanan Azmot. Perlahan api itu membentuk bola api raksasa dan melayang di atas telapak tangan Azmot. Azmot mengangkat tinggi bola itu ke atas "Selamat datang, tuan dan nyonya!" sambut Azmot dengan seruan menggelegar seraya memecahkan bola api itu.

Bola api Azmot pecah menjadi ratusan bola-bola kecil yang berbebar ke segala arah. Bola-bola api itu menyambar rumah-rumah di sekitar Azmot dan menyerang para tamu Azmot. Api mulai berkobar hebat dari rumah-rumah. Sementara para penyihir berlindung dengan kubah sihir mereka.

Para penyihir menyerang balik, ratusan serangan sihir penuh warna meluncur ke Azmot. Azmot melesat menghindari serangan itu. Dentaman kencang terdengar saat ratusan serangan sihir meledak, memecahkan seluruh kaca jendela rumah-rumah di sana. Azmot telah jauh di atas tak tersentuh serangan itu sedikit pun. Tidak tinggal diam, beberapa penyihir mengangkasa memburu Azmot.

"Yohana!" panggil Tom, salah satu anggota Chadavis, selagi menghampiri Yohana. Yohana tengah sibuk mengamati Azmot yang melayang-layang bersama puluhan penyihir. "Yohana!" panggil Tom sekali lagi.

Api yang berkobar hebat di sekitar Yohana, mengingatkan perempuan itu ketika kotanya dihancurkan Azmot. Semua kenangan buruk kembali menggerogoti pikiran Yohana. Yohana menengok ke arah Tom dan berseru, "Kita harus mengalahkannya!" Yohana memberikan tatapan penuh racun, persis seperti Ranor.

"Tidak sekarang! Buka matamu!" sanggah Tom, mengguncang-guncang tubuh Yohana. Yohana tersadar dan ia mengedarkan pandangannya. Rumah-rumah terbakar hebat dan jeritan minta tolong berbalasan di sekitarnya.

Beruntung anggota-anggota Chadavis dan para penyihir lain segera beraksi. Dengan sigap, sebagian dari mereka merapal dan si jago merah perlahan terhisap ke dalam buku-buku sihir mereka. Sementara yang lain menerobos ke dalam rumah-rumah yang terbakar dan menolong orang-orang yang terjebak.

"Jangan!" larang Pedro selagi mencegah Risa berlari mengejar Ranor. Sementara Ranor menembus arus ratusan orang yang berlarian di jalan. Ranor berlari ke arah Azmot bertarung, berharap Azmot bermurah hati sudi mendarat dan bertarung dengannya.

"Lepas!" jerit Risa, air mata mengalir dari kedua mata Risa. Risa meronta-ronta mencoba melepaskan pelukan Pedro. "Kak!" Jerit Risa sekencang yang ia bisa.

"Astaga," geram Pedro saat melihat Ranor berlari mengejar Azmot. Pedro meraba sarung pedangnya yang kosong, lalu menggeleng-geleng kepala. "Bocah gila," gerutu Pedro.

Yohana menghampiri Pedro dan Risa. "Di sini berbahaya, kalian harus keluar," pinta Yohana sembari menengok ke arah ratusan orang yang berlarian keluar dari gerbang kota. "Ini kotaku. Aku akan bertarung," sahut Pedro masih menahan Risa yang memberontak.

Tiba-tiba, gemuruh hebat membahana dari tengah kota. Kepulan debu tebal membumbung setinggi gedung dua lantai dan memenuhi daerah di sekitar menara lonceng.

The Aleasah Heroes - Book 1 -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang