Chap. 9 Ranor

94 6 0
                                    

Gema lonceng terdengar sampai ke geladak kapal Ranor. Di depan kapal mereka, puluhan kapal juga hendak berlabuh di Oslum. Oslum, kota pelabuhan terbesar di Aleasah, tempat kapal-kapal pedagang dan nelayan menurunkan barang dagangan mereka.

"Kita akan menginap satu malam di sini," Yohana mengumumkan dan menatap Ranor dengan pandangan sinis. Telah empat hari, sejak Yohana mengacuhkan Ranor. Yohana dapat merasakan dendam yang begitu kuat mengakar pada dari Ranor, perasaan itu akan mengundang bahaya bagi mereka. Namun, Yohana tidak mungkin memisahkan kedua bersaudara itu. Jadi ia bertekad untuk membawa mereka ke Sevan, tempat yang aman dari Azmot.

Setelah menunggu lebih dari dua jam kapal mereka akhirnya bertambat. Mereka turun dari kapal dan bergegas menuju penginapan. Mereka berjalan pada jalan besar yang dipadati gerobak dan kuli angkut. Rumah batu dan kayu, lebih besar tiga kali lipat dari rumah Ranor, mengapit jalan besar itu. Satu jam berlalu, sampai akhirnya Yohana dan Albert masuk ke sebuah bangunan panjang melalui pintu besar.

Ranor dan Risa mengikuti. Kedua kakak-beradik terkaget-kaget begitu tiba di dalam penginapan itu. Empat pilar besar berjajar dan menjulang dari lantai dasar sampai lelangit dari gedung lima lantai itu. Lampu-lampu cantik mengelilingi keempat pilar dan menerangi seluruh ruangan.

Dari tempat Ranor berdiri, tercium aroma rempah dan kayu manis. Sejenak Ranor lupa kalau ini adalah penginapan ketika ia mendapati meja dan kursi memadati lantai dasar. Semua kursi telah penuh terisi tamu penginapan. Sementara para pelayan hilir-mudik, mengantarkan cawan besar rum dan makanan memenuhi meja makan setiap tamu.

Ranor dan Risa terus mengekori Yohana. Pandangan mereka tidak berhenti menengok ke kanan dan kiri. Hampir semua orang di sana berpakaian seperti Yohana. "Apa mereka penyihir?" tanya Risa kepada Albert pelan.

"Betul, sebagian anggota Chadavis, tapi yang lain, kau tidak akan mau tahu siapa mereka. Dan saranku, jangan jauh-jauh. Para penyihir itu suka menculik gadis muda untuk percobaan sihir mereka," saran Albert. Kontan Risa meraih lengan Albert dan bergidik. Melihat ulah Albert, Ranor memasang pandangan galak. Namun Albert membalas tatapan Ranor dengan senyum penuh arti.

"Boleh aku bertanya?" tanya Risa malu-malu. Albert mengangguk singkat dan mendekatkan telinganya. "Kenapa Yohana menggunakan sarung tangan?"

"Oh itu," balas Albert tak terkejut dengan pertanyaan Risa, seakan telah menanti pertanyaan itu cukup lama. "Kau tahu, para penyihir menggunakan sihirnya untuk menyerang lawan. Nah, mereka membutuhkan benda berkekuatan sihir untuk menggunakannya. Arsen, itulah sebutan untuk benda sihir itu," tutur Albert. "Biasanya penyihir memilih buku sihir sebagai senjata mereka. Buku itu muncul saat penyihir merapal dan menghilang jika tidak dibutuhkan. Sangat praktis." Albert memperagakan penyihir yang sedang merapal dengan tingkah jenakanya, berharap dapat menghibur Risa.

"Tapi ada juga yang memilih benda lain seperti Yohana, juga medali, bahkan pistol atau pedang," lanjut Albert. Risa manggut-manggut dengan tatapan terkesima layaknya anak kecil.

Setelah beberapa saat, mereka tiba di depan meja pengurus penginapan, terletak di tengah-tengah lantai satu. "Yohana!" sapa seorang pria tampan menghampiri mereka.

The Aleasah Heroes - Book 1 -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang