Chap. 27 Ranor

49 5 0
                                    

Puluhan penyihir terus merapal untuk mempertahankan penjara yang mengurung Azmot.

"Sekarang kau tertangkap, Azmot!" seru penyihir tua dan maju mendekat. Ia menatap Azmot dengan mata penuh dendam. "Kau akan membayar semua dosa-dosamu," ucap penyihir itu. Azmot berhenti mengayunkan pedangnya dan membalas penyihir itu dengan tatapan dingin.

"Terima kasih, kawan-kawan Chadavis," ucap Salva dengan sedikit kekaguman. Ia tidak pernah menyangka akan semudah ini menangkap Azmot. Salva menyarungkan pedangnya, tapi pandangannya tetap waspada. "Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Salva kepada para anggota Chadavis.

Seorang penyihir muda menjawab, "Akan kami bawa ke Sevan dan mengadilinya di sana."

Ranor tiba di sana dengan wajah kotor dan berdebu. Pemuda itu tertegun ketika melihat Azmot yang terkurung. Pedro datang menyusul Ranor. Pedro hendak menghajar Ranor, tetapi begitu melihat Azmot yang terkurung ia lupa akan hal itu. "Akhirnya," gumam Pedro bernapas lega.

Tiba-tiba, kilat menyambar penyihir tua dari belakang dan diikuti puluhan kilat yang menyerang para penyihir Chadavis. Salva menghindari gelombang serangan itu dan berlindung di balik puing-puing menara. Sementara Pedro membanting Ranor ke tanah.

Sekelompok penyihir berjubah hitam datang mengepung para penyihir Chadavis. Mereka menembakkan petir-petir dari buku hitam mereka ke siapa saja di sana. Satu per satu anggota Chadavis berguguran. Beberapa orang mencoba melawan, tetapi mereka tidak terlalu cepat. Sementara yang berusaha kabur menemui ajalnya lebih cepat.

Tanpa ada penyihir Chadavis yang merapal, kurungan Azmot sirna dalam sekejap. Di tengah kekacauan itu, Azmot membumbung tinggi dan melarikan diri. Salva yang melihat Azmot kabur langsung mengejarnya. Dengan lincah, Salva menghindari serangan para penyihir berjubah hitam. Salva menerjang dua penyihir di depannya dan menghabisi kedua penyihir itu dengan satu ayunan. Setelah itu Salva kembali mengejar Azmot.

Para penyihir berjubah hitam membiarkan Salva pergi. Serangan mereka dipusatkan kepada para anggota Chadavis di sana. Dalam waktu singkat semua anggota Chadavis di sana tumbang tak bernyawa.

"Jangan bergerak," bisik Pedro yang berbaring di samping Ranor. Pedro mengatur napasnya dan memejamkan mata berusaha setenang orang mati. Ranor mengikuti Pedro tidur bagaikan mayat.

"Jangan tinggalkan apapun! Bakar semuanya!" komando seorang penyihir berjubah hitam.

"Sialan," gumam Pedro dan meraih tangan Ranor. Tangan mereka berdua gemetar hebat dan wajah mereka berubah jelek. Jantung mereka berdebar kencang dan keringat dingin membasahi wajah mereka.

Tiba-tiba, puluhan bola-bola sihir menghujani para penyihir berjubah hitam itu. Yohana dan Tom datang bersama puluhan penyihir Chadavis mengepung para penyihir berjubah hitam. Para penyihir berjubah hitam balik menyerang. Adu sihir kembali terjadi di sana. satu per satu dari penyihir berjubah hitam tumbang. Sementara Chadavis terus mendesak mereka.

Pedro menengok ke kanan dan kiri. Di atas kepala mereka serangan sihir melesat dari segala arah. Ranor dan Pedro berbaring ketakutan di tengah medan pertarungan itu. Pedro tersenyum tipis ketika mendapati Yohana pada satu sisi pertempuran. "Ayo," bisik Pedro kepada Ranor seraya merayap di tengah gempuran sihir.

Tubuh mereka gemetar, selagi merayap perlahan menuju Yohana. Dua penyihir Chadavis tumbang di samping mereka, selagi Pedro dan Ranor merayap. Namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa, sihir bukan keahlian mereka.

Tidak lama, Pedro dan Ranor berhasil menyeberangi medan pertarungan itu dan tiba di samping Yohana. Yohana yang berlindung di balik bongkahan puing menarik Ranor dan Pedro. "Yohana, siapa mereka?" tanya Pedro geram, ia menyeka wajahnya yang kotor.

Yohana melemparkan beberapa bola api sebelum kembali berlindung. Bola-bola api Yohana meledak hebat di tengah-tengah para penyihir berjubah hitam. Dua penyihir lawan tumbang dalam serangan Yohana. "Ramalus!" Yohana sama geramnya dengan Pedro.

"Azmot kabur gara-gara mereka," protes Ranor.

Yohana mengangguk. "Ya dan teman-temanku." Yohana melirik ke arah mayat-mayat Chadavis.

Azmot yang berkeliaran diatas kota dan penyihir gila di tengah kota. Pedro merasa seakan tidak berdayasaat kota yang ia cintai, dilanda kehancuran.    

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Aleasah Heroes - Book 1 -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang