Chap. 20 Sa Mair

53 5 0
                                    

Ratusan raksasa mendaki pegunungan Zeot dalam dera badai salju. Dingin dan letih telah merasuki hampir dari separuh kelompok itu. Namun mereka tidak bisa berhenti, karena badai ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk kabur. Karena tidak ada manusia yang cukup bodoh untuk mengarungi Zeot di tengah badai.

"Grmm.... Sa Mair, sebentar lagi kita tiba di tempat Ra Hag," ujar seorang raksasa yang berjalan bersama Sa Mair di barisan terdepan.

Di belakang Sa Mair, berjalan seorang raksasa kecil. Kaki raksasa kecil itu nyaris tenggelam dalam lapisan tebal salju. Sa Mair mengangkat anak itu ke atas pundaknya. Anak itu tertawa girang mendapat tumpangan dari raksasa besar.

Tidak lama, langkah Sa Mair terhenti. Pandangannya tertarik pada seekor serigala putih besar. Serigala itu mengawasi rombongan raksasa dari balik pohon ek, tidak jauh dari Sa Mair. Kedua bola mata serigala bersinar kemerahan dalam pantulan rembulan.

Tiba-tiba, serigala putih itu melolong panjang. Dan ratusan serigala melompat dari balik rimbun, menyerbu barisan raksasa. Para serigala kelaparan itu mengincar anak-anak raksasa yang tidak lebih besar dari manusia.

Seorang anak raksasa jatuh diterkam oleh serigala. Beruntung seorang raksasa dewasa langsung menarik serigala dari si anak raksasa dan meremas serigala itu bagai buah apel.

"Grmm.... Kita diserang!" seru Sa Mair memperingatkan seluruh raksasa.

Aungan raksasa bersahutan mencoba menakuti para serigala. Namun kawanan serigala gila itu malah semakin liar. Delapan serigala dengan nekat menyerbu seorang raksasa dewasa. Dalam serbuan delapan serigala liar, si raksasa tumbang dan meronta-ronta dalam kesia-siaan. Erangan kesakitan panjang dan mengerikan keluar dari mulut raksasa itu sebelum ajal menjemput.

Anak-anak raksasa berlarian ketakutan dan tercera-berai. Sehingga para serigala dengan mudah memburu anak-anak itu. Satu per satu anak raksasa menjadi korban. Sementara para raksasa dewasa dibuat kewalahan oleh para serigala yang menyerang mereka.

Di tengah kekacauan, Sa Mair menurunkan si anak raksasa dan ia titipkan kepada seorang raksasa dewasa. Sa Mair berlari menerjang kawanan serigala di depannya. Ia meninju seekor serigala yang melompat ke arahnya. Ia menendang serigala, yang menggigit kakinya, ke pohon. Sa Mair melompat masuk ke dalam hutan. Matanya tajam menyapu daerah itu, berusaha mencari serigala putih tadi.

Dengan cepat, serigala putih itu melompat dan menerkam Sa Mair dari belakang. Taring-taring tajam serigala bersarang pada leher Sa Mair. Sa Mair mengerang dan wajahnya memucat. Darah mengalir deras dari gigitan serigala dan Sa Mair tersungkur.

Sa Mair meremas kepala serigala itu dan menariknya kencang. Sa Mair membanting serigala putih itu sekuat tenaga. Serigala putih itu terpelanting dan menubruk pohon dengan keras. Namun serigala itu bangkit kembali dan kabur. Sementara darah terus menetes dari leher Sa Mair. Pandangan Sa Mair berkunang-kunang dan tenaganya menguap dengan cepat. Sa Mair terhuyung-huyung dan akhirnya jatuh pingsan.

The Aleasah Heroes - Book 1 -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang