Vira melipat kedua tanganya di depan dada, pandangan gadis itu lurus. Sedikit basah di ujung mata. Ia sudah menangis cukup lama karena rasa bahagianya, dokter benar tidak ada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini. Bahkan untuk hal-hal seperti ini.
Menunduk, dan berbalik Vira berjalan keluar dari ruangan. Dan disana ia melihat sosok Aksal berdiri. Cowok itu tersenyum, walau hanya segaris kala itu ia lihat senyum tertulus yang pernah muncul di wajah kasar Aksal.
Aksal teramat bahagia.
Masih memandangi Aksal yang terus fokus pada titik pandangnya. Vira tersenyum kagum, dia bertanya pada diri sendiri alasan dia bisa menyukai Aksal. Yaitu, karena rasa bangganya terhadap Aksal.
Aksal terlalu membanggakan sehingga membuat dirinya mabuk akan keadaan. Namun, sayang Vira disini harus menjadi pihak yang mencintai dalam diam. Dia harus menjadi sosok cinta bertepuk sebelah tangan.
Aksal tak akan pernah menyukainya, cowok itu sudah dulu menyukai orang lain. Bahkan dengan kata sangat.
Vira adalah sosok pengaggum senja Aksal. Hanya sekedar pengaggum. Miris sekali.
Menggelengkan kepalanya mencari kesadaran, Vira tidak bisa memikirkan perasaanya saat ini. Dia tidak mau Aksal terbebani, sudah cukup selama ini anak itu berjuang mati-matian. Menahan sesaknya sendirian.
Sekarang Vira akan membantunya, berdiri di samping cowok itu. Bahkan sekalipun jika dirinya tetap tak di anggap. Vira tak masalah, selagi Aksal bahagia. Dia akan berperan, demi cowok itu.
"Aksal..." panggil Vira pelan dan Aksal menoleh, cowok itu mengusap ujung matanya. Keajaiban Allah itu memang selalu ada, dan untuk itu Aksal sangat bersyukur atas doa-doa yang telah di kabulkan.
"Semuanya baik-baik saja.." kembali Vira berujar membuat Aksal mengangguk dengan senyuman. Cowok itu menyender sekarang, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia tidak bisa tidak menangis haru. Rasanya senang.
Vira tersenyum memegang bahu Aksal, menepuknya pelan memberi kekuatan. Aksal menoleh menatap Vira yang tersenyum hangat "makasih banyak Vir.. elo udah mau bantu gue"
"Aku akan selalu bantu kamu Sal... selalu"
Aksal merogoh kantong celananya, mengambil ponsel yang bergetar panjang. Ia pandang nama yang muncul disana. Vira yang melihat Aksal hanya memandangi ponselnya, melirik siapa si penelpon.
Vira ikutan diam, menunggu respon Aksal. Cowok itu tetap sama hanya memandangi tanpa ada niat menerima. Hingga panggilan itu berakhir, menyisakan walpaper bergambar mobil hitam. Langsung saja Aksal matikan data ponselnya, mode pesawat.
"Aksal kena--" "gue lagi gak mau diganggu" potong Aksal sebelum Vira berhasil melanjutkan kata-katanya. Ia masukan ponsel kini di dalam tas. Membiarkan ponsel itu dalam keadaan sibuk untuk di hubungi.
Melihat itu Vira diam terpaku. Si penelpon tadi adalah gadis yang selalu di banggakan Aksal kepada dirinya. Seorang yang selalu berhasil membuat Vira iri setengah mati, walaupun hanya dalam bentuk cerita yang di lontarkan Aksal.
Dai ingat betapa Aksal sangat mencintai gadis itu dari tatapanya. Tapi, kenapa sekarang Aksal menolak panggilanya.
Vira tidak mengerti, tapi di dalam hatinya dia merasa lega atas kenyataan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksadara √
Teen FictionAksal tidak tahu bentuk apa yang dapat ia jelaskan untuk Dara. Yang Aksal tahu pernah mengenal Dara adalah anugrah terindah. Mereka telah melalui banyak fase dimana harus berhujanan di kelopak mata dan bermain di taman es krim yang siap meleleh kapa...