....
Gemulainya angin begitu terasa saat terpaannya menampar beberapa dedaunan dan rerumputan. Manik coklat terbuka lebar, bila sebuah pemandangan terlukis dimatanya.
Pemukiman dan jejalanan yang disusun berbeda tingkat terlihat mengagumkan di pandang dari sudut yang berbeda. Dara tersenyum lebar, mendekatkan dirinya pada ujung pijakan. Ia baru tahu jika ada tempat seindah ini.
Terlalu mengagumi apa yang ia kecap, Dara melupakan Aksal yang sekarang tersenyum simpul melihat kekagumanya. Cowok itu mulai mengambil langkah dan duduk di bangku. Seolah mengecap nestapa yang begitu nikmat, Aksal memejamkan matanya menerima sentuhan pelan angin yang datang.
Ia tenang duduk di sini, selalu tenang. Melihat sesuatu dari dataran yang lebih tinggi itu memang selalu berhasil memabukan Aksal. Aksal suka ketinggian, selain rooftop sekolah dan bukit ini tidak ada tempat lain lagi yang menjadi kesenanganya.
Dara mengangkat kameranya, membidik sebanyak mungkin. Walaupun saat ini belum senja yang ia suka, pemandangan disini memikatnya. Setelah merasa puas dengan bidikan ke seglah arah yang berhasil terpampang dari dataran tinggi, Dara memutar arah pandanganya.
Ia melihat Aksal yang bersender tenang, lalu senyum itu muncul. Cowok itu mengangumkan jika ia setenang sekarang, rambut yang sedikit panjang menjadi acak-acakan. Pejaman matanya, hidung, hingga lekukan wajahnya, Dara mengagumi semuanya.
Semua yang dimiliki Aksal, semua yang hanya Aksal tunjukan kepada Dara.
Dara menyukainya.
Kembali sadar dari keterpesonanaya, Dara melirik sekitar. Ia berjalan mendekat ke arah Aksal, melihta bebrapa lampu gantung yang bertengker di sekitaran pohon. Dara sadar, bila bukit ini sudah sangat dekat dengan Aksal.
"udah selesai?" Aksal membuka matanya tepat saat Dara duduk di sampingnya. Dara mengagguk dan tersenyum tipis.
"kita tunggu hingga senja, lo suka itu'kan?" Aksal menatap manik Dara dan Dara kembali mengaguk dengan senyumanya. Masih ia tatap wajah Aksal yang rupawan.
Aksal itu jika tidak kasar dan sangar, dia bisa jadi bintang yang menyilaukan. Dara percaya karena cowok itu sempat populer waktu MOS dulu. Hanya sesaat setrlag tepat resmi menjadi murid sekolah cowok itu membuat rekor prestasinya dengan tertangkap basah merokok di toilet sekolah.
Semenjak saat itu, nama Aksal berubah menjadi boom. Dia tidak lagi di puja karena ketampanannya, cowok itu berandal.
Namun semua itu tidak di hiraukan Dara. Sejujurnya Dara memang tidak terlalu mementingkan asal usul Aksal sejak dulu. Ia bahkan terkesan masa bodo tentang siapa Aksal. Hingga sebuah kejadian manis yang membuat nama Aksal berhasil menyita sebagian pemikiranya.
Menghantui segala mimpi. Sampai Dara tidak pernah bisa lepas dari sosok bermata tajam. Aksal mengikat Dara dengan kuat.
"Darimana lo tau temnpat seperti ini?" Dara mengerjapkan matanya, dan Aksal tersenyum memalingkan pandangan. Ia tatap lurus ke arah langit"gue bolang, lo lupa?" cengir Aksal mengingat jika dirinmya memang seperti bocah petualang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksadara √
Teen FictionAksal tidak tahu bentuk apa yang dapat ia jelaskan untuk Dara. Yang Aksal tahu pernah mengenal Dara adalah anugrah terindah. Mereka telah melalui banyak fase dimana harus berhujanan di kelopak mata dan bermain di taman es krim yang siap meleleh kapa...