Taburan bunga serta doa menjadi pengakhir pemakaman yang khitmad. Dengan menggunakan gaun selutut berwarna hitam, Dara menatap gundukan tanah basah itu sangat dalam.
Ia tersenyum tipis dan mengusap air matanya yang jatuh. Oma sudah tenang, dia tidak boleh sedih lagi.
"Dara..." Dean memanggil membuat Dara menoleh dan ia dapati Kinar yang berjalan ke arah dirinya. Cewek itu masih menggunakan seragam sekolah, ia datang bersama beberapa teman sekelas.
Setelah kabar oma berpulang malam itu, paginya di adakan peroses pemakanan. Maka itu Kinar buru-buru datang sebagai perwakilan sekolah atas duka teman.
Kinar memeluk Dara, mengusap punggung kesepian itu. Dia teman Dara, tapi dirinya tidak bisa selalu hadir di saat gadis itu terluka.
"Jangan sedih... gue yakin oma mau lo bahagia" usap Kinar membuat Dara di dalam pelukan gadis itu menangis kembali.
Dara mengangguk dan melepas pelukanya di tubuh Kinar. Ia tersenyum tipis kepada beberapa temanya yang datang, lalu ia pandang Kinar. Kinar menghembuskan napas dan menggeleng kecil, mendapat gelengan itu Dara menunduk.
Ia tersenyum ke bawah, Aksal memang telah pergi jadi kenapa lagi Dara mengharapkan kedatangan cowok itu. Dia pergi bukan untuk kembali, pergi dalam arti sebenarnya.
"Gue gak bisa nemuin dia, tapi gue udah bilang sama Veron. Veron bakal bilang" yakinkan Kinar agar Dara sedikit merasa tenang.
Dara mengangguk, sebenarnya tak perlu Kinar sampaikan atau minta tolong kepada Veron. Dara sudah menghubungi cowok itu, mengirim banyak pesan. Dari sejak malam hingga pagi ini, tapi tetap saja Aksal tak bekabar. Ponselnya masih saja tidak aktif.
Dara paham, Dara maklumi tak apa. Dia tak marah. Dara hanya kecewa.
..
..
..
Veron mengepal tangannya kuat. Ketika ia lihat punggung tubuh Aksal yang masih bisa berdiri kokoh. Cowok itu berdiri menikmati angin yang menampar setiap ukiran wajah rupawanya.
Berdecak dan berjalan mendekat, Veron menarik tubuh Aksal lalu menjulaknya begitu saja. Tanpa aba-aba Aksal jatuh terduduk, ia pandang Veron.
"Bangsat!" Umpat Veron kepada Aksal. Persetanan dengan segala hal yang dulu ia bilang, bahwa tidak ada satupun yang boleh menghina Aksal. Kini biar Veron menyumpah serapahi cowok bajingan satu ini.
Menarik kerah baju Aksal kasar, Veron menarik Aksal bangkit "otak lo kelindes tronton? Kemana jalan pikir lo setan!"
Aksal biarkan Veron kembali menjulaknya, ia tidak akan melawan. Ia tahu kenapa cowok itu bisa semarah ini.
Aksal pecundang, pengecut ulung yang lagi-lagi melarikan diri. Aksal tahu kabar tadi pagi, benar-benar baru tahu. Setelah sadar ia menghidupkan data ponselnya kembali normal. Dengan itu dia di hadiahi banyak panggilan dan pesan dari Dara.
Membaca pesan itu membuat segala pertahanannya runtuh.
"Kenapa lo lari, kenapa lo gak ada di saat dia butuh lo. Gue muak sama lo Sal" Veron hendak melayangkan tinjuanya jika saja dirinya bisa menonjok wajah tampan Aksal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksadara √
Teen FictionAksal tidak tahu bentuk apa yang dapat ia jelaskan untuk Dara. Yang Aksal tahu pernah mengenal Dara adalah anugrah terindah. Mereka telah melalui banyak fase dimana harus berhujanan di kelopak mata dan bermain di taman es krim yang siap meleleh kapa...