....
Perlombaat foto yang akan di adakan kurang dari 2 hari lagi, menjadi perbincangan hangat bagi anak fotografi. Karena memang di wajibkan untuk semua anggota dan hadiahnya juga termaksuk kategori besar.
Dean yang sejak awal tidak tertarik dengan perlombaan, hanya menyender di pintu. Cowok itu memasukan tanganya ke saku celana. Semua orang sibuk terhadap foto mereka, membahas tema lomba, atau membahas juara dari berbagai kategori.
Merasa bosan, Dean menguap lalu tidak sengaja melirik Dara yang tampak diam duduk di pojokan. Cewek itu tidak biasanya berdiam diri ketika sedang kumpul dengan anak fotografi. Dara pasti akan sesibuk yang lainnya untuk mempersiapkan lomba.
Tapi, kenapa sekarang dia hanya duduk terdiam dengan wajah kecewa.
"De, Dean. Lo kenapa?" Dean menoleh ke arah Sindy ketua eksul fotografi. Cewek berambut keriting itu menaikan sebelah alisnya.
Dengan senyum kecil Dean menggeleng "oh, iya. Sind gue gak ikut lomba yah" Sindy menatap Dean selidik "kenapa? Gara-gara Dara gak ikut juga?"
Dean mengeryitkan dahinya. Dara tidak ikut lomba? Sejak kapan. Bukanya cewek itu sangan bersemangat.
Melihat Dean yang tampak kebingungan, Sindy membuang napasnya. Oke, Dean tidak tahu kabar itu.
"Iya, gak gue daftarin. Tapi, lo harus bantu temen-temen yang ikut" ujar Sindy dan Dean hanya menyahutin dengan anggukan sebelum cowok itu pergi.
Sindy menggeleng dan mengedihkan bahu melihat Dean yang berjalan mendekat ke Dara. Mereka berdua, batinya.
...
Dara menghembuskan napasnya. Ia bosan dan untuk pertamakalinya Dara merasakan seperti ini ketika berkumpul dengan anak fotografi.
Membuang rasa kesal akibat kemarin. Dara mencoba untuk bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apapun. Dara tidak mengirim pesan ke Aksal tentang kejadian itu dan pula Aksal juga tidak membahas, bahkan sekedar minta maaf.
Dara juga tidak bercerita dengan Oma.
Karena ketika ia ingin berbagi kisah itu, Dara rasanya ingin menangis kencang.
Dan menangis bukan pilihan tepat.
"Hemm.." deheman itu membuat Dara mendongak dan menatap wajah Dean yang tersenyum kikuh di depanya.
Dara membuang wajah. Sejak pertemuan mereka di restoran Dara mencoba menjaga jarak kepada cowok ini. Namun, Dara lupa jika mereka satu ekskul.
Tidak mau memaksa suasana yang akan terasa canggung. Dara bangkit, ia ingin pergi tapi sayangnya Dean menahan lenganya. Cowok itu menggengam erat.
"Kemana kamera lo?" Bukan sapaan atau basa basi. Dean langsung menanya pada poinya, karena ia juga sadar kondisinya dengan Dara tidak dapat di katakan berteman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksadara √
Teen FictionAksal tidak tahu bentuk apa yang dapat ia jelaskan untuk Dara. Yang Aksal tahu pernah mengenal Dara adalah anugrah terindah. Mereka telah melalui banyak fase dimana harus berhujanan di kelopak mata dan bermain di taman es krim yang siap meleleh kapa...