Ketakutan ku tetap sama, takut bila kebersamaan kita hanya sebatas ilusi saja
__
Menarik gorden ke samping untuk membiarkan cahaya matahari masuk. Dara terpegun sesaat dan menoleh melihat oma yang masih terbaring. Oma baik-baik saja, walaupun beliau masih belum di izinkan untuk pulang karena kondisinya yang terkadang bisa tidak stabil.
Sudah seminggu penuh oma disini, Dara masih setia menemani dan sesekali Dean datang menjeguk. Cowok itu masih sopan sama seperti biasanya.
Namun, ada seseorang yang di tunggu kedatanganya tapi tak pernah kemari. Aksal terlalu sibuk untuk membuang waktunya kesini, cowok itu sangat sibuk dan Dara memakluminya. Jika oma bertanya katakan saja itu, kebohongan yang pelik memang.
Jika di tanya kenapa sebenarnya Dara tidak punya jawaban yang pasti. Dia dan Aksal tidak berkomunikasi dengan baik, itu fakta yang harus di pahami selama ini. Tapi, kali ini jauh lebih parah dari sebelumnya.
Aksal terasa menghila dalam bentuk yang sangat terasa. Iya, Dara paham cowok itu memang sering hilang tanpa kepastian namun sayangnya kali ini berbeda. Rasanya sangat nyata daripada dulu. Bila dulu Aksal pergi tanpa kabar Dara akan cemas saja tidak berlebih seperti ini. Karena Dara yakin cowok itu akan kembali.
Tapi, kali ini beda. Aksal pergi seolah tidak akan kembali.
Dan Dara takut.
"Dara, bisa bantu oma?" Ia tersentak tersadar dari lamunan. Dengan gerakan pelan Dara mendekat ke arah oma, ia tersenyum "bantu apa?"
"Bantu untuk fokus sayang... kamu kenapa? Capek yah di rumah sakit terus" tanya oma mulai mengambil tangan Dara, ia usap sayang pugungg tangan itu.
Dara menggeleng dan kembali menguatkan senyumanya "enggak, emangnya aku kurang aqua apa?" Ujar Dara menarik kursi dengan tangan sebelahnya lalu duduk di dekat oma.
"Kamu itu paling gak cocok bohong sama oma. Ayo, cerita emangnya kenapa?"
Dara kembali menggeleng dan kini menunduk, oma menatapnya dan Dara tidak bisa. Ia tidak dapat berbohong jika sudah di tatap sedalam itu, apalagi dengan oma.
"Dean bilang sama oma. Kamu nangis, emangnya ada apa?"
"Oma meragukan cucu oma?"
"Dean juga cucu oma, asal kamu tahu" ahh, Dara lupa itu. Dean juga cucu oma. Mengulum senyumnya, Dara menarik napas dalam "aku baik-baik aja"
"Oma senang kamu sudah bisa menerima pilihan ayah kamu"
Dara juga bersyukur akan fakta itu sekarang. Dia lebih memilih untuk menerima semuanya perlahan, berdamai dengan luka lamanya. Memaklumi pilihan orangtua yang memilih untuk berpisah.
Dara sedang berusaha. Sangat.
"Oma senang kamu bisa mendapatkan orang-orang yang bisa menyayangi kamu. Mama baru, Dean yang oma yakin akan menjaga kamu dan Aksal yang san--"
"Jangan sebut dia oma" potong Dara cepat. Ekspresi Dara berubah. Ia sedang tidak ingin mendengar nama cowok itu untuk sesaat. Sesak saja, mengingat Aksal selalu menolak untuk datang.
"Gak bisa Dar, gue sangat tidak bisa. Maaf"
"Gue titip salam buat oma. Bilang oma cucu menantu tidak bisa datang"
"Maaf lagi, lain kali yah.. "
Dara ingin sekali berteriak kepada Aksal. Bertanya alasan cowok itu dengan sangat jelas. Dara tidak butuh ucapan maaf atau sebagainya, dia ingin penjelasan. Dia sudah cukup memaklumi Aksal tanpa alasan untuk yang lain, tapi kali ini meyangkut oma. Dara tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksadara √
Teen FictionAksal tidak tahu bentuk apa yang dapat ia jelaskan untuk Dara. Yang Aksal tahu pernah mengenal Dara adalah anugrah terindah. Mereka telah melalui banyak fase dimana harus berhujanan di kelopak mata dan bermain di taman es krim yang siap meleleh kapa...