21 - Keras Kepala.

14.9K 1K 71
                                    


Untuk kesekian kalinya, Dania kembali menitikan air matanya. di depannya kini ada Mama, Papa, dan Abangnya. Kini keluarganya tengah berkumpul di ruang keluarga.

"Kalian berdua ikut Mama. Kalian tidak bisa ikut Papa." Kata Shofie pada kedua anaknya, Dania dan Adani. Sementara Papa Dania, Dhave hanya diam tetapi tetap dengan wibawa yang ia miliki.

Sedangkan Adani yang memang sudah paham dengan kedua orangtuanya hanya biasa saja.

"Kenapa?" tanya Dania dengan lirih.

Shofie menghela napas kemudian menjawab pertanyaan putrinya itu.

"Karna Papa kalian sudah menikah lagi." Shofie menahan air matanya yang akan turun. Shofie benar benar berusaha menyembunyikan kesedihannya di depan kedua anaknya.

Air mata Dania kembali jatuh saat mendengar jawaban Mamanya. Saat itu juga Dania menangis di depan keluarganya.

Jadi apa selama ini Papanya selingkuh?

Melihat adiknya yang menangis, dengan sigap Adani merengkuh Dania dalam dekapannya. Adani tau, adiknya itu pasti sangat terpukul. Adani mengusap kepala Dania sembari menenangkannya.

Sementara Dhave yang melihat putrinya menangis, ia berpindah di sebelah Dania dan mengisyaratkan Adani agar melepas pelukannya pada Dania.

Kemudian dengan kasih sayang Dhave memeluk Dania. Dhave juga mengusap kepala Dania. Tetapi Dania memberontak seolah tidak mau dipeluk Papanya.

Tetapi Dhave terus mengeratkan pelukan pada putrinya itu hingga akhirnya Dania hanya pasrah. Karena sebenarnya Dania merindukan pelukan Papanya.

"Papa jahat hiks.. kenapa Papa lakuin itu, Papa hiks.. udah nggak sayang lagi sama Dania," kata Dania dengan sesenggukan. Dania terus memukul dada Papanya tanpa henti.

Tanpa bisa menahan air matanya lebih lama lagi. Shofie ikut menangis.

"Kenapa keluarga kita jadi seperti ini Ma?" lirih Adani.

Shofie hanya bisa diam dan menjawab semuanya dengan air matanya.


***

Hari ini Dania hanya berbaring di atas tempat tidurnya. Kepalanya sangat pusing, badannya sedikit menggigil. Suhu tubuhnya panas. Dania demam.

Dania melihat pantulan dirinya di depan cermin. Benar benar kacau. Rambutnya tidak beraturan, matanya sembab, kantung matanya terlihat.

Seolah tidak perduli, Dania kembali berbaring di atas tempat tidurnya. Dania membuka ponselnya.

Adam Savero.
Kenapa gak masuk sekolah?
Jadi jenguk Pak Mario?

Dania Fioren.
Jadi, jemput aku di rumah.

Dania benar benar tidak peduli dengan keadaannya sendiri. Ia tetap memaksakan untuk menjenguk Pak Mario.

Untuk apa ia peduli dengan dirinya sendiri kalau orangtuanya saja tidak peduli padanya.

Dania hanya tersenyum miris.

Kemudian Dania masuk ke kamar mandi.

Dania mengguyur seluruh badannya dengan air dingin tanpa peduli kondisinya. Kulitnya bereaksi, membuat Dania semakin menggigil. Tetapi tanpa peduli, Dania terus melakukan itu.

***


"Kamu sakit?" tanya Adam yang melihat keadaan Dania.

Dania hanya menggeleng sebagai jawaban. Tentu saja ia berbohong.

"Ayo berangkat." Kata Dania dengan lesu sambil memakai seatbeltnya.

Adam sedikit berpikir, ada apa dengan Dania? Dania bahkan memakai kaca mata hitam yang membuat Adam heran.

Tanpa menunggu lagi, Adam segera melajukan mobilnya menuju rumah Pak Mario. Saat perjalanan, Dania hanya diam, sesekali Adam melirik ke arah Dania. Entah mengapa tangan Adam sudah gatal ingin melepas kacamata yang dipakai Dania.

Adam melirik Dania lagi. Dania terlihat memejamkan matanya. Tetapi bibir Dania pucat dan bergetar. Saat itu juga Adam menjadi khawatir.

Kemudian Adam memegang tangan Dania. Adam terlihat tidak terkejut, tetapi Adam menjadi khawatir. Suhu tubuh Dania panas. Adam langsung memutar setirnya menuju rumah sakit.

Ia mengurungkan niatnya untuk menjenguk omnya.

Adam sedikit kesal, kenapa Dania tidak jujur kalau sedang sakit? Kenapa memaksakan tetap pergi?

Sepertinya Adam harus kembali mengingat kalau Dania itu keras kepala. Bahkan tentang kondisinya sendiri.

Tanpa menunggu lama, kini mobil Adam sampai di rumah sakit. Kemudian Adam membangunkan Dania.

"Kita udah sampe, ayo turun." Kata Adam sambil melepas seatbelt-nya dan kemudian turun dari mobil yang diikuti juga oleh Dania.

"Kita dimana?" tanya Dania sambil mengedarkan pandangannya. Tanpa mau menjawab, Adam langsung menarik tangan Dania masuk ke rumah sakit.

Kemudian Dania ngeh kalau sekarang ia berada di rumah sakit. Setelah itu Dania langsung melepas pegangan tangan Adam padanya yang membuat Adam berbalik.

"Ngapain kita kesini?" tanya Dania.

"Kenapa kamu gak jujur? Kamu sakit kan?! Kita harus kerumah sakit." Jawab Adam.

"Aku gak sakit." Kata Dania tetap tidak mau mengaku. Karna kesal, Adam langsung melepas kacamata yang dipakai Dania, dan terlihat mata sembab Dania, mata Dania merah, sepertinya ia terlalu sering menangis.

Adam menghela napasnya. Dalam hati, Adam hanya bisa tersenyum miris. Adam benar benar tidak ingin melihat Dania menangis.

"Jangan keras kepala. Ini tentang kondisi kamu sendiri." Kata Adam lembut sembari mengusap kepala Dania. Dania hanya tersenyum simpul mendapat perlakuan itu dari Adam.

Tetapi sedetik kemudian, Dania kehilangan keseimbangannya dan jatuh pingsan.

Untung saja sebelum Dania benar benar jatuh, Adam lebih dulu menangkap tubuh Dania.

Dengan panik, Adam segera menggendong Dania menuju UGD.

Tbc.

***

Aku balik lagi. aslinya aku itu pengen banget sering publish biar cerita ini cepet tamat juga😆
Tenang, besok udah LIBURAN YEAYY. aku bakal ketik ketik dan ketik terus sampe tamat (kalau bisa ya)

THANKS FOR 50K VIEWERS🙏😻

gak nyangka kalau cerita ini bakal nyentuh 50k viewers.

Note: jangan panggil aku kakak dong. Aneh aja liatnya:)
aku 14 :)

Vote vote vote

Terimakasih.

With Love.
Dania rahma.

Just With Me✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang