Tiga puluh menit Rachel menunggu sejak dia tiba di sekolah ini, lima belas menit setelah bel pulang berbunyi. Satu hal yang membuatnya ingin menjemput Jungkook pulang. Dia ingat ucapan eomma-nya semalam saat dia sedang belajar. Sebuah ucapan yang mampu mengejutkan dirinya dan mengalihkannya dari bukunya.
“Besok, akan ada makan malam dengan keluarga Jeon. Eomma akan menjemput kamu dan Jungkook besok,” ujar eomma.
Rachel menatap eomma bingung dan bertanya, “Makan malam? Untuk apa? Bukankah kemarin sudah?” tanya Rachel.
“Untuk membicarakan hubungan kalian berdua lebih lanjut. Meskipun kalian masih muda, sudah saatnya kita semua membicarakan hubungan kalian ke arah yang lebih serius,” jawab eomma.
Rachel tidak terima. Dia tahu betul apa yang eomma maksud dengan “membicarakan hubungan kalian ke arah yang lebih serius” itu. “Eomma, kenapa aku dan Jungkook harus mengikuti makan malam yang tidak pernah kami rencanakan berdua? Kenapa aku dan Jungkook harus mengikuti kalian semua, orang-orang dewasa?! Tidak bisakah aku dan Jungkook yang menentukan semuanya?! Aku mengerti bagi kalian, orang-orang dewasa, hubunganku dan Jungkook hanyalah bisnis belaka. Tapi, biarkan kami yang menentukan sendiri!” seru Rachel.
Eomma terkejut mendapati anaknya yang membangkang. “Omo! Rachel-ah, mengertilah. Kami melakukan ini agar masa depan kalian...”
“Masa depanku dan masa depan Jungkook, biarkan kami yang memutuskan. Kalau kami ingin makan malam, biarkan kami makan malam berdua. Biarkan kami yang menentukan semuanya. Kalian para orang dewasa tak berhak untuk itu.” Lalu Rachel pergi meninggalkan ibunya.
Rachel menghela nafasnya, dia masih menunggu Jungkook dengan sabarnya. Dia ingat, pagi itu dia nekat membawa mobil ke sekolah agar bisa menjemput Jungkook sebelum eomma melakukannya, meskipun dia masih belum punya SIM. Dia tidak ingin Jungkook merasa tidak nyaman dan terbebani atas apa yang orang tua mereka lakukan.
Dia tidak ingin Jungkook merasa tak nyaman di setiap mereka bertemu, terutama karena urusan perjodohan sialan itu.
Beberapa menit lagi Rachel menunggu, dan akhirnya Jungkook turun dengan seorang perempuan yang menggunakan payung transparan seperti miliknya. Yeoja itu berlalu begitu saja dan Rachel tak begitu mempedulikannya. Dia hanya menatap Jungkook lamat-lamat, yang hanya menutup kepalanya dengan hoodie, berharap Jungkook mau menerima ajakannya.
“Akhirnya kamu turun juga. Apa yang kamu lakukan sampai pulang telat begini? Sepertinya teman-temanmu sudah pulang semua sejak satu jam yang lalu,” sapa Rachel.
“Itu bukan urusanmu. Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Jungkook.
“Menjemputmu, tentu saja. Apa aku tidak boleh menjemput tunanganku sendiri?”
Jungkook bungkam, tak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, dia setuju akan ucapan Rachel sepenuhnya. Di sisi lain, dia tak suka mendengarnya. Dia tak suka fakta kalau Rachel adalah tunangannya, dia tak suka fakta kalau hubungan mereka adalah hubungan yang serius. Dan di atas semua, dia membenci eksistensi Rachel.
Dan sepertinya, Rachel mampu membaca pikirannya. “Sudahlah. Meskipun kamu membenciku, kamu tak bisa menolak kenyataan kalau aku adalah tunanganmu dan aku adalah orang yang berhak untuk melindungimu. Jadi, daripada berbasah-basah di jalan.” Rachel menyerahkan payungnya ke Jungkook dan menarik lepas tudung hoodie-nya. Lalu, Rachel berkata, “Pakai payungku sebentar dan naik ke dalam mobil.”
Dan lagi, Jungkook tak bisa mengucapkan suatu apa sementara Rachel bergegas masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi supir. Jungkook tak langsung masuk, melainkan menatap punggung Eunha yang perlahan menjauh. Dalam hati, dia berharap bisa menghabiskan waktu dengan yeoja itu lebih lama. Dia juga bertanya-tanya apakah perkiraannya saja atau Eunha berjalan lebih lambat?
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] SECRET GARDEN 2 #Wattys2018
FanfictionBagi Eunha, Jungkook yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Jungkook, Eunha yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar...