Jungkook sedang makan malam ketika eomma, yang baru saja pulang dari kantor, menghampirinya. “Jungkook-ah, kamu sudah pulang?” sapa eomma. Lalu, dia bergabung dengan Jungkook.
Jiwa Eunha yang bersamayam dalam tubuh Jungkook masih belum terbiasa dengan kehadiran eomma. “Sudah pulang, eomoni... Ah! E-eomma sudah pulang?” sapa Jungkook.
Sementara eomma tampak bingung dengan menu makan malam Jungkook. “Kamu makan salad dengan... nasi?” tanya eomma. Dia bingung melihat Jungkook yang mencampurkan nasi ke dalam mangkuk saladnya.
“Ah, ini? Ne. Saya merasa sangat lapar dan mendadak ingin makan nasi. Selamat makan, eomoni... ani! Selamat makan, eomma,” ujar Jungkook. Lalu dia lanjut menyendok nasi dan saladnya dengan kikuk.
Eomma merasa aneh dengan Jungkook dan keramahannya yang tidak biasa. Biasanya anak itu akan menatapnya seperti musuh dan membuang mukanya di saat eomma ingin mengajaknya bicara. “Kamu... baik-baik saja?” tanya eomma.
“Ne? Ah, tadi... kepala saya terbentur bola dan pingsan saat bermain basket di sekolah. Jadi, kepala saya agak pusing sampai sekarang.” Jungkook mengucapkan jawaban yang dia latih dengan Eunha tadi siang.
Eomma pun cemas dan mengecek suhu tubuh Jungkook. Jungkook agak sedikit berkelit karena tak nyaman. “Hah? Terus sekarang bagaimana kondisimu?! Masih sakit?! Apa perlu dipanggilkan dokter Song?” tanya eomma cemas. Jiwa Eunha berpikir kalau dokter Song ini adalah dokter pribadi keluara Jeon.
‘Daebbak! Keluarga ini punya dokter pribadi. Benar-benar ada di level yang berbeda’-Eunha.
“Gwaenchanayo, eomma. Saya hanya sedikit pusing saja. Mungkin dengan istirahat yang cukup saya bisa sembuh lagi,” jawab Jungkook.
Eomma pun menurunkan tangannya, namun dia masih tetap menatap Jungkook cemas. “Pasti kamu linglung sekali sampai-sampai kamu berbicara dengan eomma pakai bahasa baku,” komentar eomma.
‘Ah! Aku lupa!’-Eunha.
“Hehehehe.” Jungkook tertawa kikuk.
Mereka berdua pun melanjutkan makan dalam diam. Namun, diamnya eomma menyimpan banyak pikir, membuatnya menurunkan sendoknya dan bertanya pada Jungkook. “Jungkook-ah, kamu ingat ‘kan kalau besok ada makan malam dengan keluarga Yoo?” tanya eomma.
Ah, tentu dia tahu. Eunha sudah bercerita padanya soal makan malam itu. Sebuah makan malam yang sangat Jungkook hingga jiwanya yang sudah berpindah tubuh itu bahkan melarangnya dengan keras untuk menerimanya. Sejujurnya jiwa Eunha juga tidak menyukainya, fakta bahwa dia akan bertemu dengan tunangan Jungkook membuat perasaannya tak nyaman. Namun, di sisi lain dia ingin mengerti kenapa Jungkook membencinya.
“A-aku ingat. M-memangnya kenapa?” tanya Jungkook.
Eomma tak langsung menjawab, melainkan menatap mata Jungkook lamat-lamat. Ada rasa yang ingin disampaikan dalam tatap itu, namun eomma tak mampu mengucapkannya. Dan tanpa sepengetahuan eomma, rasa itu sampai di hati Eunha dan sebagai seorang perempuan, Eunha mengerti perasaan itu.
‘Rasa kasihan. Rasa kasihan yang sangat dalam dari ibu terhadap anaknya.’-Eunha.
“Apa kamu benar-benar ingin melakukannya? Makan malam itu?” tanya eomma.
Jungkook menghela nafasnya. Dia ingat perintah pemilik tubuh ibi untuk menolak makan malam itu. Tapi, bukankah dia akan ada dalam masalah? Bukankah kalau dia membangkang orang tua, maka dia akan kena hujan amarah dari appa? Dan bukankah eomma akan semakin terluka hatinya, jika memang benar eomma kasihan pada Jungkook?
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] SECRET GARDEN 2 #Wattys2018
FanfictionBagi Eunha, Jungkook yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Jungkook, Eunha yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar...