Eunha memeluk Jungkook erat-erat, seolah tak mau Jungkook pergi ke manapun. Dan memang dia tak ingin Jungkook pergi ke manapun. Atas dasar sebuah keegoisan, dia hanya ingin Jungkook berada di sisinya dan hanya untuknya.
Karena dia ingin mencintai Jungkook seperti Jungkook mencintainya.
“Nado. Aku juga membenci keputusan ini. A-aku juga membenci situasi ini. Tapi, bukankah aku tak punya pilihan? A-aku tak ingin melihatmu menderita,” ujar Eunha.
Jungkook sedikit melepas pelukannya dan menatap mata Eunha sungguh-sungguh. “Kalau begitu, aku akan memastikan dirimu tak perlu melihatku menderita. Entah bagaimana caranya aku akan membujuk appa untuk merestui hubungan kita. Aku yakin aku bisa melakukannya,” ucap Jungkook sungguh-sungguh.
Mungkin ucapan Jungkook terdengar gegabah, tapi kesungguhan ucapannya sudah lebih dari cukup untuk menggerakan hati Eunha. Ah, Eunha masih merasa ini semua begitu berat, namun kesungguhan Jungkook membuat semuanya terasa lebih ringan. “Kalau begitu, ayo kita tanggung derita ini bersama-sama. Kita pernah membicarakan ini sebelumnya. Harga diri laki-laki adalah soal berjuang untuk perempuan kecintaannya dan harga diri perempuan adalah untuk bertahan di sisi laki-laki kecintaannya. Meskipun akan berat, a-ayo kita lakukan bersama-sama,” ucap Eunha yakin.
“S-sungguh?!” tanya Jungkook.
Eunha menganggukan kepalanya. “Dengan satu syarat,” ucap Eunha.
“Apa itu?” tanya Jungkook.
Eunha diam sejenak sebelum berkata, “Misalkan keadaan semakin sulit nantinya dan kamu harus melepaskan apapun, tolong jangan lepaskan genggaman tanganmu pada tanganku,” kata Eunha.
Jungkook sadar kalau permintaan Eunha bukanlah permintaan main-main. Eunha masih menyimpan rasa takutnya dan Eunha percaya kalau Jungkook tak akan meninggalkannya. Berat ucapan itu untuk dipenuhi, Jungkook tahu itu, tapi kesungguhan hati membuatnya mengangguk dengan mudahnya.
“Aku tak bisa janji, tapi aku akan berusaha untuk itu. Aku tak ingin sebuah janji yang belum tentu bisa ditepati akan menyakitimu lebih parah dari ini,” ujar Jungkook.
Eunha mengangguk setuju. “Sebuah janji akan berharga lebih berat kalau kamu tak sanggup memenuhinya. Sekarang, asalkan kamu berjuang untuk tak melepaskan aku, aku tak apa-apa,” ujar Eunha.
Sukacita hati Jungkook membuatnya menarik Eunha ke dalam pelukan eratnya lagi. Lepas rindu adalah hal yang dia lakukan, dia sungguh tak pernah menyangka ketidak hadiran Eunha dalam hidupnya bisa membuat lubang begitu besar di hati. Dia usap belakang kepala Eunha dan dikecupnya kening sebelah kanan Eunha.
“Aku merindukanmu, Kelinciku,” ujar Jungkook.
“Aku juga. Sangat merindukanmu,” balas Eunha.
“Ngomong-ngomong kenapa kamu pindah tanpa memberi tahu aku?” tanya Jungkook.
“Mian. Aku... masih takut untuk menghadapimu waktu itu. Tapi sekarang aku sudah baik-baik saja,” jawab Eunha.
Jungkook kembali menatap Eunha. “Jika semuanya sudah selesai, apa ada kemungkinan kamu kembali ke Seoul?” tanya Jungkook.
Untuk itu, Eunha semakin menundukan kepalanya. Sesal kembali membebani hatinya. “Mian, aku tak bisa. Appa dapat pekerjaan yang lebih stabil di sini, kami juga sudah punya rumah sendiri, biaya hidup di sini lebih murah. Aku tak bisa pindah lagi ke Seoul, aku tak ingin membebani appa,” ujar Eunha. Lalu dia buru-buru menambahkan, “Tapi, kalau aku kuliah di Universitas Seoul, aku bisa kembali.”
Jungkook mengangguk mengerti, meskipun dia sedikit kecewa. Diapun kembali memeluk Eunha. “Gwaenchana. Selama kita masih bisa saling menghubungi. Toh naik kereta ke Gwangju tak begitu jauh,” ucap Jungkook. Lalu, dia menambahkan, “Ah, bolehkah aku menginap di tempatmu? Ini sudah terlalu malam,” tanya Jungkook. Matahari memang sudah tenggelam sepenuhnya di ufuk barat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] SECRET GARDEN 2 #Wattys2018
FanfictionBagi Eunha, Jungkook yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Jungkook, Eunha yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar...