Jaehyun menutup pintu depan rumah Eunha. Berat hati itu terasa hanya dengan sebuah dengar. Eunha dan namja itu ada di dalam kamar, menghabiskan tidur malam mereka berdua saja. Membayangkannya saja Jaehyun tak sanggup, hati ini terlalu sakit hanya untuk sebuah khayal yang tak semestinya.
Jaehyun membalikan badannya, bersandar di pintu rumah Eunha. Dia menghirup inhaler-nya, berharap benda mungil itu bisa melegakan dirinya sejenak. Namun, sesak itu bukan dari saluran nafasnya, melainkan cinta yang tak kunjung tersampaikan. Dan dengan bodohnya, Jaehyun membiarkan cinta itu lebam membiru. Dengan bodohnya, dia membiarkan dirinya bersakit lagi, tertatih menanggung cinta yang hanya memberat diri.
Dengan bodohnya, Jaehyun menangis.
Tangisan itu membelah pagi yang sunyi, meski Jaehyun berusaha menahannya. Ketidak sanggupan hati telah memaksanya untuk menangis, membiarkan jiwa dan raga tenggelam dalam kesedihan yang berwarna sehitam aspal yang masih basah. Kesejukan musim semi tak mampu menghiburnya bahkan barang setitik ketenangan.
Luka itu terlalu berperih. Dia terlalu mencintai orang yang menyakitinya.
'Aku tak ingin mencintaimu, Eunha-ya. Aku tak ingin mencintaimu... tapi bagaimana caranya?'
Lalu tak berapa lama, Jaehyun mendengar seseorang akan membuka pintu dari arah dalam rumah. Jaehyun langsung buru-buru menghapus air matanya, mengatur suasana hatinya dan berbalik tepat ketika Eunha membuka pintu. Yeoja itu sedang membawa kantung besar berisi sampah dan terkejut ketika mendapati Jaehyun sudah berdiri di depan pintu rumahnya.
Dan namja itu... tersenyum. Sebuah senyum yang Jaehyun harap bisa menyembunyikan isak tangisnya barusan.
"Jaehyun... oppa?" tanya Eunha bingung.
Masih dengan senyum yang dia harap terlihat tulus, Jaehyun berkata, "Eomma memasak lebih kemarin, sudah aku taruh di dapur. Itu tinggal dipanaskan saja. Ah, kamu mau membuang sampah? Sini, biar aku yang buang," ujar Jaehyun. Lalu dia mengambil kantung sampah itu.
Eunha, yang masih bingung, menjawab, "Ah, geurae. Gomawo."
Jaehyun tersenyum lembut dan berkata, "Kalau butuh apa-apa, kamu tahu ke mana harus memanggilku. Aku masih izin kuliah hari ini," kata Jaehyun. Lalu, dia pergi meninggalkan Eunha sebelum senyuman di bibirnya terhapus dan dia menangis lagi. Menyembunyikan sedih di balik sebuah senyuman, rasanya lebih sulit dan sakit dari yang dia duga.
Sementara Eunha menatap punggung Jaehyun yang menjauh dengan sebuah kekalutan yang bersarang dalam dadanya.
'Apa tidak apa-apa memperlakukannya seperti ini? Dia... terlalu baik.'
*****
Eunha termenung di dapur, membuatnya hampir menggosongkan makanan kalau saja Jungkook tidak menyadarkannya. Eunha yang tiba-tiba seperti ini membuat Jungkook merasa cemas. "Chagiya, kamu kenapa? Kok tiba-tiba berubah begini?" tanya Jungkook yang baru saja selesai mandi. Rambutnya masih basah, dia sudah mengenakan kemejanya lagi.
Eunha, yang sedang menyiapkan makanan di atas meja, menjawab, "Tadi pagi Jaehyun oppa ke sini, hendak mengantar makanan. Sepertinya dia mendengar percakapan kita di dalam kamar," jawab Eunha murung.
Jungkook sedikit terkejut atas jawaban Eunha. Dia mengerti alasan kenapa Eunha bisa murung, pasti dia merasa tak enak hati karena sudah menyakiti Jaehyun lagi. Tapi, ada satu hal yang tidak Jungkook mengerti. "Kenapa dia bisa masuk ke rumah ini?" tanya Jungkook.
"Appa memberinya kunci cadangan. Aku sering menghilangkan kunci cadangan yang aku punya, jadi untuk jaga-jaga appa memberikan Jaehyun oppa kunci cadangan juga," jawab Eunha sembari menyuguhkan kimchijeon dan jangjorim di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] SECRET GARDEN 2 #Wattys2018
ФанфикBagi Eunha, Jungkook yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Jungkook, Eunha yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar...