Dan Jungkook tak bisa mencegah kupu-kupu itu untuk tidak beterbangan lagi di dalam perutnya.
“Kok aku bisa bertemu denganmu di sini?” tanya Jungkook.
Eunha membuang mukanya dan menjawab, “Aku baru saja pulang dari membeli beberapa keperluan,” jawab Eunha. Lantas perhatian Jungkook jatuh ke kantung plastik di tangan Eunha. Sepertinya dia baru saja dari supermarket.
Lalu, Eunha bertanya, “Apa kamu mau terus jongkok seperti itu? Orang-orang akan melihat seolah kamu berlutut di hadapanku.” Jungkook pun tersadar dan langsung menyelesaikan mengikat tali sepatunya. Dia mengambil jaket almamater dan tasnya lalu bangkit berdiri.
“Gomawo,” ujar Jungkook.
“Bukan masalah,” balas Eunha. Lalu, dia melanjutkan, “Kamu... habis dari mana?” tanya Eunha.
“Aku baru saja pulang dari kursus. Aku menunggu setengah jam tapi hujan tak reda, jadi aku nekat,” jawab Jungkook.
“Aigu, lain kali jangan seperti itu! Lihatlah, kamu basah kuyup sekarang! Aku tidak mau kamu sampai sakit!” ujar Eunha cemas.
Mau tidak mau Jungkook jadi tersenyum sumringah mendengar kecemasan Eunha. “Apa seorang Jung Eunha mencemaskanku?” goda Jungkook.
Demi menahan sebuah malu yang perlahan menyeruak, Eunha membuang mukanya lagi. “K-kita ‘kan teman. T-tentu aku tidak ingin kamu sakit,” ujar Eunha.
Mendapati wajah Eunha yang memerah menahan malu membuat hati Jungkook menghangat, meski tubuhnya kedinginan karena hujan. Eunha yang menahan malu terlihat lucu dan karenanya Jungkook tak mampu menahan senyumannya. “Terima kasih karena mengkhawatirkanku,” ucap Jungkook tulus.
Perlahan, Eunha menatap Jungkook. “Kenapa tidak membawa payung? Kenapa tidak menghubungi orang tuamu untuk menjemput?” tanya Eunha.
“Aku lupa bawa payung, kayaknya payungku ketinggalan di locker. Ponsel dan power bank-ku habis baterai, di sekitar tempat kursusku mati lampu. So, aku tidak punya pilihan lain,” jawab Jungkook enteng.
Kecemasan Eunha berbuah kesal demi mendengar jawaban enteng Jungkook. “Dasar! Lain kali pastikan kamu membawa payung ke manapun kamu pergi! Pastikan juga baterai power bank dan ponselmu dalam keadaan full! Kalau keadaan genting seperti ini ‘kan tidak perlu repot!” seru Eunha kesal. Setelah dua helaan nafas panjang dan Jungkook tidak menanggapi, orang itu hanya menatap mata Eunha lamat-lamat, Eunha pun melanjutkan, “Sekarang, kamu pakai ponselku dan telepon orang rumah untuk menjemputmu. Selagi menunggu... kita bisa berteduh di rumahku,” lanjut Eunha.
“Apa tidak merepotkan?” tanya Jungkook pelan.
“Menurutmu?! Tentu merepotkan! Tapi, repot bukan alasan yang tepat untuk tidak membantu teman. Lagipula, aku meninggalkan ponselku di rumah, jadi kita tidak punya pilihan lain,” ujar Eunha.
Dan sensasi hangat yang awalnya berpusat di hati Jungkook perlahan menjalar ke bagian tubuhnya yang lain. Rasa hangat itu menjalar ke wajah Jungkook, membuat pipinya memerah dan bibirnya tersenyum lembut serta tatap mata yang semakin menghangat. Rasa hangat itu juga menjalar ke kedua kaki Jungkook, membuatnya berjalan mendekati Eunha hingga tubuh mereka berhimpit. Rasa hangat itu juga menjalar ke kedua tangan Jungkook, membuatnya mengambil payung dari tangan Eunha.
“Mungkin kamu tidak sadar, tapi caramu memegang payung terlalu pendek untukku. Biar aku yang bawa payung ini. Dengan begitu, tak satupun dari kita akan kebasahan,” ucap Jungkook lembut.
Sementara Eunha tak kuasa untuk mengontrol tubuhnya. Karena kegugupan yang luar biasa, dia hanya membiarkan Jungkook melakukan apapun yang dia mau. Dengan jarak sedekat itu, Eunha bisa merasakan tubuh Jungkook yang tegap dan lebih tinggi darinya. Dia juga bisa merasakan tatap mata dan suara Jungkook yang menyetrum sesuatu dalam hatinya bagaikan listrik, membuatnya sukses tak berkutik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] SECRET GARDEN 2 #Wattys2018
FanfictionBagi Eunha, Jungkook yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Jungkook, Eunha yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar...