Siang itu cuaca mendung, hujan rintik-rintik mengguyur permukaan tanah. Jungkook berdiri di sana, di pintu gerbang sekolah tetangganya. Dia tak memakai payung, tapi dia menutup kepalanya dengan hoodie warna abu-abu. Dia menunggu Yerin, mereka berjanji untuk bertemu sejak tiga hari yang lalu. Meski beberapa murid sekolah tetangga menatapnya penuh kekaguman, ketampanan trio JeonLeePark sudah terdengar sampai ke sekolah tetangga, Jungkook tak begitu mempedulikannya. Dia hanya ingin bertemu Yerin untuk menanyakan keberadaan Eunha.
“Jungkook-ssi?”
Jungkook menoleh ke samping kanan dan mendapati Yerin sudah berdiri di sampingnya. “Ah, ne. Kamu Yerin-ssi, ‘kan?” tanya Jungkook.
“Ne. Ayo kita berbicara di tempat lain. Di sini terlalu ramai,” jawab Yerin.
“Bagaimana kalau di cafe dekat sini? Biar aku yang bayar.”
Tak berapa lama, mereka sudah duduk dengan hangatnya di dalam cafe mungil yang terletak di dekat sekolah mereka. Jungkook sengaja memilih tempat duduk di samping jendela, baginya pemandangan hujan yang semakin deras ini bisa membantu menyegarkan pikirannya sedikit. Tak ada caramel macchiato yang selalu menjadi kopi favoritnya, melainkan espresso yang bisa mewakili kepahitan hidup yang tengah dia rasakan. Begitupun Jungkook, begitupun Yerin. Dia juga memesan espresso. Alasannya? Karena harganya lebih murah.
“Aku takut kamu tak bisa menemuinya secepat itu,” ucap Yerin pada akhirnya.
Jungkook, yang sedang menyesap kopinya, terkesiap. “K-kenapa? Apa dia begitu terpukul?” tanya Jungkook.
Dengan berat hati, Yerin menganggukan kepalanya. “Dia sudah menceritakan semuanya. Tentang perjodohanmu dan yeoja itu yang begitu penting juga tentang perasaan yeoja itu padamu yang begitu murni. Dia bilang, sebagai sesama perempuan yang mencintaimu dengan tulus, dia tak tega untuk menyakitinya. Apalagi katanya perempuan itu sudah berjuang begitu lama untuk bisa dapat perhatianmu,” jawab Yerin.
“Tapi aku dan Rachel sudah tak bertunangan lagi! Kami sudah berpisah!” ujar Jungkook sembari menunjukan kesepuluh jarinya. Memang sudah tak ada lagi cincin di sana.
“Apa orang tua kalian juga sudah menyetujui perpisahan kalian?” tanya Yerin.
Jungkook terdiam. Memang perpisahan ini hanya terjadi di antara dirinya dan Rachel, tak ada persetujuan antara kedua orang tua dan para pemilik saham di masing-masing perusahaan. Seketika Jungkook dihantam oleh kenyataan yang membuatnya telak tak berkutik. Dia menurunkan lagi kesepuluh jari tangannya demi sebuah kesenduan yang perlahan merasuk hati.
“Tapi... a-aku hanya mencintai Eunha. A-aku merindukannya. K-kalau dia tidak bisa kembali, setidaknya aku ingin dia menghubungiku dan memberi kejelasan. Dia pergi tanpa pamit, Yerin-ssi,” ucap Jungkook terbata-bata.
“Mungkin dia paham kamu akan mencegahnya sebisa mungkin. Sepertinya dia sangat mengerti dirimu, Jungkook-ssi,” jawab Yerin.
Ya, Yerin benar. Jika Eunha berpamit padanya, maka Jungkook tak akan membiarkannya pergi dalam keadaan apapun. Dia juga paham kenapa Eunha meninggalkannya seperti ini, tapi dia tetap membenci keputusan itu.
Yerin semakin iba melihat sosok di depannya ini. Sepertinya dia mencintai Eunha dengan tulus, sama seperti Eunha yang juga tulus mencintainya. Sosok di hadapannya ini ingin berjuang, tapi dia masih lemah dan belum tahu cara mengembangkan sayap di pungggungnya. Dia butuh bantuan untuk itu dan hanya orang-orang terdekatlah yang bisa membantunya.
Yerin pun mengeluarkan secarik kertas dan bolpoin dari dalam tasnya, lalu dia menuliskan alamat rumah Eunha yang baru. Dia menyerahkan alamat itu ke Jungkook. “Ini alamat rumahnya. Datanglah ke sana di saat Eunha sudah mulai menghubungimu lagi. Sekarang belum saatnya. Jika kamu ingin Eunha semakin menjauh, kamu boleh gegabah dan berangkat secepatnya,” ujar Yerin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] SECRET GARDEN 2 #Wattys2018
FanfictionBagi Eunha, Jungkook yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Jungkook, Eunha yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar...