"Jika kita mencintai segala sesuatu karena Allah, maka kita tidak akan pernah kenal yang namanya kecewa atau sakit hati"
🍁🍁🍁
Tak ada yang tau tentang suara hati ini kiranya, ia duduk termangu di depan jendela kamar yang tinggi menjulang itu, dari sana ia dapat melihat langit yang di penuhi oleh awan bertebaran di atas sana.
Ia sedang berusaha untuk tersenyum, kali ini perasaannya sungguh kalut, ia merasa sedang mengingkari janji, janji yang dulu ia buat sendiri. Bukankah ia ingin mencintai segala sesuatu karena Allah? Lantas mengapa saat ini dirinya masih bisa merasakan kecewa dan sakit? Semua itu jelas harus di pertanyakan, ia sudah salah, dan niat serta janjinya dari awal kini ia ingkari.
Untuk apa ia bersedih, tak ada gunanya, di umur dia yang masih sangat muda ini harusnya di pakai untuk segala sesuatu yang bermanfaat, misalnya meraih mimpi atau sibuk untuk mencari cara agar dapat membahagiakan kedua orang tuanya, lagi-lagi ia menyesal duduk merenung seperti ini, sangat tidak berguna.
Sudah cukup, tekadnya sudah bulat, ia tak akan bersedih lagi. Mungkin ia harus rela dan ikhlas jika dia memang bukan untuknya, melainkan untuk orang lain.
"Caca? " suara ketukan pintu bersamaan dengan panggilan Umminya itu membuat Caca terlonjak kaget, pikirannya langsung buyar dan kembali sadar 100% .
"Iya Ummi? " Caca segera berjalan membuka pintu kamarnya yang sengaja ia kunci.
"Ca, kamu ngapain? " Hana menatap putrinya dengan seksama, ia meneliti wajah Caca.
"Nggak ada kok, Caca cuma baca buku aja Mi " Caca berjalan memasuki kamarnya, dan tentu saja sang ummi juga mengikutinya dari belakang.
"Ca, besok teman Abi kamu mau datang ke rumah beserta anaknya, seperti ada yang ingin di sampaikan, jadi Ummi minta sama kamu supaya jangan kemana-mana. " Hana duduk di tepi ranjang milik Caca, matanya tak henti menatap mata Caca.
"Loh, memangnya ada apa Ummi? Kan Caca besok harus kuliah." Caca jadi bingung dengan perintah umminya.
"Iya kamu tetap kuliah, tapi habis itu langsung pulang. " jelas Hana
"Iya Ummi. " jawab Caca dengan singkat.
...
Setelah mengucapkan salam dari telepon yang masuk di ponselnya, Azka mengernyit heran, ia sangat kenal dengan suara yang menjawab salam dari seberang sana.
"Ada apa? " tanya Azka sekali lagi sambil mengernyit heran.
"Gue mau yakinkan lagi sama omongan lo yang kemaren, lo yakin kan? " tanya Vino
"Maksudnya? Itu bukan urusan gue lagi. " entah mengapa Azka mendadak sedikit emosi setelah Vino memberi pertanyaan yang membuat hatinya bergemuruh.
"Gue cuma mau bilang, kalo dia udah jadi milik gue, lo jangan pernah lagi muncul di hadapan dia. " Vino memancing emosi Azka, sengaja ia ingin mendengar secara langsung tentang jawaban dari Azka.
"Apapun itu gue janji, dan gue rasa lo emang harus jagain dia. " jawab Azka dengan mantab, ia sedikit terguncang akan jawaban yang baru saja ia berikan, namun hanya itu yang dapat ia katakan.
Sambungan terputus secara sepihak, Vino lah yang memutus panggilannya, Azka kembali menatap layar ponselnya, ia bergeming dan diam saja di sana.
"Kak Azka udah siap? " Fira masuk dengan langkah cepat, bahkan ia tak mengetuk pintu terlebih dahulu, walaupun memang pintu kamar Azka sedikit terbuka.
Azka hanya menganggukan kepala dengan mantab, sekali lagi ia pasrah.
Fira tak lupa menutup pintu kamar Azka saat ia berjalan masuk tadi, ada hal yang ingin di sampaikan Fira kepada kakaknya.
Fira berjalan mendekat seraya menghampiri kakaknya, ia menggenggam erat kedua tangan Azka, Fira mencoba menguatkan."Ceritain semuanya sama Fira kak, Fira tau ada yang kakak sembunyikan. " manik mata Fira menatap Azka dengan sendu.
Azka masih diam dan tak ada niat untuk menjelaskan, hal itu membuat Fira mengehela nafasnya.
"Maafin Fira kak, Fira nggak sengaja dengar pembicaraan kakak tadi di telepon, sebenarnya siapa orang yang kakak maksud di telepon itu? " Fira bertanya dengan hati-hati, ia tak mau bertanya dengan menyudutkan Azka, ia hanya ingin Azka lebih terbuka dan sedikit berbagi masalah dengannya.
"Fira kakak nggak tau harus gimana, menurut kakak keputusan ini harus benar-benar di pikirkan dengan baik, tapi kakak nggak tau kenapa keputusan sekarang yang kakak ambil itu salah. " perlahan namun pasti Azka menceritakan segala keluh kesahnya.
"Kakak harus yakin sama keputusan kakak. Fira percaya kok kalo kakak bisa memilih yang terbaik. " Fira berusaha meyakinkan Azka, ia tau kakaknya yang satu ini sedang dilema.
"Kak, gimana kalo kakak minta waktu lagi sama Bunda? " tanya Fira dengan sedikit ragu, saat ini hanya cara itu yang ada di pikiran Fira.
"Nggak bisa Fir, kakak nggak mau nyakitin orang, apalagi dia perempuan, dimana-mana perempuan yang butuh waktu,bukan laki-laki. " Azka berdiri dan menatap pintu kamarnya yang tertutup.
"Kakak yakin ini keputusan yang terbaik, kakak udah pikirin hal ini dari jauh-jauh hari, bahkan kakak sudah sholat istikharah, insyaAllah kakak nggak salah jalan. " Azka tersenyum dan beralih menatap Fira, ia memang terlihat dewasa jika sudah seperti ini, bahkan Fira saja sampai kagum dengan Azka karena sifatnya yang sangat hati-hati dan tanggung jawab.
Memang di rumah Azka sedang berkumpul semua keluarga, namun hal itu karena mereka semua ingin segera tau keputusan Azka, agar nantinya keluarga Azka tinggal mencari waktu yang tepat saja untuk langsung meminang Keira.
"Azka? " sapa Ahmad Saat Azka sudah duduk di ruang keluarga.
"Ayah, Bunda, Azka mau bicara. " semua perhatian tertuju ke arah Azka.
"Azka udah mikirin semua, dan sekarang Azka udah dapat keputusan. Azka siap untuk menikah dengan Keira. " Azka tersenyum, ia bersungguh-sungguh mengatakan itu, bahkan Dewi menatap Azka tak percaya, dan ia berusaha mencari kebohongan dimata anaknya, namun nihil, karena Azka benar-benar jujur dan yakin akan keputusannya.
"Alhamdulillah, kalau begitu Ayah akan mencari waktu yang tepat untuk bertemu dengan keluarga Keira. " Ahmad menepuk pundak Azka dengan senyum yang merekah, ia sangat senang dengan keputusan Azka.
Kak, kenapa aku sama sekali tidak melihat kebahagiaan di mata kakak? Batin Fira menjerit saat melihat Azka.
🍁🍁🍁
Terima kasih yang sudah vomment cerita ini💞 maaf karena terlalu lama update, karena terkadang mood tidak mendukung untuk menulis, tapi tenang cerita ini akan tetap di update, tunggu part selanjutnya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Ukhti
SpiritualMaut, rezeki, dan jodoh. Semua telah di atur oleh Nya, maka percayalah dan serahkan semuanya kepada Sang Pencipta. Yakinlah Allah selalu bersama dengan hamba-hamba Nya.