Part 21

2.1K 122 0
                                    

"Sebaik-baik teman di sisi Allah Ta'ala adalah yang paling baik berbuat baik kepada temannya"

HR. Trimidzi

🍁🍁🍁

"Kok... Kalian? " tanya Caca dengan bingung, ia menatap Keira dan Fira secara bergantian.

Untuk lelaki yang duduk dan hanya diam saja di sofa itu tidak Caca pedulikan, saat otak Caca mencerna siapa lelaki itu Caca langsung bersikap sewajarnya.

"Keira mau main ke rumah kamu Ca.. " jawab Fira mengambil alih.

Sedangkan Keira hanya tersenyum. Azka sedari tadi hanya diam, namun ia tetap memperhatikan.

"Mas Fathur ada kak Azka nih.." panggil Caca saat Fathur berjalan melenggang melewati pintu.

"Eh, ada Azka ya? Kirain ukhti-ukhti semua... Ikut aku ke depan mau nggak? " Fathur mengajak Azka untuk duduk bersamanya di teras rumah, dan sepertinya juga ada sesuatu yang ingin di tanyakan Fathur kepada Azka.

Azka langsung beranjak dan mengikuti Fathur dari belakang. Saat ini sudah tidak ada lagi permasalahan antara Fathur dan juga Azka, sejak kejadian lalu hubungan Azka dan Fathur memang meregang, namun sebisa mungkin di antara mereka untuk tetap menjalin komunikasi dan persahabatan. Jika mereka bertemu seperti sekarang, maka tak ada lagi yang membahas tentang kejadian waktu itu.

"Kamu dari mana aja Nis? " Keira bertanya, dan membuat Caca yang sedang menatap 2 laki-laki itupun berhenti dan kembali fokus kepada kedua temannya.

"Aku nyarik buku yang di suruh sama Pak Syakir untuk besok, di temenin sama Luna. " Caca memang jujur, namun di balik jawabannya ia teringat kepada 1 lagi lelaki yang baru saja ia jumpai saat di restoran tadi.

"Oh, kirain habis jalan-jalan Sama kekasih bayangan, kan bahaya tuh " sambung Fira dengan asal-asalan. Setelah itu mereka tertawa bersama.

"Apaan sih, jangan sama-samain aku sama kamu. Kita itu beda Fir" kini gantian Caca yang menyinggung Fira, tapi sungguh tak ada maksud untuk saling menyakiti, karena mereka sudah terbiasa dengan obrolan meyangkut tentang hati seperti ini.

"Loh kok jadi aku sih? Harusnya itu Keira.." Fira memang tiada hentinya untuk membalas perkataan Caca, dan semua yang ada di sekitar harus ikut terlibat, Keira tidak terima karena namanya di sebut-sebut.

"Fira entar pulang ini kamu langsung aku nikahin aja deh sama tetangga sebelah aku, biar nggak kepikiran terus sama kekasih bayangan.  " Keira kembali membuat tawa, Fira yang mendengar jadi penasaran.

"Boleh, dia kuliah atau udah kerja? Kalau kuliah udah semester berapa? Kalau kerja, kerjanya jadi apa? Alasan mau nikahin aku itu apa?? " tanya Fira dengan serius, Caca sudah tertawa sambil memegang perutnya, namun ia berusaha agar tawanya tidak berlebihan, maka dari itu perutnya sangat sakit.

Menurut Caca yang akan duluan menikah kelak adalah Fira, karena lihat saja saat ini, ia sudah mulai memilih-milih calon imam, dan Fira juga pernah bilang jika ada laki-laki yang ingin langsung menikahinya maka Fira akan langsung menerima saat itu juga.

"Dia udah kerja, alasan dia mau nikah itu karena memang umurnya udah cukup. " jawab Keira dengan lancar, ia masih ingin menggoda temannya.

Berbeda dengan mereka yang di dalam, karena justru yang sedang duduk di teras saat ini sedang membicarakan topik yang serius.

"Jadi benar kamu mau nikah?  " Fathur sedikit terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar dari Azka, maka dari itu ia kembali bertanya untuk memastikan.

"Belum tau kak, tapi Azka udah kasih harapan untuk Bunda sama Ayah. " yang barusan di katakan Azka itu memang benar, tak ada sama sekali yang ia sembunyikan, mungkin dalam waktu dekat ia akan mulai memberi keputusan.

Fathur menghela nafasnya, ia baru tau kabar mengejutkan ini. Entah apa yang ada di pikiran Fathur, yang jelas ia merasa akan ada hal buruk yang kelak akan terjadi.

Keira dan Fira masih tak berhenti untuk saling menjawab, mereka benar-benar asyik mengobrol, sedangkan Caca sedari tadi hanya tertawa.

"Nggak jadi deh, kirain masih bujang.. Taunya duda. " Fira memasang muka masam, ia merasa jengkel, baru saja ia di buat terbang tinggi, dan sekarang sudah jatuh ke dasar karena Fira baru memberikan fakta yang terakhir.

"Udah deh, aku belum mau nikah kok. Biar Keira aja yang duluan nikah. " tambah Fira, ia menyerah saja jika sudah seperti ini.

"Keira mau nikah duluan? " canda Caca yang ia ucapkan dengan nada bertanya.

"Iya, bentar lagi. Tunggu si dia peka. " Sahut Fira dengan percaya diri dan tak tau malu karena pertanyaan itu di tujukan untuk Keira, tapi malah justru Fira yang menjawab

"Kalo nunggu dia peka itu bukannya untuk kamu ya Fir? Sama si Vino? " ceplos Caca yang langsung di tanggapi Fira dengan mata yang tajam.

"Orangnya udah nggak tau ada di mana... " Jawab Fira dengan malas, ia tak mau membahas tentang ini.

"Kalo ngobrol itu mending tentang kita aja ya, takutnya nanti kita jadi ngomongin orang." Keira menegur kedua temannya yang saat ini sedang membicarakan seseorang, namun Keira tak paham, dia juga tidak tau siapa itu Vino.

"Fira, kita pulang sekarang yuk. Ini udah sore. " tiba-tiba saja suara itu membuat Keira dan Caca menatap ke arah yang sama, tanpa sadar mereka menatap Azka.

Hal itu sama sekali tidak di sadari oleh siapapun, kecuali satu orang, siapa lagi jika bukan Fathur, ia melihat adiknya dan juga Keira yang menatap Azka bersamaan.

"Ca, aku pulang dulu ya. " pamit Fira seraya beranjak dari duduknya

"Besok kalo aku mau main ke sini lagi, boleh ya? " Keira masih betah berada di rumah Caca, untuk itu ia bertanya terlebih dahulu sebelum dirinya kembali berkunjung ke rumah Caca.

"Iya, setiap hari juga nggak papa." jawab Caca dengan senyum yang mengembang.

Kemudia Azka keluar duluan, di iringi oleh Fathur.

...

"Fir, kakak mau ke cafe bentar, jadi tolong bilangin sama Bunda ya." pamit Azka yang hanya di jawab Fira dengan anggukan.

Setelah itu mobil Azka melaju meninggalkan rumahnya, sedangkan Keira sudah terlebih dahulu di antar ke rumahnya sebelum ke rumah Azka untuk mengantar Fira.

Azka sudah sampai di tempat tujuan, kini ia tengah memasuki sebuah cafe yang tak asing baginya, karena Azka sudah sering berkunjung ke cafe ini untuk bersantai.

Azka melihat seorang laki-laki yang sangat ia kenali, lelaki itu memakai jam tangan, dan di atas meja telah tersedia 2 gelas yang di dalamnya terlihat seperti coklat panas.

Lelaki itu tengah menatap kaca yang langsung memperlihatkan keramaian di luar, dari kaca itu ia bisa melihat semua aktivitas yang sedang di lakukan oleh semua orang di luar sana.

Azka tersenyum dan segera menghampiri laki-laki itu di mejanya.

🍁🍁🍁

Sorry banyak typo

Silahkan vomment💕

Terima kasih yang sudah membaca❤

Assalamu'alaikum UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang