Part 25

2.8K 147 30
                                    

" Jangan bertindak seperti orang dewasa, tapi jadilah dewasa. "

Panji Ramdana

🍁🍁🍁

Untuk saat ini Caca masih sibuk dengan pemikirannya, ketika ia sampai di rumah, Caca dikejutkan oleh kedatangan Vino beserta keluarganya, yang membuat Caca tambah terkejut adalah ucapan Vino yang tiba-tiba saja ingin meminta Caca agar menjadi istrinya, sangat di luar dugaan.

Caca tak tau harus apa, perlahan tapi pasti Caca kembali turun ke bawah untuk memastikan apakah keluarga Vino masih berada di ruang tamu atau sudah pulang.

"Kamu ngapain sembunyi-sembunyi? " suara khas milik Fathur itu membuat Caca hampir saja berteriak.

"Mas Fathur ngagetin aja, bikin jantungan. " Caca merengut kesal, tapi tetap saja ia mengucapkan kata itu sambil berbisik agar tak ada yang tau.

"Kamu di tungguin tuh di bawah, jangan jadi anak kecil yang bisanya cuma lari dari masalah. Dan ingat, kamu udah dewasa,seberat apapun masalah kamu harus di hadapi. " Fathur memandang wajah Caca dengan lekat, menyiratkan arti yang mendalam untuk Caca ketahui maknanya.

"Mas, Caca nggak mau. " Caca mengabaikan peringatan Fathur, ia segera melangkah kembali menuju kamarnya, namun langsung di cekal oleh Fathur.

"Ca! Bersikap dewasa." sekali lagi Fathur mengingatkan Caca, namun tatapan Fathur berubah menjadi menakutkan bagi Caca.

Mau tak mau Caca mengurungkan niat untuk kembali ke kamar dan memilih untuk menyusul keluarganya di bawah mengingat Fathur tadi memberikan ia tatapan tajam yang membuat Caca sampai ketakutan.

Hal pertama yang Caca dapati saat ia sampai di ruang tamu adalah semua tatapan mengarah padanya, Caca merasa seperti tersangka, ia memilih tenang, sambil melanjutkan langkahnya agar ia duduk di sebelah Umminya.

"Ca, kamu kok lama? " Hana berbisik pelan, yang tentu saja membuat Caca harus menutup kegugupannya.

"Caca ke kamar sebentar Mi. " senyum simpul Caca tujukan untuk Hana, ia tidak perlu berbohong, karena memang sedari tadi Caca berada di kamarnya.

"Bagaimana Azzam? " tak mau menunggu lama, Wirawan sekaligus ayah Vino segera menuju ke topik pembicaraan, tak ada yang istimewa dari kumpulan keluarga ini, justru ini terlihat sangat biasa.

"Maaf, mungkin Vino terlalu cepat mengambil langkah, tapi 1 hal yang harus Om sadari, kalau Vino tidak pernah main-main. " Vino sendiri geram melihat Azzam yang hanya diam saja tanpa sedikitpun menjawab, hingga akhirnya Vino mencoba untuk meyakinkan sekali lagi jika dirinya serius.

"Saya percaya sama kamu nak, tapi kembali lagi semua keputusan ada sama Caca. " Azzam melirik putrinya, ia tidak terlalu yakin jika Caca akan menerima Vino.

Caca sudah menduga jika hal ini akan terjadi, lagi-lagi semua mata tertuju kepadanya, bahkan rasanya bernafas pun sudah tak sanggup, keringat yang membanjiri pelipis serta dahi Caca membuat ia menjadi tambah gugup, dan tak tau harus bagaimana.

"Caca tidak bermaksud untuk mengulur waktu, tapi Caca cuma mau memikirkan hal ini baik-baik, agar nantinya Caca tepat dalam mengambil keputusan. " setelah Caca mengucapkan kata itu, dirinya langsung bernafas lega, dan ia meminta agar semua yang duduk di sini memberinya waktu untuk memikirkan.

Assalamu'alaikum UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang