Part 12

3.1K 148 4
                                    

🍁🍁🍁

Awan hitam menutupi langit dan membuat matahari tidak dapat menampakkan dirinya, pagi ini cuaca tidak mendukung, seisinya dihiasi dengan gelap, dan sedari tadi suara gemuruh tak henti-hentinya mengiringi cuaca.

"Mas, cepetan nanti Caca telat! " teriak Caca dari ruang tamu.

Caca sedang memakai sepatunya, ia sudah terlihat rapi dan sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah.

Ia sudah berapa kali meneriaki kakaknya agar lebih cepat, tapi semua tak ada gunanya, karena percuma saja kakaknya tidak akan bisa mendengar. Bagaimana bisa Fathur mendengar teriakan adiknya jika ia saja masih berada di kamarnya, di lantai 2!

Caca mulai bosan, ia mengetuk-ngetukkan sepatunya di lantai, kebiasaan Caca jika ia sedang kesal.

Caca tidak bisa menunggu lebih lama, sebenarnya kemana kakaknya ini? Kenapa tak datang juga? Caca berdiri dan menahan nafasnya karena ia sudah tidak sabar.

Tiba-tiba Fathur datang dengan wajah datarnya, ia terlihat sangat rapi dengan kemeja, dan jam tangan sudah melingkar di tangan kekarnya. Fathur memegang kunci mobil dan berjalan melenggang melewati Caca.

Sungguh, saat ini Caca sudah kesal melewati batas, tapi ia harus bisa mengontrol emosinya.
Caca sudah berpamitan dengan Hana dan Azzam kedua orang tuanya, mereka sudah pergi pagi-pagi karena ada keperluan. Mungkin akan pulang sore hari atau malam hari.

Tapi di rumah Caca masih ada 3 orang pembantu rumah tangga. Dan itu membuat Caca sama sekali tak kesepian.

Caca berjalan mengiringi Fathur, kemudian Fathur membuka kunci mobilnya dan ia langsung masuk tanpa memperdulikan Caca.

Caca sangat geram, ada apa dengan kakaknya? Tidak biasanya ia mendiamkan Caca seperti ini, hal ini membuat hati Caca sangat jengkel. Tidak ada yang salah dengan Caca, justru yang salah itu adalah Fathur, dan seharusnya bukan Fathur yang mendiamkan Caca tapi dirinya.

Suasana di dalam mobil sangat hening. Tidak ada yang bersuara, hanya tangan Fathur saja yang sesekali membuat suara karena ia sedang menyetir.

Caca terlihat sedang berpikir, sesekali ia melirik kakaknya yang ada di samping. Wajah kakaknya masih tetap sama, ia terlihat cuek, dan menyebalkan, tapi ketampanannya masih melekat dan betah-betah saja berada di sana.

"Uhhh! Mukanya tuh ya, mau marah, mau baik, tetap aja kayak gituh! Tetap tampan. Menyebalkan! Pantas aja nggak ada cewek yang mau sama dia, karena wajah dan sifatnya jauh berbeda!!! "Gerutu Caca dalam hati

Mobil mereka sudah sampai di gerbang, suasana di dalam mobil masih sama. Dan Caca langsung mengambil tangan Fathur dan mencium punggung tangan kakaknya.

"Bawa payung nanti kehujanan. " suruh Fathur saat Caca ingin keluar

Caca sedikit tersenyum, ini yang ia suka dari kakaknya, Fathur tetap memberikan perhatian penuh kepadanya, walaupun saat ini mereka sedang tidak saling sapa.

"Nggak usah, hujannya belum turun kok. Payungnya buat Mas Fathur aja,kasian kemejanya kalau kena hujan, soalnya udah rapi banget tuh." jawab Caca memberi kode kepada kakaknya

Fathur paham betul maksud dari adiknya, karena kemeja yang saat ini ia kenakan terlihat sangat formal, hanya saja Fathur belum memakai jas, sengaja ia tinggalkan di kamarnya karena tak mau membuat Caca bertanya-tanya. Caca pasti ingin tau kenapa tiba-tiba dirinya memakai kemeja yang formal tidak seperti biasanya, tapi lebih baik ia tak menceritakan apapun kepada adiknya ini.

Assalamu'alaikum UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang