Part 20

2K 121 4
                                    


"Nothing is impossible with Allah"

🍁🍁🍁

"Ca, aku laper..." rengek Luna sembari memegang perutnya.

Caca yang sibuk memilih buku referensi itupun terhenti karena ulah Luna.

"Sabar, aku masih harus nyari 1 buku lagi. " Caca kembali sibuk mencari-cari buku yang ia butuhkan.

Tubuh yang mungil seperti Luna sudah pasti karena ia makannya sedikit dan terkesan sangat sehat.

"Makannya pelan-pelan. Jangan lupa doanya" Caca mengingatkan Luna yang saat ini sedang makan dengan terburu-buru, Luna seperti orang yang belum makan 1 minggu!

Mulut Luna penuh dan ia masih saja berusaha untuk memasukkan sendok yang berisi nasi itu ke dalam mulutnya. Padahal itu hanya nasi goreng, dan Luna sudah ingin memesan untuk yang kedua kalinya karena ia merasa kurang jika hanya satu piring.

Ternyata tubuh Luna tak seperti porsi makannya, mungkin ia sudah makan banyak tapi berat badannya tak kunjung bertambah.

Sedangkan Caca hanya memesan segelas cappucino hangat, dan ia rasa itu sudah cukup.

Setelah dari toko buku, Caca langsung mengikuti permintaan Luna untuk makan sebentar, hingga tibalah mereka saat ini di sebuah restoran. Dan lihat saja Luna masih asyik dengan makanan dan mulutnya yang selalu penuh.

"Nisa? " panggil seorang lelaki yang tiba-tiba saja berdiri di depan meja Caca.

"You remember me? " lelaki itu menatap Caca dengan wajah tampannya, ia mengenakan kemeja dan terlihat lebih dewasa.

"Vino? " tanya Caca dengan kaget.

Ia memang tau jika itu adalah Vino, ia mengenali suara tersebut, dan Caca masih ingat dengan tubuh tegap, serta dada bidang itu, bukannya Caca menghafal atau selalu melirik Vino, tetapi hal itu karena bentuk tubuh Vino mudah dikenali dan berbeda dengan anak-anak lain.

Mimpi apa ia semalam? Kenapa dalam waktu dekat ia selalu di pertemukan dengan orang-orang yang sudah lama tak ia jumpai, dan semua itu di luar dugaan Caca, karena Caca merasa tidak mungkin untuk bertemu dengan mereka, namun bukankah di mata Allah tidak ada yang tidak mungkin?

"Gimana kabar kamu? " tanya Vino mengabaikan Luna yang berada di hadapan Caca.

Vino langsung menarik kursi yang ada di sebelah Caca dan ia langsung duduk dengan angkuh. Ternyata Vino tidak banyak berubah.

"Alhamdulillah baik. Kok kamu ada di sini? " Caca nampak heran melihat Vino.

"Aku emang udah biasa mampir ke sini. Seharusnya aku yang tanya kenapa kamu ada di sini? " Vino balik bertanya.

"Aku ke sini mau makan" sepertinya Caca salah menjawab pertanyaan Vino, karena sudah jelas di sana Caca hanya minum dan tidak makan, justru Lunalah yang makan dengan lahap.

Luna memberi kode kepada Caca dan seperti bertanya siapa laki-laki yang sembarangan duduk di sebelah Caca.

"Oh, Luna kenalin ini Vino, dan Vino kenalin ini Luna. "

Luna tersenyum dan mengulurkan tangannya, namun Vino justru menagkupkan kedua tangannya sambil tersenyum dengan ramah.

Caca yang diam memperhatikan itu tiba-tiba saja merasa heran, ini bukan Vino yang dulu.

Luna tersenyum kikuk, dan merasa tidak enak, menurutnya itu sangat memalukan.

Sepertinya lain kali aku harus berhati-hati terhadap teman Caca, ughh yang tadi itu memalukan! Batin Luna

Luna memang tidak seperti Caca, karena saat ini Luna tidak memakai jilbab, dan Caca sudah memberitahu kepada Luna bahwa memakai jilbab itu adalah kewajiban seorang wanita. Namun, hal itu justru membuat Luna mengatakan bahwa mungkin Allah belum memberi hidayah.

Ingatlah 1 hal bahwa hidayah itu di jemput bukan di tunggu.

"Vino! " panggil seorang lelaki dari jauh, dan menatap ke arah Vino.

Vino memberi isyarat bahwa dia akan menyusul nanti, dan seketika lelaki itu pergi menjauh seolah mengerti.

"Aku mau minta maaf soal kejadian dulu waktu di SMA. Aku tiba-tiba aja menghilang dan nggak ada kabar, sekali lagi aku minta maaf. " Vino mengucapkan hal itu dengan tulus, dan tanpa berbasa-basi sedikitpun.

Caca hanya diam, ia juga tak tau harus menjawab apa, namun Caca rasa Vino tidak salah kepadanya. Semua sudah menjadi masa lalu, dan saat ini Caca sudah membuka lembaran baru. Lagi pula kejadian itu bisa di jadikan sebagai pelajaran agar ke depannya tidak terulang kembali.

Seberat apapun masalahmu, jangan pernah berpikir untuk lari, hadapi dan yakinkan dalam hati bahwa kau mampu menyelesaikannya.

"Em-iya. Udah nggak usah di bahas" hanya itu yang bisa Caca ucapkan, karena memang ia rasa tak ada lagi yang perlu di permasalahkan.

"Nis, aku harus pergi sekarang. Aku duluan ya. " Vino langsung berdiri dan meninggalkan Caca yang masih diam di sana.

"Ca? " Luna berusaha menyadarkan Caca dari lamunannya, saat itu juga Caca sadar dan kembali menatap Luna.

"Kita pulang aja yuk. " ajak Caca tanpa memberi penjelasan lebih banyak kepada Luna tentang siapa dan ada apa dengan Vino.

...

Caca sudah tiba di rumahnya, ia tengah berjalan memasuki pintu rumah yang terlihat sedang terbuka lebar, seperti ada seseorang yang sedang berkunjung ke rumahnya.

Saat di gerbang, ia tak di beritahu apapun oleh satpam jika ada tamu atau orang yang berkunjung ke rumah, maka dari itu Caca santai saja saat berjalan.

"Assalamu'alaikum " ucap Caca dengan ceria saat memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumsalam " jawab kedua temannya, yaitu Keira dan juga Fira.

Caca sangat senang karena Keira dan Fira tiba-tiba saja sudah berada di rumahnya, Caca dengan semangat mendekati mereka namun baru beberapa langkah Caca langsung berhenti dan menatap sosok lelaki yang diam dan menunduk sedang duduk di sofa.

Tentu saja Caca mengenalinya.

🍁🍁🍁

Sorry typo

Silahkan vomment💕

Terima kasih yang sudah membaca❤

Assalamu'alaikum UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang