3. Abidel

1K 224 478
                                    

Untuk pertama kalinya, Adel bisa bangun terlebih dahulu bahkan sebelum alarm di Hpnya berbunyi. "Telat lo," ejek Adel saat mematikan alarm.

Dari semalam sebenarnya Adel sulit tidur. Efek kencan sorenya bersama Abi membuatnya sibuk senyum-senyum sendiri. Sibuk memandangi tangan kanannya yang kemarin di genggam Abi.

Ditambah lagi hari ini hari senin. Hari favoritnya diantara semua hari dalam satu minggu. Rasanya seperti menunggu besok akan jalan-jalan, membuatnya sulit tidur, tapi juga membuatnya bangun sangat awal.

Memang aneh kan? Disaat semua orang membenci hari senin, Adel malah sangat menyukainya.

Alasannya? Taruhan konyol yang dia buat dengan Abi dulu.

"Gue benci senin," kata Abi sambil memainkan gitar di pangkuannya. Memainkan kunci lagu thinking out loud. Lagu kesukaan mereka berdua.

"Gue lebih benci sama senin," jawab Adel.

"Gue yang paling benci sama senin," bantah Abi tidak mau kalah.

Adel tertawa kecil. "Mau taruhan?" tantangnya kemudian.

"Apa?"

"Karena kita berdua benci sama senin. Yang lebih dulu nunggu di depan rumah di hari senin, menang," jelas Adel. "Biar kita semangat gitu loh Bi. Gue nggak mau telat melulu tiap hari senin gara-gara lo."

Abi tampak tertarik, dia berhenti memainkan gitar dan menatap serius ke arah Adel. "Hadiahnya buat yang menang?"

"Traktir makan di kantin?"

"Kurang seru ah. Gimana kalau hadiahnya satu permintaan?"

"Satu permintaan?"

"Iya. Jadi satu permintaan yang berlaku sampai hari minggu. Boleh minta apa aja yang masuk akal. Deal?" tanya Abi. Kelingkingnya terulur ke arah Adel.

Kelingking mereka terpaut. "Deal,"

Masih dengan tersenyum, Adel masuk ke dalam kamar mandi dan mulai mandi secepat-cepatnya. Dia tidak mau kalah lagi minggu ini.

Keluar dari kamar mandi, Adel mendapati Nohan, abangnya, mengetuk pintu dengan keras. "Adel, udah jam enam. Lo udah bangun belum sih?" teriak Nohan dari balik pintu.

"Udah," balasnya berteriak.

"Cepet mandi. Terus turun sarapan. Anak cewek kok jam segini baru bangun," gerutu Nohan.

Adel mengambil tas sekolahnya, dasi serta topi, lalu membuka pintunya tiba-tiba. "Udah mandi wek. Emang abang jam segini masih bau iler?" ejeknya sambil melewati Nohan.

"Demi apa Adel jam segini udah rapi? Nanti siang pasti turun salju," ejek Nohan.

"Abang ish!" pekik Adel kesal sambil melempar topi ke arah Nohan. Tapi Nohan segera mengelak.

"Nggak kena. Nggak kena." Nohan berjoget kecil, tawanya berderai.

Dengan cepat Adel mengambil topinya yang tergeletak di lantai. Lalu memukul lengan Nohan yang walaupun cuma sekali, berhasil membuat cowok itu menjerit kesakitan.

Bagaimana tidak menjerit? Adel memukulnya keras dengan topi.

"Rasain," ejek Adel lalu menuruni tangga dengan cepat. "Aduh gue telat," katanya setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit.

"Pagi sayang," sapa Farah saat melihat putrinya menuruni tangga.

"Pagi Ma. Papa udah berangkat kerja Ma?"

AbidelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang