Meskipun selalu remidi saat ulangan harian, Reuel Keenan tidak pernah merasa sebodoh ini.
Bisa-bisanya Keenan lupa kalau hari ini dia tidak membawa motor, dan dengan pedenya berkata akan mengantar Adel pulang.
Mau mengantar Adel pulang pakai apa? Karpet terbang Aladin? Atau pintu kemana saja-nya doraemon?
Bagi Keenan, tingkat keberhasilan pdkt dengan gebetan ditentukan saat pertama kali mengantarkan gebetan pulang. Karena biasanya dari mengantar pulang lah semua cerita cinta dimulai.
Keenan mengacak rambutnya frustasi. Coba saja Keenan ingat kalau dia tidak membawa motor saat mereka sedang makan tadi, pasti Keenan bisa meminjam motor milik Raka. Biar saja Raka pulang naik ojek online atau taksi.
Sekarang harus dengan apa Keenan mengantar Adel pulang?
Keenan kemudian menatap Adel yang sedang mengantri memesan ayam. Tadi, Keenan sudah menawarkan untuk mengantri menggantikan Adel. Biar Adel duduk saja. Tapi gadis itu tidak mau. Adel bersikeras bahwa yang harusnya mengantri adalah dia, karena yang ingin ayam adalah abangnya, dan bukan abang Keenan.
"Nih, gue beliin ice cream Nan."
Perkataan bernada riang itu membuat Keenan mendongak, menatap Adel yang sudah berdiri di depannya. Senyum simpul tercetak di wajahnya, dan tangannya membawa dua gelas ice cream. Adel menempati kursi di depan Keenan, lalu mendorong salah satu ice cream yang dia bawa ke arah Keenan.
"Bukannya beliin ice cream itu tugas cowok ya?" tanya Keenan memakan satu sendok penuh ice cream.
"Kata siapa?" tanya Adel sambil tertawa.
"Di novel-novel gitu Del. Yang beliin ice cream selalu cowok kan?"
"Kalau gitu, nanti gue bakalan nulis cerita dimana si cewek yang bakalan beli ice cream buat cowoknya," jawab Adel ringan.
"Lo suka nulis?" tanya Keenan yang berusaha mendapatkan info sebanyak mungkin tentang Adel. Semakin banyak dia tahu tentang Adel, semakin baik. Keenan ingin menjadi yang paling tahu tentang Adel, yang paling mengerti Adel.
Adel mengangkat bahunya tak acuh. "Lumayan."
"Pernah kepikiran pingin jadi penulis nggak?"
"Kayaknya sih, yang sangat suka baca buku, biasanya punya mimpi jadi penulis. Tapi buat gue, jadi penulis itu mimpi yang terlalu tinggi. Gue sekedar ingin cerita yang gue buat selesai," jawab Adel.
Keenan menyuapkan satu sendok lagi ice cream ke dalam mulutnya. Kepalanya mengangguk sebagai respon perkataan Adel barusan.
"Jangan bilang-bilang kalau gue pingin jadi penulis ya Nan," celetuk Adel.
"Kenapa?"
"Gue malu aja. Pokoknya ini rahasia kita."
"Lo bikin cerita tentang apa?" Keenan bertanya lagi, kali ini murni karena penasaran, bukan ingin modus.
"Kisah cinta biasa, friendzone gitu lah. Si cowok suka sama cewek tetangga sebelahnya. Tapi yang cewek nggak peka, dan malah jadian sama orang lain," jawab Adel sekenanya.
"Terus... terus? Akhirnya ceweknya peka nggak?"
Adel tersenyum penuh arti. "Nggak tahu, gue sendiri belum tahu ending cerita gue Nan," lanjutnya.
Pembicaraan mereka terhenti sejenak saat pegawai restaurant mengantarkan pesanan ayam milik Adel.
Setelah mengucapkan terimakasih, Adel bangkit berdiri diikuti oleh Keenan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abidel
Fiksi Remaja[ON GOING] [UPDATE SETIAP RABU] Ini tentang Adel, yang berkali-kali berkata akan move on dari Abi. Tetangga, sekaligus sahabat, dan cinta rahasianya selama ini. Tapi, setiap kali laki-laki itu tersenyum untuk Adel, lagi dan lagi hatinya jatuh. Ini t...