6. Abidel

811 151 425
                                    

Abi bosan.

Abi luar biasa bosan.

Abi sangat-sangat bosan hingga dalam dua puluh menit terakhir dia bisa memikirkan menu makan malam untuk satu minggu. Di tangannya terdapat tujuh atau delapan buah baju--Abi sudah malas menghitung mulai dari baju keempat--yang semuanya adalah milik Zafira.

Dan bahkan gadis itu masih belum selesai berbelanja. Tambahan dua baju lagi di tangannya seketika membuat Abi hilang kesabaran.

Abi bangkit lalu membuang semua baju yang dia pegang ke lantai. Zafira dan beberapa pengunjung lain menjerit. Bagaimana tidak? Baju yang Zafira pilih kebanyakan adalah baju limited edition yang mungkin hanya ada tiga pasang di toko ini.

Dan saat baju itu berada di lantai, beberapa orang berebut mengambilnya.

Abi tersenyum puas. Berbanding terbalik dengan Zafira yang menatapnya nyalang. Mereka kemudian bertengkar. Hingga akhirnya Zafira meneriakkan kata putus dengan nyaring diikuti tamparan ke muka Abi.

Senyum Abi semakin lebar. Selesai sudah penderitaannya sore ini.

"Sayang."

Panggilan itu menyentakkan Abi dari lamunannya. "Kenapa Ra?" tanyanya cepat.

"Aku udah selesai belanjanya. Yuk ke kasir terus pulang," ajak Zafira. Dia melenggangkan tangan menuju ke kasir, sedangkan Abi bersusah payah membawa belanjaan Zafira.

Seandainya saja lamunannya tadi menjadi kenyataan.

"Kamu beli baju sebanyak ini mau nyumbang ke korban banjir ya Ra?" tanya Abi polos.

Bahkan pegawai yang tidak sengaja mendengar pertanyaan Abi sibuk menahan tawanya.

Zafira membulatkan mata, lalu tertawa kecil. "Ya nggak lah Sayang. Ini punya aku semua."

"Ini banyak banget loh Ra."

"Baju aku abis Bi," jawab Zafira acuh.

"Bukannya minggu lalu kamu baru beli baju baru ya?"

"Oh. Kemarin aku pakai ke party-nya Aldo. Lagian bajunya jelek. Masa aku kelihatan gendut sih. Aku gendutan ya sayang?" rengek Zafira.

Abi menghela napas panjang lalu menjawab, "nggak kok Ra. Kamu nggak gendut."

Selesai membayar--tentu saja Abi yang harus membayar belanjaan Zafira sebagai permintaan maaf agar Zafira tidak ngambek lagi--mereka berdua meninggalkan toko.

Sepanjang mereka jalan, Abi berjalan dengan pikiran berada di tempat lain.
Zafira udah nggak mirip lagi dengan dia, pikir Abi.

Karena dia tidak pernah belanja baju sebanyak ini.

Karena dia tidak memusingkan berat badannya.

Karena dia tidak berani bergelayut manja di lengannya seperti ini.

Waktunya putus ya. Abi tersenyum masam.

Dia bukannya sulit untuk putus dengan Zafira. Toh bagi Abi, Zafira hanyalah salah satu dari pengganti untuk Dia.

Zafira tidak berarti apa-apa untuk Abi.

"Aduh," pekik Zafira yang tiba-tiba sudah jatuh terduduk di lantai.

Beberapa orang yang berlalu lalang bukannya menolong malah tetap berjalan dengan wajah mengejek. Beberapa orang yang lain malah mentertawakan.

"Kamu nggak apa-apa Ra?" tanya Abi khawatir. Zafira memperlihatkan hak sepatunya yang patah. Dengan sigap Abi mengangkat tubuh Zafira, dan mendudukannya di kursi dekat pilar.

AbidelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang