20. Abidel

399 55 7
                                    

Kamar bernuansa biru itu sejak tadi hanya terisi oleh lagu-lagu milik Coldplay yang mengalun dari music player. Dua orang yang berada di sana bahkan tidak mau repot-repot untuk saling mengobrol. Mereka asyik berdiam diri. Menikmati pikiran masing-masing.

Tiga buah mangkuk bekas makan ditumpuk di dekat tembok. Sedangkan botol kosong tersebar di kaki kasur. Kamar yang satu jam lalu tertata rapi itu sekarang berantakan.

"Ya ampun!" Pintu kamar terbuka menampilkan sosok remaja laki-laki berkaus merah dengan celana pendek hitam. "Dari gue tinggal setor sampai gue selesai setor masih aja pada galau begini."

Abi mendengkus kesal. Siapa yang galau. Tapi kalimat tadi hanya diucapkan dalam pikirannya. Tidak mau repot-repot mengeluarkan suara.

Sedangkan Haidar yang tersindir oleh ucapan Mose segera menjawab. "Lo nggak ngerti pedihnya patah hati Mos." Haidar lantas mengangkat kepalanya hanya untuk memberi tatapan tajam pada Mose. Cowok yang sekaligus tuan rumah itu sedang patah hati berat. Sore tadi, dia baru tahu bahwa mantannya menemukan pacar baru. Sedangkan dia masih bertahan dengan rasa yang sama.

Karena itulah, Haidar memaksa kedua temannya untuk bermalam mingguan sekaligus menginap di rumahnya.

"Dan gue nggak mau ngerti gimana rasanya," balas Mose.

Cowok itu mengambil botol yang berserakan dan membuanya ke tempat sampah di samping meja belajar. Saat akan membawa mangkuk kosong ke luar kamar, Haidar kembali berkata, "Biarin aja di situ Mos. Besok gue beresin."

"Besok-besok mulu," gerutu Mose. "Tadi juga gue yang beresin kamar lo."

"Tinggalin aja di bak cuci piring kalau gitu, nanti gue yang nyuci."

Mose berjalan keluar sembari menggerutu pelan. Dan Haidar tahu, meskipun Mose mengomel, sahabatnya itu tetap akan mencuci piring kotor tadi beserta sejumlah piring kotor lain yang ada.

Tidak lama kemudian, Mose kembali dengan membawa sapu dan langsung menyapu seluruh kamar Haidar. Bahkan Haidar tidak habis pikir darimana Mose menemukan sapu. Bukannya Haidar tidak pernah menyapu rumah. Dia pernah menyapu kok. Dulu. Saat Mamanya memaksa sekaligus melempar sapu tepat di muka Haidar setelah Haidar mengotori ruang tamu dengan potongan kertas lipat.

"Narik napasnya udah kayak orang mau lahiran aja Bi?" cibir Haidar setelah berulang kali mendengar Abi menarik napas panjang dan menghembuskannya cepat. Memang dasar cowok galau. Semua hal tidak luput dia komentari.

Abi tidak menjawab. Tapi kemudian tidak terdengar lagi suara hembusan napas. Saat menoleh Haidar melihat wajah Abi memucat karena menahan napas sejak tadi. Kesal, Haidar mengambil sebuah bantal dan membekap wajah Abi. "Bukannya nggak napas juga, bego!" umpat Haidar.

Timpukan bantal kemudian mendarat di atas muka Haidar. Hadiah balasan dari Abi.

"Ye, ngajak berantem ni anak." Haidar kembali melempari Abi dengan bantal. Yang segera dibalas oleh Abi. Sebuah bantal terlempar jauh dan menyenggol tempat sampah. Membuat isinya berhamburan.

Mose yang baru saja masuk kembali berkacak pinggang marah. "Gue baru selesai nyapu. Jangan dikotorin lagi woy!"

"Temen lo tuh ngeselin."

"Kayak cewek aja. Semuanya gue yang salah," balas Abi dengan suara pelan.

Haidar seketika merubah posisinya menjadi duduk di atas kasur. "Siapa sih yang nyalahin lo Bi? Eh tunggu, lo bukannya hari ini ketemuan sama Laura ya? Gimana? Gimana?"

AbidelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang