9. Abidel

682 121 237
                                    

Adakah yg nungguin cerita ini update? (。・ω・。)ノ♡

Mobil hitam milik Abi berhenti di sebuah rumah mewah dengan dua lantai, rumah milik Zafira. Setelah Abi mematikan mesin mobilnya, Zafira langsung turun begitu saja, tanpa mengucakan basa basi ke Adel dan Keenan.

Abi menghela napas pendek. "Sorry ya," katanya ke arah belakang, lalu turun untuk membawakan belanjaan Zafira ke dalam rumah.

Di tinggal berdua saja dalam jarak sedekat itu, membuat Keenan gugup total. Lidahnya kelu. Dia ingin memulai percakapan, tapi gugup membuatnya kehilangan kata-kata.

"Mereka kelihatan cocok banget ya?" celetuk Adel dengan suara getir.

Keenan menoleh, lalu melihat arah pandangan Adel.

"Iya," jawab Keenan. Karena dari segi fisik, memang Abi dan Zafira sangat cocok, cowok ganteng dengan cewek cantik.

"Japira itu pacar ke tujuh Abi, sekaligus yang paling lama pacaran sama Abi," kata Adel menerangkan.

"Japira?"

"Kak Zafira maksud gue," ralat Adel. Adel kemudian diam, dan kembali melihat ke arah luar.

Keenan menatap tidak suka ke pasangan yang sedang berada di luar itu. Karena mereka membuat Adel mengabaikannya. Padahal kan ini kesempatan bagus untuk modus

"Lo hapal ya mantan pacarnya Abi ada berapa," ujar Keenan.

"Jelas dong, gue kan sahabatnya Abi."
Adel ingin sekali mengatakan kalimat ini dengan nada bangga, tapi nada yang keluar dari suaranya malah nada sedih.

Keenan menghempaskan tubuhnya ke kursi, tidak lagi ikut menatap ke arah luar. "Udah berapa lama sahabatan sama Abi?"

"Dari keluarga Abi pindah ke sebelah rumah gue. Pas umur gue lima tahun."

"Dan...." Jeda sebentar, Keenan berusaha menambah keberaniannya untuk menanyakan ini pada Adel. "Udah berapa lama lo suka sama Abi?" tanya Keenan ringan.

Sebuah senyuman muncul dari bibir Adel, sebelum dia menjawab. "Dari--"

Tersadar, Adel menoleh ke arah Keenan dengan kaget. "G-gue nggak suka sama Abi," lanjutnya dengan gugup.

Keenan kembali duduk dengan tegak, lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Adel. Sebuah senyuman seakan dia tahu sesuatu tercetak sempurna di wajahnya. "Sekali lihat dan gue langsung tahu lo suka sama Abi. Hebat kan gue?" katanya membanggakan diri.

"Gue nggak suka Abi, Nan. Kita sahabatan," tegas Adel.

Keenan terdiam. Tidak ingin mendesak Adel untuk mengakui perasaannya lagi. Karena dengan begini, lebih mudah bagi Keenan untuk mengambil alih tempat Abi di hati Adel.

Karena kali ini, Keenan ingin egois.

Keenan menepuk puncak kepala Adel beberapa kali. Wajah seriusnya tadi digantikan dengan senyum lebar. "Gue cuma bercanda kali, jangan serius-serius Del."

"Cuma bercanda?" kata Adel membeo ucapan Keenan.

"Iya." Keenan mengangguk dan tersenyum simpul. "Atau emang lo beneran suka Abi?" lanjutnya.

Adel menggeleng kuat-kuat. "Nggak kok!"

"Kalau gitu... Gue masih ada kesempatan kan?" Sebelum Kak Abi tahu lo suka dia.

Adel membuka lalu menutup mulutnya lagi. Wajahnya merona merah. "Jangan bercanda mulu ah," jawab Adel malu.

Keenan tertawa sumbang. "Iya-iya gue berhenti bercanda lagi," bohongnya.

AbidelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang