7. Abidel

665 144 236
                                    

Lo lucu Del. Gue suka cewek lucu.

Lo lucu Del. Gue suka cewek lucu.

Lo lucu Del. Gue suka cewek lucu.

Kata-kata yang Keenan ucapkan tadi terputar ulang terus menerus di otaknya bagaikan lagu di radio rusak. Bagaimana bisa dia kelepasan bicara seperti itu?

Apalagi kata-katanya terdengar seperti sebuah pernyataan.

Oke otak, waktunya lo berguna. Ayo kita berpikir.

"Keysha juga lucu," jawab Keenan dengan satu tarikan napas. "Kalian berdua lucu. Gue suka aja punya temen cewek yang lucu," kilahnya kemudian.

Adel memberinya pandangan menyelidik. Tapi sedetik kemudian senyumnya terbit. "Gue juga seneng punya temen kayak kalian." Adel lalu melanjutkan makan seolah tidak terjadi apa-apa.

Good. Adel nggak curiga apa-apa.

Keenan menarik napas lega. Ditekankannya dalam hati untuk tidak lagi berbicara tanpa berpikir. Adel istimewa. Dan harus dia perlakukan istimewa juga. Tidak asal menyatakan perasaan seperti yang dia lakukan ke mantan pacarnya yang sudah-sudah.

Keenan tersenyum samar. Dia melanjutkan makan sambil sesekali menimpali celotehan gadis di depannya itu.

"Eh gue ke kamar mandi dulu ya, ikut nggak Sha?" pamit Adel.

"Nggak ah. Makanan gue belum habis." tolak Keysha.

Adel mengangguk singkat, dengan langkah cepat dia pergi meninggalkan meja mereka.

Selepas ditinggal Adel, ketiga orang itu lantas sibuk sendiri. Keysha sibuk dengan Hpnya. Sedangkan Raka dan Keenan membahas pertandingan bola yang sedang disiarkan di televisi yang berada di restaurant tersebut.

"Rak, lo di sms Bu Ambar nggak soal perubahan materi lomba?" tanya Keysha tiba-tiba. Tatapannya masih terpusat pada Hp pink di tangannya. Keysha masih tidak percaya isi pesan yang di kirimkan oleh guru pembimbingnya itu.

Raka mengernyit kaget. Lalu mengecek Hp hitam yang sejak tadi tidak mengeluarkan bunyi apapun di kantong celananya itu. Layarnya mati. Bahkan saat Raka memencet tombol power agak lama pun, benda itu tak kunjung menyala.

Raka menggelengkan kepalanya. "Mati," katanya datar.

Kedua alis Keysha sontak terangkat bersamaan dengan ekspresi wajahnya yang berubah bingung. "Siapa yang mati?"

"Maksud Raka itu Hpnya mati Sha," jelas Keenan.

Keysha ber-oh ria. "Ini kata Bu Ambar, materi lombanya ganti jadi kehidupan sosial. Bukan lagi bahas isu kemiskinan."

Raka lalu berpindah duduk ke sebelah Keysha dan ikut membaca pesan dari Bu Ambar.

"Terus ini Bu Ambar ngasih tahu buku yang cocok sama materi debat yang baru. Gimana dong? " tanya Keysha.

Tanpa sadar, Raka mengetukkan jari-jarinya di atas meja, kebiasaan yang hanya dia lakukan saat sedang berpikir keras. Dia agak kesal karena info dari Bu Ambar telat.

Coba bayangkan, setelah mencari buku dari sore hingga nyaris malam seperti ini, tiba-tiba materi lombanya diganti. Bukan masalah harga bukunya, tapi waktunya yang terbuang sia-sia untuk mencari buku itu.

Ah, Raka tidak seharusnya menyalahkan Bu Ambar. Jika saja, Keenan tidak memintanya memperlama acara mencari buku mereka, dapat dipastikan sekarang dia sudah berada di rumah dan bertemu kasur.

Raka menatap Keenan tajam, nyaris melotot. Ekspresinya seolah berkata ini gara-gara lo pada Keenan.

"Ya ampun Raka, matanya jangan suka melotot gitu. Serem Rak. Nanti lo makin lama jomblonya," kata Keenan bercanda.

Raka malah semakin melotot.

Keenan terkekeh geli, tapi buru-buru di hilangkannya senyuman di wajahnya saat ekspresi Raka terlihat seperti akan membunuhnya.

"Raka gue minta maaf, oke? Mana gue tahu kalau materi lomba lo bakal diganti? Kalau gue tahu ya... gue nggak bakalan minta yang tadi ke lo," jelas Keenan.

"Kok mukanya pada tegang sih?" tanya Adel.

Baru saja kembali dari toilet, Adel mendapati suasana di meja berubah menjadi menyeramkan. Raka menatap Keenan kesal. Dan Keenan dengan muka bersalahnya.

"Ini kenapa Sha?" tanya Adel lalu menempati tempat di sebelah Keenan. Tempat duduknya sendiri di tempati oleh Raka.

Keysha menggeleng. "Gue nggak tahu. Tiba-tiba aja Raka melotot ke Keenan, terus Keenan minta maaf. Eh iya Del, ini kita mau nyari buku lagi, soalnya materi lombanya tiba-tiba diganti. Lo pulang malem nggak pa-pa kan?"

"Ciee... Yang sekarang manggilnya kita, biasanya selalu gue sama Raka," goda Adel.

"Adela, fokus dong," gemas Keysha. "Kita ini maksudnya gue, Raka, sama Keenan."

Adel terkekeh geli. "Hehe... Gue sih nggak apa-apa pulang malem. Cuma barusan Bang Nohan chat, nitip ayam goreng, terus nyuruh gue cepet pulang," kata Adel.

Keysha tampak berpikir. Karena kemarin dia yang mengajak Adel ikut serta, dan juga hari ini Adel nebeng mobilnya. Tidak mungkin Keysha membiarkan Adel pulang sendirian.

"Nyari bukunya besok lagi aja ya Rak? Adel tadi nebeng gue," ucap Keysha ke Raka.

Melihat perubahan muka Raka yang tidak enak, Adel buru-buru berkata, "gue pulang sendiri aja nggak pa-pa kok Sha."

"Atau gue yang nganter aja gimana?" celetuk Keenan tiba-tiba.

"Nah iya, lo dianter Keenan aja Del," sahut Keysha menyetujui.

"Tapi nanti ngerepotin," bantah Adel.

"Nggak ngerepotin kok. Mau pulang sekarang?" ajak Keenan lalu bangkit berdiri.

"Oke." Adel ikut berdiri, mengambil selembar uang di dompet dan menyerahkan ke Keysha. "Bayar makan Sha."

Keenan buru-buru menahan tangan Adel. "Tenang aja, makan hari ini di bayarin sama Raka kok. Yuk pulang," ajak Keenan.

Keenan tidak sadar bahwa Raka saat ini menatapnya marah. Yang dia pedulikan adalah dia bisa mengantarkan Adel pulang.

"Makasih Raka. Sering-sering ya bayarin makan," ucap Adel riang, kemudian mengikuti langkah Keenan yang sudah mulai berjalan terlebih dahulu.

Keenan tidak bisa menyembunyikan senyuman senang dari wajahnya. Keenan merasa seolah semesta memberi jalan untuknya mendekati Adel.

Mungkin ini yang namanya modus yang sudah ditakdirkan.

***

Part yg ini nyambung ga sih? ≥﹏≤
Ngetiknya susah banget, feelnya nggak dapet-dapet.

Klik bintangnya dong, biar semangat update part selanjutnya (。'▽'。)♡

Salam dari Abi yang tidak muncul di part ini 💙

AbidelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang