24. Abidel

368 55 6
                                    

Maaf baru update. Lupa kalau kemarin itu ternyata sudah hari rabu wkwk


"Yakin lo mau pulang bareng gue? Lo 'kan baru aja pingsan Del." Keenan memasang helmnya, lalu menoleh untuk menatap Adel. "Gue cuma nggak mau lo makin sakit," tambahnya cepat saat bibir Adel mengerucut karena merasa dilarang ikut.

Bola mata Adel berputar kesal. "Gue cuma pingsan karena belum sarapan. Bukan karena gue punya penyakit serius Nan," keluhnya kemudian.

Keenan bukannya tidak mau mengantarkan. Sungguh. Dia hanya tidak ingin Adel semakin sakit karena dirinya.

"Terus, gue pulangnya gimana dong?" Adel menggigit bibir bawahnya resah. Dia sudah tidak punya ongkos untuk pulang. Uang terakhirnya sudah habis untuk membayar makanannya di kantin tadi. Dan bodohnya, Adel baru sadar bahwa hari ini dia tidak membawa dompet dan hanya membawa uang seadanya di kantung kemeja. Untung saja makanan yang tadi Abi berikan sudah cowok itu bayar terlebih dahulu.

"Gue nggak punya uang buat pulang Nan," imbuh Adel.

"Keysha biasanya dijemput 'kan?" Maksud tersirat Keenan adalah kenapa lo nggak bareng Keysha aja, daripada lo sakit lagi bareng gue. Dan untungnya Adel mengerti maksud tersembunyi itu dengan jelas.

Adel mendengkus pelan. "Temen gue itu, tadi langsung melesat pergi gitu aja pas bel pulang bunyi. Katanya, dia mau latihan lomba sama temen lo."

"Lah? Raka bilang, dia mau pergi beli buku sama Keysha. Bukannya latihan lomba."

Mata Adel menyipit ragu, "Gue kok jadi curiga sih sama mereka."

Keenan mengangguk menyetujui. "Gue juga sih. Mereka kelihatan lebih deket gitu 'kan? Si Raka juga sekarang suka senyum-senyum sendiri pas lihat ponselnya."

"Keysha juga gitu," sambar Adel cepat.

"Gue pernah nggak sengaja lihat pas pinjem hpnya Raka, dia lagi chat sama Keysha."

"Tuh kan. Pasti deh mereka ada apa-apanya sekarang. Tapi jahat banget sih Keysha nggak mau cerita."

"Tapi Del, itu hak mereka sih kalau nggak mau cerita ke kita."

Adel terdiam. Omongan Keenan ada benarnya juga. Dia tidak punya hak untuk mengetahui semua rahasia Keysha dan begitu pula sebaliknya. Tapi tetap saja ada sedikit rasa kecewa ketika mengetahui Keysha menyimpan rahasia darinya.

Gadis itu kemudian tersentak kaget ketika sebuah helm terulur di depannya. Senyumnya mengembang lebar. Dengan cepat dia memakai helm tersebut sebelum Keenan berubah pikiran.

"Naik gih. Mendung tuh. Nanti keburu hujan, terus lo tambah sakit," ujar Keenan sembari menstater motornya.

"Oke, Bos!" pekik Adel lalu tertawa. Tangannya berpegangan pada bahu Keenan saat berusaha menyeimbangkan tubuhnya di atas motor. "Alamatnya sesuai aplikasi ya, Mas."

Keenan tergelak. "Lo kira gue tukang ojek online?"

"Loh, emangnya bukan ya?" tanya Adel pura-pura bodoh.

Cowok itu kembali tergelak. Keenan lantas memindahkan tangan kanan Adel yang awalnya berada di bahunya menjadi melingkar pada perut. Dia menahan posisi tangan Adel tetap di sana saat merasakan Adel berusaha menarik tangannya itu.

"Pegangannya di sini dong Del. Biar romantis. Eh, maksud gue biar kalau lo pingsan, gue kerasa."

Kali ini ganti Adel yang tertawa. Dengan satu tangannya yang bebas dia memukul pundak Keenan pelan. "Halus banget ya modus lo." Dia sudah kebal dengan segala modus dari alhasil tangannya tetap bertahan di tempatnya tadi. Membuat Keenan tersenyum senang.

AbidelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang