Sudah lama tidak update nih, huhuhu ( ˘ ³˘)♥
Btw, Happy reading 💙***
Perempuan itu berkali-kali menghalau rambutnya yang jatuh menutupi muka. Dia merasa terganggu karena rambutnya itu masuk ke mata saat dia sedang sibuk menyalin tugas fisika. Karena kesal, perempuan itu mengambil karet gelang yang dia temukan di dapur dan menguncir rambutnya jadi satu. Meskipun begitu, beberapa helai rambut tetap terlepas dari ikatannya.
Dia memang tidak pernah bisa rapi.
Saking fokusnya menulis, perempuan itu tidak sadar, ada seseorang yang menghampirinya dari belakang. Cowok berbaju biru yang kini berdiri di belakangnya dan sekarang mengacak rambut yang sudah susah payah dia ikat.
"Serius banget sih."
"Iyan ... jangan gangguin deh. Ini tugas aku masih banyak," kata Laura kesal.
Bukannya meminta maaf, Ryan malah semakin gencar mengganggu Laura. "Ini rambutnya nggak keramas berapa hari sih? Bau nih Ra."
"Bohong banget sih Yan. Aku baru keramas tadi waktu mandi sore."
Ryan terkekeh geli. Dia lalu mengurai kuncir Laura. "Jangan pakai karet gelang Ra, nanti rambutnya rusak," katanya perhatian. Ryan mengeluarkan karet gelang berwarna pink dari saku celananya, dan ganti menguncir rambut Laura menjadi satu ikatan rapi hingga tidak ada rambut yang terlepas dari ikatan.
"Kamu bakat deh nguncir rambut," puji Laura senang. "Ambilin air dong Yan, haus nih," lanjutnya kemudian.
Ryan tergelak. "Dasar! Tadi pujiannya karena ada maunya ya?" kata Ryan pura-pura marah dan pergi begitu saja.
Beberapa menit kemudian, Ryan kembali dengan segelas air minum dingin di tangannya. Dengan riang Laura mengambil air dari tangan Ryan, dan meminumnya hingga habis.
"Ra."
"Hmm?" Laura membalik halaman dari buku di depannya, lalu mengerang malas saat tahu masih ada dua halaman lagi yang harus dia salin.
"Aku minta maaf ya?" kata Ryan sambil mengambil tangan Laura dan menggenggamnya.
"Buat?" tanya Laura yang masih fokus mengerjakan tugasnya.
"Mukul Abi tadi pagi. Padahal kamu 'kan nggak suka kalau aku mukul orang."
"Harusnya kamu minta maaf ke Abi dong Yan?"
Ryan mendengkus. "Kalau gitu, aku minta maaf karena sudah mukul Abi di depan kamu. Oke? Maafin aku ya?"
"Oke." Ryan tersenyum lebar, membuat Laura ikut tersenyum. "Tapi nanti, kamu harus minta maaf ke Abi," tandas Laura.
Senyum Ryan menghilang. "Dia bikin kamu nangis tadi Ra. Buat apa aku minta maaf ke dia?"
"Dan aku sendiri udah nyakitin Abi bertahun-tahun Yan. Kamu juga."
Melihat Ryan tidak merespon apapun, Laura melanjutkan ucapannya. "Aku minggu depan mau ketemu Abi buat minta maaf. Kamu juga harus minta maaf ke dia."
"Iyan."
"Yan, jawab dong. Mau ya?"
"Aku takut Ra." Ryan mendekatkan bibirnya ke tangan Laura, mengecupnya perlahan. "Kalau ketemu dia, terus kamu suka lagi sama dia gimana?"
"Aku sayangnya sama kamu. Selalu. Dari dulu juga gitu 'kan?"
"Kamu dulu jadian sama dia. Lepas dari aku gitu aja," balas Ryan pelan. Senyumnya terlihat getir. Dia menyayangi Laura, sejak dulu. Berteman bertahun tahun dengan Laura, dan mencintai gadis itu hampir seumur hidupnya. Lalu tiba-tiba Laura lolos dari genggamannya begitu saja. Dan Ryan tidak mau kejadian itu terjadi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abidel
Teen Fiction[ON GOING] [UPDATE SETIAP RABU] Ini tentang Adel, yang berkali-kali berkata akan move on dari Abi. Tetangga, sekaligus sahabat, dan cinta rahasianya selama ini. Tapi, setiap kali laki-laki itu tersenyum untuk Adel, lagi dan lagi hatinya jatuh. Ini t...