11. Abidel

707 111 264
                                    

"Lo daritadi ngeliat apa sih Del?" Kesyha menyambar hp yang sejak tadi menjadi pusat perhatian sahabatnya itu.

"Tanda-tanda gebetan belum move dari mantan." Baca Keysha dengan keras. "Lo daritadi sibuk lihat hp buat nyari kayak gini?"

Adel meringis malu. Suara Keysha barusan sama kerasnya dengan suara speaker saat upacara. Untung saja kelas sudah bubar sejak setengah jam yang lalu, dan hanya tinggal mereka berdua yang ada di sini. Keysha sedang menyalin catatan milik Adel, sedangkan Adel karena harus menunggu Abi terlebih dulu.

Tadi, cowok itu pamit mau main basket dulu dengan Haidar.

"Iya." Adel mengambil kembali hpnya lalu berganti membuka game bertani.

"Masih tentang Abi kan?" Keysha kembali melanjutkan menulis. Apalagi masih ada lima lembar catatan yang harus dia salin.

Adel mengangguk. "Gue kemarin nemu foto gitu di mobilnya Abi."

"Foto apa?" tanya Keysha tertarik.

"Foto mantannya dulu. Mantan pacar pertamanya Abi sih lebih tepatnya." Adel mengambil napas panjang lalu kembali bercerita. "Lo tahu kan Kak Laura?"

"Kak Laura yang itu?" Keysha membelalakkan mata kaget. "Tahu lah. Waktu dulu mereka jadian kan, gue shipper mereka. Mereka dulu cocok banget, kan, Del. Terus, mereka putus sebelum Kak Laura pindah? Eh... Atau karena Kak Laura pindah, jadi mereka putus?" lanjut Keysha menggebu-gebu.

"Gue nggak tahu. Abi nggak cerita kenapa dulu dia putus sama Laura. Pokoknya, sehabis putus dan Kak Laura pindah, Abi ngebuang semua barang-barang dari Kak Laura. Kaos, gantungan kunci, semuanya. Foto-fotonya juga dibakar sama Abi. Bahkan gue juga bantuin bakar."

Keysha meregangkan badannya lelah, lalu mulai memijat tangan kanannya. "Bisa aja kan tuh foto lupa dibakar sama Abi. Lagian Abi kayak remaja labil aja, putus terus semua dibakar."

"Ya kan dulu memang dia masih labil," bela Adel. "Terus, gue kemarin tanya langsung ke Abi, kalau cowok masih simpen foto mantan itu tandanya apa. Kata Abi, itu berarti si cowok emang nggak mau ngelupain mantannya." lanjut Adel dengan suara sedih.

Keysha menarik napas lelah. Menutup buku catatan yang sedang dia salin tadi, lalu membereskan peralatan menulisnya. "Gue nggak tahu, lo-nya yang kelewat bego sampai langsung tanya ke Abi. Atau Abinya yang kelewat nggak peka."

"Del, nyerah aja lah. Abi itu cuma ngelihat lo sebagai sahabat. Udah. Titik. Coba lo lihat lagi deh ke belakang. Mau lo usaha kayak gimana, akhirnya tetep sama kan? Abi jadiannya sama yang lain, bukan sama lo," kata Keysha lagi.

"Gue sudah berusaha nyerah, tapi gue nggak bisa Sha," ucap Adel dengan keras kepala.

Keysha mencengkram tali tasnya kuat, dia berdiri lalu memandang temannya itu dengan tajam. "Lo bukannya nggak bisa. Lo nggak mau buat nyerah," serang Keysha.

"Gue mau kok."

"Nggak."

"Gue mau Sha," kata Adel ngotot.

"Tangan gue kayaknya udah nggak cukup lagi Del buat ngitung berapa kali lo bilang mau move on atau bilang lo mau nyerah dari Abi." Keysha menunjukkan ke sepuluh jarinya di depan Adel.

"Pakai jari kaki sekalian Sha buat ngitung," canda Adel.

"Cariin gue golok, Del. Pingin gue tebas lo."

Adel mengangkat jarinya, membuat tanda V di udara. Perasaan kemarin dia deh yang marah-marah ke Keysha. Kenapa sekarang gantian Adel yang dimarahin mulu?

AbidelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang