chapter 3

48 6 0
                                    

AGNES pov.

"mantan tadi kesini? "

Aku membeku. Suara berat itu sangat familiar ditelingaku. Saat aku berbalik badan.

Kian. Batinku.

"huh! Iya! Masuk dulu kin!" kataku mempersilahkanya masuk. Aku akan menahan kekecewaanku padanya.

Kian pun melangkah masuk, dan duduk disofa ruang tengah. Aku kedapur untuk menaruh makanan yang diberi kak Hiba tadi.

Setelah itu, aku duduk disamping Kian. Kian melihatku tajam dengan mata elangnya, kemana mata teduhnya selama ini, aku melihatnya takut-takut, aku tak tau aku salah apa?

Hening sekitar 1 menit.

Aku dengar ia menghela nafas kasar.

"kenapa lo nggak bilang sama gue, kalo lo sakit perut? "tanyanya lembut.

"lo kan lagi didalem kelas, lagi pula si Genta juga tiba-tiba dateng didepan gue, gue aja ampe kaget!" jawabku jujur.

"kenapa bisa lo sakit perut? Parasaan ini bukan tanggal menstruasi lo deh? " tanya Kian lagi.

Yap! Saking dekatnya aku dengan Kian, Kian sampai hafal tanggal menstruasi ku, dan anehnya aku tidak malu. Aku rasa Kian itu terlalu perhatian. Uhhhh.

"ini juga gara-gara lo! Ngapain lo nyuruh Ade buat beliin gue makanan, lo tau nggak k--"

"nggak !"

Plak!

Aku geram dengan Kian, jadi aku pukul aja bagian belakang kepalanya.

Ia hanya meringis.

"Ja.ngan.di.po.tong ,gue belom selesai ngomong! Jadi gini dia beliin gue mie ayam cabenya 5 sendok, bayangin Kin! Oh My gosh! "

Aku hanya melihatnya masih serius menatapku, dengan wajah cengo nya, sangat jauh bila dibanding Genta yang tampan.

"lagian kenapa nggak lo aja yang kekelas gue, jadinya kan gue nggak bakal sakit perut! " ujarku ketus.

"sorry deh, nes! Gue tadi tu la--"

"lagi ngapelin Araca Gritya "

"ja.ngan.di.po.tong! " tiru Kian.

Haha, ini yang aku suka dari seorang cewek, si Kian mana berani mukul aku, Karna sekali kena pukulan Kian udah dipastiin aku nggak bakal inget nama-nama mantan aku yang bejibun itu. Bejibun? Baru satu keles!

"emang gue bener kan? "

"iyasih "

"huh! Segitu cantiknya ya, si Araca itu? "tanyaku dengan bibir dimajukan.

"enggak! Lebih cantikan lo kok! "balasnya sambil memainkan bibir bawahku dengan jari telunjuknya.

"2 tahun lebih gue denger gombalan lo yang receh, kenyang gue! Gue nggak mempan sama jurus lo yang itu, gue bukan ciwik-ciwik kurang belaian diluar sana yang lo kejer-kejer! " balasku.

"iyadeh, iya! "

Hening.

"lo ngobrol apa aja sama Genta? "tanyanya dengan wajah serius.

"buaaaanyakkk....." balasku dengan melebarkan tanganku hingga mengenai hidungnya.

Kian langsung menepis tanganku.

"ya apa aja, gue nanya? " tanyanya tak mau menyerah. Aku tau dia khawatir, pasalnya hubunganku dengan Genta tak berakhir baik dulu.

Aku tersenyum.

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang