chapter 38

20 3 0
                                    

"dan satu lagi.... "senyum jijik Kian terpampang diwajah tampanya

"lo nggak usah caper sama gue, mau lo ngerubah gaya lo atau nggak... Gue tetep risih sama sikap lo. Dimana Agnes yang dulu? Kenapa jadi Agnes yang kayak nggak punya harga diri? Asal lo tau! Awalnya gue marah sama lo cuma buat lo sadar sama sikap lo yang mau celakain Ara. Tapi makin kesini lo makin parah!" ucap Kian lagi.

"tapi kenapa lo diem aja waktu gue deketin lo? "tanya Agnes air matanya telah jatuh sedari tadi.

"karna gue pikir lo bakal sadar waktu gue diemin. Gue seneng waktu tadi pagi lo nggak ganggu gue, ehh.... Nggak taunya lo mau berbuat yang lebih licik! "

Agnes masih diam, ia enggan menatap wajah Kian yang sedang memandangnya penuh kebencian.

"ada tambahan dikit lagi nih... Anak haram nggak boleh deket lagi sama gue dan temen-temen gue. Awalnya gue tau lo anak haram, gue nggak permasalahin tapi... Kelakuan murahan lo yang bikin gue jijik liat lo "sentak Kian.

Dan kembali hati Agnes sangat sakit, sesakit-sakitnya. Air matanya juga sudah banyak yang tumpah.

"yaudah deh gue udah keluarin apa yang mau gue sampein sama lo! Gue pergi dulu yah! Pertahanin sikap lo yang ini, yang egois, yang seneng liat orang menderita, dan yang paling gue sesalin ke lo..... Lo dulu nggak mau jujur sama gue kalo lo itu anak haram! Jangan ganggu gue lagi dan gue dengan senang hati pergi dari hidup lo, BITCH "

Deg.

Setelah mengatakan itu Kian pun beranjak dari hadapan Agnes.

"gue udah bilang sama lo, lo nggak usah janji kalo lo nggak bisa nepatin janjinya. Pernah kan lo janji sama gue kalo lo nggak bakal ninggalin gue? "tanya Agnes pelan.

"gue dulu juga nggak tau kalo gue anak haram! "lanjut cicitnya.

Kian tak mendengar sama sekali, karna ia berjalan dengan cepatnya.

Dulu gue baik, tapi semenjak gue deket sama orang munafik, gue paham ternyata hidup itu butuh kelicikan. Batin Agnes.

---------------------------

"ngapain anda dikamar saya? "tanya Agnes dingin pada seorang wanita cantik yang tengah hamil tua itu.

Aneth berbalik saat ia mendengar suara putrinya, tanganya masih memegang sebuah kertas.

"nak kok kamu nggak ada bilang sama Mama kalo kamu dipanggil ke sekolah, ini sampai suratnya sebanyak ini! "tunjuk Aneth pada sekardus surat panggilan orang tua yang ia dapat dari kolong tempat tidur Agnes.

"emang apa peduli anda? "jawab Agnes ketus berjalan ke arah tempat tidurnya untuk membereskan surat-surat yang berceceran.

"sayang Mama ini Mama kamu loh! "ucap Aneth.

"anda bukan Mama saya! "

"kenapa kamu ngomong kayak gitu?! "bentak Aneth kesal.

"karna seorang Mama nggak akan mau anaknya diambil saat lahir nanti dengan orang lain! "

Deg.

"toh sekarang nggak ada yang mau kehadiran saya kan? Mama sama Papa nggak ada yang mau kana?! "lanjutnya sambil mulai menaruh kembali kardus itu.

Agnes lupa saat ia diajak Merliana untuk tinggal bersama nya, karna sungguh Agnes baru saja kecewa dengan Kian ditambah lagi dengan Mama nya. Melihat wajah Mama nya saja Agnes sangat muak karna ia menyesal telah dilahirkan oleh orang tak memiliki hati seperti Aneth.

"Agnes Mama selalu ngajak kamu untuk tinggal sama Mama dan om Dery, tapi kamu kan yang nggak mau! "ucap Aneth.

"yah tentu saya nggak mau saat saya tau anda hanya memanfaatkan saya untuk mengambil harta Aron itu, saat anda tau jika Aron tak diperbolehkan untuk menikah lagi dengan Merliana. Anda tau hanya saya pewaris satu-satunya ARDOLPH group! Benar begitu Mama? "tanya Agnes tersenyum kecut. Matanya telah memanas.

Deg.

Aneth shock, bagaimana putrinya bisa tau.

"saya tau dari Genta! "ucap Agnes seolah tau apa yang dipikirkan Aneth.

Yups... Genta mengajak Agnes ketemuan di pohon karna ia ingin memberitahukan rencana buruk Aneth pada Agnes. Karna Genta mendengar gumaman Aneth waktu ia tidur di rumah Papa nya –Dery–.

"anda bukan Mama saya! "ucap Agnes datar.

"jadi pergi anda dari sini! Anda sudah mendapatkan suami yang mencintai anda dan anak yang sedang anda kandung, pastikan hidup anak itu tak seperti saya. Suami anda juga sudah kaya harta, anda tak perlu memanfaatkan saya! Hidup saya sudah hancur, saya juga tak tau hancurnya dimulai dari kapan? Tapi yang jelas hidup saya tak pantas disebut hidup. Anda bisa pergi sekarang. "ucap Agnes mengalihkan pandanganya karna ia tak mau terlihat lemah dengan menangis didepan Mama nya.

Aneth pun juga begitu, ia juga mulai terisak.

"maaf nak "ucap Aneth.

"pergi! "usir Agnes.

"sayang! Nak Mama min- "Aneth hendak menyentuk bahu Agnes.

"PERGI!"

"tenyata selama ini kamu hanya memanfaatkan saya? Kamu tau kalau saya tak tinggal dengan dia? Iya kan?" tanya Agnes, mata nya telah gelap.

"PERGI! SAYA BILANG PERGI JALANG! SAYA BUKAN ANAK KAMU! "tangis nya pecah dengan menepis tangan Aneth.

Aneth tak ingin membuat Agnes lebih membencinya. Ia pun keluar dengan agak susah karna perutnya yang besar.

Agnes memandang punggung Mama nya yang hilang dibalik pintu. Tangisnya tak bisa ia hentikan, ia pun menjatuhkan tubuhnya ke kasur dengan posisi tengkurap masih dengan seragam sekolahnya.

"kenapa hidup gue kayak gini? Gue udah punya tekad buat selesain semua masalah gue. Tapi kenapa makin runyam? Dimana lagi tempat gue sandaran saat gue nangis kayak gini?... "tanyanya sendiri. Suaranya agak teredam karna bantal.

"AKHHHK! "erangnya menjambat rambutnya sendiri.

"BUNUH GUE! BUNUH GUE! Kenapa gue ngerasa bahagian cuma sebentar. Gue belom puas! Belom puas! "teriaknya kembali menangis seperti orang gila.

BITCH!

PEMBOHONG!

ANAK HARAM LO NES!!!!

"Akhhkk!!!!... gue pengen tenang! "pekiknya.













Gimana guy's?

Aku mau nanya! Kalian mau Cast nggak? Soalnya aku dilema!

Nanti kalo aku buat, imajinasi kalian hancur.

Kalo aku nggak buat. Apa kalian nggak penasaran.

Hadeuhhh! Kasih aku penerangan ya Allah.

#Max OR Genta.

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang