chapter 46 (special chap AGNES)

38 3 0
                                    

"Agnes! Kondisi kamu masih lemah. Kamu nggak boleh pergi! "cegah Aron.

Aron? Nggak salah tulis, Thor?

"Pa! Agnes kuat kok! Agnes kan anaknya Papa! "senyumnya.

"yakin? Kamu mau ke sana? "tanya Aron tak yakin dengan anaknya yang sedang sekarat ini.

"iya Pa! Malam ini bakal jadi malam terbaik aku. Karna apa? Karna aku bakal tampil malam ini Pa! Papa do'a in Agnes yah? "mohon Agnes bersandar di kasur.

"pasti Papa do'a in kamu, sayang? "Aron menjawab langsung memeluk sayang putrinya ini.

Aron mengurai peluakan, dan menangkup wajah Agnes.

"habis ini. Kamu harus tepatin janji kamu, soal kamu bakal tinggal sama Papa dan nenek di Spanyol sana "tagih Aron.

"pasti dong, Papa ku sayang! "

Aron tersenyum tampan, ia mencium kening Agnes. Agnes tersenyum lebar.

"WOY! WOY BANGUN WOY! BANGUN! "teriak Jefri tepat ditelinga Agnes.

Agnes langsung bangkit dari sofa ruang Padus. Ia mengerjapkan matanya, lalu menghela nafas kasar. Dan menatap Jefri tajam.

"lo nggak bisa liat orang seneng yah? "ketus Agnes mengucek-ngucek matanya.

"lagian lo tidur kok senyum-senyum, gue kan takut kalo lo kerasukan hantu ruang Padus yang nggak bisa jadi artis. Mangkanya gue bangunin. Lagian gue juga disuruh ibu Julita buat bangunin lo, beliau lagi ngelatih anak VG sama Padus lain. Acaranya dimulai nanti jam 7. Siap-siap aja. Yang lain juga lagi siap-siap! Yaudahlah yah! Gue mau urus yang lain. "pamit Jefri setelah menceramahi Agnes.

"hm "

Saat sudah selesai latihan yang ke-9 kali dalam sehari ini. Agnes kelelahan, dan ia pun tertidur di sofa Padus, sedangkan yang lainya sedang latihan di panggung sebelum acara Prom night dimulai.

Agnes merutuki Jefri karna telah membangunkanya dari mimpi indah. Sebenci-bencinya Agnes kepada kedua orang tuanya, Agnes tetap sayang. Namanya juga orang tua. Tanpa Ovumnya Aneth dan Sperma nya Aron, Agnes tak kan melihat indahnya dunia sekarang ini.

Agnes tertawa sendiri mengingat mimpinya. Ingin sekali ia tak akan bangun tadi. Tapi.. Kembali pada Jefri laknat itu.

Agnes melirik jam ruang Padus, pukul 5 sore. Masih ada waktu 2 jam. Agnes akan jalan-jalan sebentar. Ia melangkahkan kakinya keluar ruangan. 

Kaki jenjangnya menelusuri lorong yang agak ramai, karna ada anak-anak panitia acara, maupun anak-anak yang ikut berpartisipasi untuk acara malam nanti –termasuk dirinya–, mereka rela bersiap di sekolah untuk acaranya, karna memang sekolah mereka itu Elit dan ada kok ruang make up nya.

Sedangkan siswa dan siswi yang lainnya masih dirumah mereka masing-masing untuk bersiap.

Mata Agnes menagkap Reni didepan, yang berlawanan arah dengannya.

"hai, Ren! "sapa Agnes.

Reni tersenyum heran.

Agnes menyapanya?

"iya, ada apa Nes? "

"eh-nggak ada kok! Btw lo mau nyumbang apa untuk acara malam nanti? "basa-basin Agnes. Mumpung moodnya bagus.

"gue cuma nyumbangin instruments lagu sama anak Music lainnya" jawab Reni.

Agnes mengut-mangut. Lalu tak lama menatap Reni menggoda.

"Btw-otw-busway nih yah! Gue denger-denger lo udah jadian sama Lardo yah? "tanya Agnes.

Gadis berkepang itu tersenyum malu-malu.

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang