chapter 8

28 5 0
                                    

Spanyol, 13.00 pm.

"Mama mau liat cucu mama! "kata seorang wanita berumur sekitar 70 tahun.

"ma! Udahlah nggak usah perduliin mereka, aku juga sering kirimin mereka uang! "jawab Aron masih duduk dibangku kebesaranya.

"heh! Mama nggak perduli sama perlakuan kamu ke mereka, Mama cuma mau ketemu sama cucu pertama Mama! "ucapnya mulai kesal kepada putra semata wayangnya.

"tapi ma-"

"liat kamu sekarang! Mama yakin tuhan pasti ngasih Karma ke kamu sekarang! "potongnya.

"Ma! Aku nggak punya anak sampai sekarang enggak ada hubunganya sama mereka! "jawabnya mulai habis kesabaran.

"enggak! Mama yakin ini Karma buat kamu! Karna kamu seenaknya aja ninggalin anak kamu! Mama cuma perduli sama cucu Mama, Mama nggak perduli sama Aneth! Toh Aneth sekarang juga udah punya keluarga baru kan? Kasihan anak kamu, jadi anak tiri disana! Ambil anak kamu, Ron! "perintahnya.

"tapi dia bukan anak aku, Ma! "jawabnya masih tidak mau menuruti perintah Mamanya.

"tapi dia darah daging kamu! "jawab Merliana mulai terdengar lembut.

Aron diam, ia mulai mengingat kejadian 17 tahun yang lalu. Itu juga salah Mamanya yang teramat ingin cucu, saat umur Aron baru 20 tahun.

"nanti aku akan mempertemukan kalian berdua! "jawab Aron pasrah, jujur ia juga ingin menemui buah hatinya.

Merliana tersenyum kemenangan.

"lakukan apa yang Mama mau, sebelum Mama pergi! "tuturnya mulai melangkah pergi dari kantor besar anaknya yang ada di Spanyol.

Aron mulai menelpon seseorang untuk bertemu dengan nya dan Mamanya.

------------------

Indonesia. 20:35 WIB.

Inilah hari yang ditunggu-tunggu Agnes, pasalnya Papa dan neneknya ingin menjenguknya.

Agnes sangat rindu dengan Papanya, meskipun terbesit kebencian karna Papanya meninggalkanya dulu. Biar Agnes ingat-ingat kapan terakhir ia bertemu Papanya mungkin sekitar 3 tahun yang lalu, saat orang tuanya memilih untuk bercerai mungkin.

Agnes menunggu Papa dan neneknya disebuah Cafe ternama ibukota.

"sudah lama menunggu sayang? "suara seorang wanita paruh baya menyadarkan Agnes dari lamunanya.

Agnes diam memandang wanita bergaya modis diumurnya yang sudah memasuki kata tua, dibelakangnya diikuti lelaki bule tampan memakai tuxedo biru tua.

Merliana langsung berhabur memeluk erat sang cucu, Agnes membalas pelukan itu tak kalah erat. Agnes ingin memeluk sang Papa tapi Aron sudah mengambil tempat duduk dikursi.

Ketiga orang itu duduk dimeja karna mejanya melingkar.

"apa sudah lama? "tanya Merliana sekali lagi.

"ngg-nggak kok.......nek? "jawabnya dengan nada bertanya.

Merliana tersenyum.

"jangan gugup seperti itu, sayang! "jawab Merliana.

"maaf nek! Soalnya Agnes baru pertama kali ketemu nenek!" jawab Agnes masih dengan kegugupanya.

"jadi nama kamu Agnes? "tanya Merliana.

Agnes mengangguk dan tersenyum, ternyata neneknya adalah sosok yang hangat.

"oyah! Gini bukanya nenek bertindak semau nenek, tapi tujuan nenek kesini untuk... "Merliana terlihat ragu untuk mengatakanya.

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang