chapter 2

53 7 0
                                    

Pagi ini Agnes di jemput oleh sopir pribadinya siapa lagi kalo buka Kian.

Seperti biasa Agnes selalu memeluk Kian dari belakang, hingga sampai di sekolah, banyak pasang mata yang sedang memperhatikan mereka, tapi kedua remaja itu sudah biasa menjadi perhatian. Ada yang bilang :

Mereka berdua itu pacaran.

Mereka itu sahabatan tapi pacaran.

Mereka sahabatan kok mesra bingit yah?

Mereka sodara yang baru ketemu kali.

Mereka berdua kurang belaian kali.

Mereka udah 2 tahun deket njir!

Dsb.

"gue ke kelas dulu ya, Kin? " kata Agnes saat sudah turun dari motor Kian.

"yo'i, nanti istirahat gue jemput dikelas, jangan kemana-mana!"

"iya, emang gue mau kemana coba!"

"yaudahlah pegi sono! "usir Kian terang-terangan.

Agnes membesarkan lubang hidungnya dan menipiskan bibirnya, mencoba memberi ekspresi paling bodoh untuk mengejek Kian. Tapi yang ada Kian malah terkekeh.

Tak perduli dengan kekehan Kian, ada hal penting yang harus ia kerjakan di kelas.

Agnes pun berlari meninggalkan Kian yang sedang nongkrong di parkiran sambil menunggu teman sekelasnya Kian yang juga teman Agnes. Prinsip mereka berdua adalah "punyaku, punyamu" itulah mereka.

Saat sudah sampai dikelas, suasana kelas sepi karna masih terlalu pagi.

Agnes langsung mengeluarkan buku dan penanya, lalu diam ditempat, sambil liat kanan kiri kosong hanya ia sendiri, ngapain? Yah, nunggu contekan lah.

Reni mana sih, nggak tau orang lagi butuh!. Batinya.

Agnes orang yang susah untuk bergaul, selain Kian sahabat dekat Agnes, Agnes hanya punya 1 sahabat di kelas yaitu Reni, teman sebangkunya.

Jujur Agnes benci berteman dengan perempuan, Ada tujuan tertentu Agnes mau berteman dengan Reni, lagi pula Reni anaknya tidak banyak omong. Simple lah, pikir Agnes.

Dari pintu masuklah seorang anak gadis berkaca mata dan rambut berkepang, terihat sekali kampunganya.

"RENI! "teriak Agnes.

Reni mengangguk, mendekati gadis berkuncir kuda, yang sedang duduk disebelah bangkunya.

"ini " kata Reni saat ia sudah duduk dibangku sebelah Agnes.

Bangku mereka urutan ke dua paling pinggir dekat jendela, tapi Agnes yang paling pinggir, karna Reni sering maju ke depan, Agnes tak mau minggir-minggir kalo Reni mau lewat.

"tau ae lo, makin sayang dechh! " kata Agnes penuh kebullshitan.

Tanpa babibuta lagi, Agnes langsung mengambil, membuka, dan menyalin PR Matematika tsb.

Siswa siswi lain mulai berdatangan, kebanyakan melakukan apa yang Agnes lakukan, tapi yang mau menconteki mereka tidak seperti Reni yang tanpa pamri. Tapi, mereka minta imbalan bermacam-macam.

Agnes dan Reni saling diam, Agnes sibuk menyalin PR, sedangkan Reni mempelajari bab yang akan dipelajari selanjutnya. Sungguh bagai Air dan Minyak. Kok kesono sih?

Lonceng pun berbunyi, untung Agnes tadi sarapan Energen, jadi banyak energi untuk mencatat PR. Begitupun siswa yang lainya.

Pak Karim pun masuk untuk mengecek PR para murid, meskipun beliau tau hanya sebagian yang jujur.

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang