22

379 15 0
                                    

Ting tung ... nomor antrean A12, menuju ke customer service 3.

"Selamat siang, dengan saya Lina. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Lina menyambut customernya siang ini.

Aku berada di belakangnya, mendampingi. Dia karyawan baru.

"Bisa dibantu, Dek?" tanya Lina ramah.

Hatiku bertanya-tanya. Lumayan berdegup kaget. Batinku menyulut kegelian.

Customer ternyata masih remaja. Entah, umur berapa dia? Masih berseragam sepertinya. Kulirik tajam ke logo di bet bajunya. "Astaghfirullah! Masih SMP?" kejutku dalam hati.

Kucubit pelan Lina. Memberinya kode, mungkin saja customer ini masih di bawah umur.

"KTP, KTP!" bisikku lirih di belakang stafku ini.

"Mmm ... Adek bisa menunjukkan KTP?" pelan Lina.

"KTP?"

"Iya, Dek, KTP. Kartu tanda penduduk," jelasnya.

Si anak ini malah cengengesan sambil mengusap ingusnya. "Halah, Mbak! Nggak usah pakek KTP. Saya bawa kartu pelajar kan bisa, Mbak?" paksanya.

"Sebentar, Adek ini bisa dibantu kenapa ya?" tanya Lina menggali informasi lebih lanjut.

"Mau daftar jadi anggota KDS, Mbak. Katanya KDS ini melayani pencarian pacar ya, Mbak?"

Aku kaget. Si Lina menoleh ke arahku.

"Bagaimana ini, Pak?"

"Mmm ... cek dulu tanggal lahirnya!" pintaku.

Dihitung Lina, usia customer yang datang siang-siang ini ternyata masih belum utuh 17 tahun, melainkan masih 16 tahun.

"Maaf Dek, ketentuan member KDS minimal berumur 17 tahun dan harus mempunyai KTP," jelasku mengambil alih penjelasan Lina.

"Oala, Mas. Ayolah! Saya sudah 17 tahun kok. Lahir tahun 1996 dan sekarang tahun 2013. 2013 dikurangi 1996 kan 17, Mas? Jangan berbohong pada pelanggan loh, Mas. Nanti nggak laku toko ini, Mas," polosnya membuatku tertahak-tahak.

"Uwaduh!" pikirku.

"Ini anak kok malah ngeyel?!" ucapku lagi dalam pikiran.

"Iya betul, Dek. Memang berdasarkan hitungan tahun sudah 17, namun jika dihitung dari bulannya, Adek ini masih belum penuh 17 tahun. Atau istilahnya 17 tahun kurang beberapa bulan. Dan syarat utama mendaftar menjadi member Klinik Doi Syariah harus membawa KTP asli sebagai pertanda bahwa konsumen sudah cukup umur atau dewasa," terangku sembari mengelus dada.

"Bagaimana ini, Pak?" Lina menjawelku.

"Sebentar, kutanya lagi saja apa kemauan anak ini sebenarnya," pelanku.

Aku pun membawa anak ini pindah ke meja paling pojok. Biar lebih privasi dan si Lina juga bisa melayani customer lain.

"Dek, Adek ini sebenarnya tujuan ke sini mau apa sih?"

"Adek???" responnya cepat.

"Jangan panggil saya Adek, Mas! Saya ini sudah dewasa. Kok malah dipanggil Adek terus sejak tadi? Panggil saja Mas gitu dong," jawabnya membuat jantungku meleleh.

"Uwaduh?!" Aku mengelap kening yang mulai basah keringat.

"Tujuan saya kesini untuk mencari pacar, Mas. Tolong carikan saya pacar ya, Mas. Yang cantik kalau bisa," ucapnya terang-terangan. Suaranya kencang. Gerombolan ibu-ibu di kursi tunggu yang juga mencari jodoh menoleh semua ke arahku.

Aku jadi malu. Malu pada diriku sendiri. Bocah belum sunat ini saja sudah berani berusaha mencari belahan hatinya. Sedangkan diriku? Berusaha mencari wanita salehah untuk menikah saja enggan. Oala. Tragis.

Ratu Balqis Tidak BerjilbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang