"I will never be good enough for anyone. That's all."
🌿🌿🌿
"Aku tidak akan pernah cukup baik untuk siapa pun. Itu saja."
Lagi-lagi kalimat itu keluar dari bibir manisnya. Aku hanya mampu duduk disampingnya, mendengarkan setiap kalimat yang dia ucapkan. Tanpa menjawab, tanpa menginterupsi.
Ku pikir aku sudah cukup baik untuknya dengan hanya duduk diam mendengarkan.
Tapi ternyata aku salah. Dia masih menganggap bahwa dirinya bukanlah sosok yang baik bagi semua orang.Ingin rasanya aku berteriak padanya, memberitahunya bahwa, dia sudah cukup baik untuk semua orang. Bahkan untuk diriku.
"Jimin..." panggilku. Ia mengalihkan pandangannya dan menatapku. Menunggu kalimat yang akan keluar dari bibirku.
"Jika kau merasa tidak cukup baik untuk siapapun. Lalu, bagaimana dengan ku?" Aku menatapnya. Mencari jawaban yang mungkin akan keluar dari bibir manisnya.
"Aku bahkan tidak memiliki siapapun disini. Aku sendiri. Aku hanya mengenalmu. Tidak ada yang lain selain dirimu." Lanjutku.
"Aku bahkan tidak tahu, apakah aku sudah cukup baik untuk orang lain. Atau bahkan, sudah cukup baikkah aku untuk mu?"
Aku berpaling, memilih menundukkan kepalaku, menahan bulir airmata yang siap jatuh kapan saja.
Aku tidak ingin ia melihatku menangis. Menahan rasa sakit yang ada. Rasa sakit yang tercipta entah sejak kapan.
"Kau sudah cukup baik Jimin..."
"Bahkan, untukku."
"Jadi, bisakah kau hilangkan semua pikiran negatif mu?" Ia hanya terdiam. Mengatupkan kedua bibirnya rapat.
Aku mendengar desahan berat nafas yang dikeluarkan oleh Jimin.
"Aku sudah menyakitinya." Ucapnya pada akhirnya.
"Setidaknya kau masih punya kesempatan untuk memperbaikinya." Ujarku.
"Kau masih bisa merubah dirimu menjadi orang yang cukup baik untuknya." Setetes airmata ku jatuh tanpa sepengetahuannya.
Aku benar-benar tidak ingin ia melihatku menangis.
"Apa aku benar-benar bisa?" Aku mengangguk perlahan, meskipun ku tahu ia tidak akan melihatnya.
"Ya, kau bisa. Pasti. Percayalah padaku. Kau akan mampu menjadi seseorang yang baik untuknya. Kau bahkan sudah cukup baik untuk ku. Sudah pasti kau juga bisa menjadi orang yang baik untuknya." Aku terus meyakinkan dirinya.
"Pulanglah, temui istri dan anakmu. Mereka menunggu suami dan ayahnya..." aku terdiam sejenak, sebelum melanjutkan.
Aku menarik nafas dalam dan mengeluarkannya agar sesak yang hinggap didalam dada sedikit menguar.
"Anggap hubungan ini tidak pernah terjadi. Dan apa yang sudah kita lakukan malam ini, diranjang ini adalah yang terakhir."
"Aku mencintaimu, sungguh. Tapi, aku tidak ingin merusak rumah tanggamu lebih jauh lagi, Jimin... pulanglah."
~fin~
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Days Of Flash Fiction : 7 ✔
De TodoSetiap manusia memiliki kisahnya masing-masing. Layaknya sebuah diary yang menampung setiap cerita dari sang empunya disetiap harinya. (Challenge: 25 Days Of Flash Fiction) Start: 24 Desember 2017 End : 18 Januari 2018 Highest rank: 27052019 #1 25d...