10 [PJM]

99 12 7
                                    

"I'll cry for you and you will laugh for both of us, okay?"

🌿🌿🌿

Aku melangkah menuju sebuah meja diujung sebuah caffe yang tengah di tempati oleh seorang gadis yang sibuk memandang benda persegi yang ada di tangannya.

Chu~

"Hay sayang, kau menunggu lama?" Tanya ku ketika berhasil membuatnya terkejut dengan kecupan ku di pipinya.

"Apa kau tidak lihat ada sarang burung di kepala ku saat ini? Bahkan dia sudah sempat menetaskan telurnya dan anak-anaknya sudah bisa terbang sekarang." Sungutnya.
Aku tertawa melihatnya merajuk.

"Maafkan aku baby, tapi sungguh tadi aku benar-benar kesulitan untuk keluar. Membutuhkan beberapa alasan dan rayuan agar aku bisa pergi." Dia terdiam menatapku dengan tatapan yang benar-benar tak dapat ku artikan.

"Apa sesulit itu, Jimin?" Aku menatapnya dengan penuh tanya.

"Apa sesulit itu untuk bertemu denganku barang 5 menit saja?" Aku termenung mendengar kalimatnya yang terdengar sedih ditelingaku.

Oh tidak-tidak, jangan bersuara seperti itu Yoorin...

"Yoorin, dengarkan aku." Ia menatapku dengan tatapan sedihnya. Melihatnya seperti itu ingin sekali rasanya ku tarik ia masuk kedalam dekapanku. Aku benar-benar tidak ingin melihatnya sedih seperti ini.

"Apapun akan ku lakukan untuk bisa bertemu dengan mu. Sekalipun aku akan mengalami sedikit kesulitan tapi, aku akan tetap berusaha untuk bisa bertemu denganmu. Hm?" Aku mengusap pipinya lembut.

"Sampai kapan kita akan seperti ini Jimin?"

"Apa kau ingin menunggu sedikit lagi?" Dia terdiam.

"Bersabarlah sedikit lagi sampai tiba saatnya, aku akan menangis untuk mu dan kau akan tertawa untuk kita berdua, oke?" Aku tersenyum padanya, sedikit meyakinkannya hingga ia mengangguk setuju.

"Aku sedang mengumpulkan beberapa file dan bukti-bukti untuk bisa memperkuat diriku dihadapan pengadilan. Dan agar bisa meyakinkan bahwa aku bukan orang yang bersalah disini." Ucapku padanya.

"Benarkah?" Ia terlihat sedikit tertarik dengan ucapanku. Aku mengangguk mengiyakan.

"Kau tahu? Aku benar-benar muak dengan segala tingkah lakunya." Keluh ku.

"Tapi, kau masih saja memberinya alasan dan rayuan agar kau bisa keluar." Protesnya. Aku tersenyum melihatnya.

"Tentu saja aku harus begitu sayang. Kalau tidak begitu, nanti semua rencana kita bisa gagal, dan aku tidak akan bisa lepas darinya. Kau ingin begitu, hm?" Ia mencebik mendengar perkataanku dan menggeleng lemah.

"Jadi, kapan rencananya kau akan menceraikan istri mu itu?"

"Nanti, sebentar lagi. Ketika aku sudah mendapatkan banyak bukti kuat kalau dia juga tengah berselingkuh dibelakangku."

~fin~

25 Days Of Flash Fiction : 7 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang