"Aku memang dirimu. Namun bukan bagian terlemahmu."
🌿🌿🌿
Aku terdiam menatap tubuh yang terbujur kaku diatas ranjang rumah sakit Seoul. Terdiam tak mampu mengucap kata-kata.
Ku lihat Eleana tengah menangis meraung-raung disisi kanan tubuh kaku itu. Ibu mencoba menenangkannya, padahal ia sendiri juga tengah menangis pilu.Aku tertawa sinis menatap tubuh kaku yang tengah ditangisi dua orang yang ku sayang.
"Kau puas? Membuat mereka menangis pilu seperti itu? Apa itu yang kau mau?" Tanyaku.
Beberapa dokter dan perawat tengah menutup seluruh tubuh itu dengan selimut. Membereskan beberapa alat yang sempat menjadi alat untuk membuatnya bertahan hidup.
"Kenapa kau tinggalkan aku? Kenapa?!" Tangis histeris dari bibir Eleana terus menggema di ruangan.
"Sudah Eleana, sudah. Biarkan ia tenang disana." Ibu terus mencoba menenangkan Eleana, yang bahkan dapat aku pastikan bahwa apa yang dirasakan ibu juga sama seperti apa yang tengah dirasakan oleh Eleana.
"Bisakah kalian berhenti menangis? Dia tidak pantas untuk ditangisi kau tahu?! Simpan semua airmata kalian! Dia memang sudah pantas untuk mati!" Teriak ku pada mereka. Aku benar-benar frustasi dibuatnya.
"Aku mohon jangan tinggalkan aku, aku tidak akan membuatmu marah lagi, aku tidak akan membantah setiap perkataanmu lagi, apapun akan ku lakukan untukmu, hiks... jadi ku mohon kembalilah pada ku, ku mohon..." ucapan itu, kalimat yang keluar dari bibir Eleana, berhasil membuat ku menitikkan airmata.
Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?
Aku menunduk membiarkan airmata terus mengalir, lalu jatuh ke lantai rumah sakit yang dingin. Aku benar-benar tidak kuasa menahan isakan ku ketika mendengar suara tangis pilu yang keluar dari bibir Eleana.
"Ku mohon, jangan menangis El. Ku mohon, hiks... itu akan membuat hati ku sakit..." aku terus menangis mendengar setiap kalimat ratapan pilu yang keluar dari bibir Eleana.
Apa yang harus aku lakukan?
▫▫▫
Aku tengah berdiri disamping mayat yang tengah disiapkan untuk dimasukkan ke dalam peti, ketika ada sosok lain tengah berdiri tepat disamping kiriku.
Aku menatap kearahnya dengan tatapan bertanya-tanya.
"Oh hai, kenalkan aku Jeon Jungkook." Ucapnya ketika menyadari tatapan ku yang seakan bertanya, 'kau ini siapa?'. Lagi, aku menatapnya bingung ketika ia memperkenalkan dirinya tiba-tiba.
"Ada pesan-pesan yang ingin kau sampaikan sebelum tubuhmu di kremasi?" Tanyanya dengan cengiran diwajah tampannya.
Aku kembali menatap tubuh kaku yang kini telah terbaring didalam peti kayu.
"Mungkin aku hanya bisa bilang pada tubuhku yang sudah mendingin disana bahwa, aku memang dirinya. Namun bukan bagian terlemahnya." Ucapku sesaat peti itu mulai dimasukkan ke dalam ruang untuk di kremasi.
Dan laki-laki disebelahku yang mengaku bernama Jungkook itu kembali bersuara.
"Ngomong-ngomong, kau mati kenapa? Kalau aku mati karena kecelakaan motor. Dan mayat ku baru saja di kremasi. Ayo kita pergi sama-sama." Aku mengangguk setuju."Setidaknya aku tidak berjalan sendirian untuk pergi dari sini." Ucapnya ketika kami mulai melangkah meninggalkan tempat kremasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Days Of Flash Fiction : 7 ✔
RandomSetiap manusia memiliki kisahnya masing-masing. Layaknya sebuah diary yang menampung setiap cerita dari sang empunya disetiap harinya. (Challenge: 25 Days Of Flash Fiction) Start: 24 Desember 2017 End : 18 Januari 2018 Highest rank: 27052019 #1 25d...