24 [KNJ]

102 14 2
                                    

“Lidah itu mendecak, berkata bahwa aku sudah menjadi lebih baik dari hari kemarin.”

🌿🌿🌿

Aku melangkah dengan santai. Sesekali senyum ku terukir di wajahku ketika ingatan manis itu kembali terputar pada otakku.
Setidaknya kini beban berat diatas pundakku telah hilang. Dan aku dapat bernafas dengan lancar mulai sekarang.

Mataku mulai mengedar mencari sosok yang telah menungguku ketika aku memasuki sebuah caffe yang ada dipinggir kota.
Aku tersenyum ketika mataku menangkkap sosok itu. Dia tengah duduk santai dengan tangan yang terlihat sibuk menyentuh layar ponsel pintarnya.

"Apa aku terlalu lama?" Tanyaku saat sudah ada dihadapannya.

"Ah, tidak. Duduklah." Pria itu tengah tersenyum saat aku mulai menjatuhkan tubuhku di tempat duduk tepat dihadapannya.

Pria itu bernama Kim Namjoon, teman yang selalu berada disisiku saat aku mulai terpuruk, lelah menghadapi semua masalah yang menimpaku kemarin. Terkadang aku berpikir, kenapa ia mau melakukan hal sejauh itu hanya untukku? Padahal kami baru kenal saat masalahku baru dimulai. Kami bertemu ditempat yang sama untuk orang yang berbeda. Tapi, tentu saja kejadian yang kami lihat sama-sama melibatkan kami berdua. Dan sejak saat itu dia telah berdiri disampingku hingga sekarang.

"Aku bahagia kau sudah terlepas dari dia." Suara Namjoon memecah keheningan yang sempat terjadi.

"Aku tidak percaya ini semua akan terjadi padaku. Ku pikir dia benar-benar setia padaku. Tapi ternyata..." aku tersenyum menahan sakit hati yang terkadang masih terasa.

"Aku saja menyesal sempat menjalin hubungan dengannya sebelum ia mencampakkan ku." Aku ikut tersenyum saat melihat Namjoon menyunggingkan senyumannya hingga dua dimple di kedua pipinya nampak begitu saja.

"Ternyata benar apa kata orang-orang." Sambungnya. Aku masih terdiam menunggu kalimat selanjutnya.

"Orang yang buruk akan mendapatkan yang buruk juga. Begitupun sebaliknya." Aku hanya mengangguk kecil menanggapi ucapan Namjoon barusan.

"Walaupun, bukan berarti kita lebih baik dari mereka tentunya." Sahutku.

"Yah, setidaknya aku sudah menjadi lebih baik dari hari kemarin." Sahutnya sembari mengendikkan kedua bahunya acuh.

"Namjoon..." panggilku. Ia mendongak menatapku. Menjeda sejenak saat pelayan mengantarkan pesananku.

"Kenapa kau lakukan itu padaku kemarin? Padahal jelas-jelas suami ku telah berselingkuh dengan kekasihmu. Tapi, kenapa kau masih mau membantuku?" Tanyaku penasaran saat pelayan tadi telah pergi meninggalkan kami.

"Yah, karena aku hanya ingin membantu. Lagipula aku tidak suka jika seorang lelaki tega menyakiti wanitanya hanya karena ada wanita lain dihidupnya. Aku sangat membenci itu. Dan kau tahu? Aku melakukan itu bukan hanya sekedar aku ingin melakukannya, tapi ada alasan lain yang membuatku sangat ingin melindungimu." Namjoon menatapku serius. Mataku seolah terkunci ke dalam manik matanya dengan sejuta pesonanya.

Aku masih terdiam menanti setiap kalimat yang siap ia lontarkan dari bibirnya.
"Jika aku bilang, karena aku mencintaimu, apa kau percaya?"

"A-apa?! Namjoon jangan bercanda!"

"Aku tidak bercanda. Kau pikir aku mau menerima permainanmu untuk menjadi selingkuhan palsumu itu karena apa?!"

"Percaya padaku, aku mencintaimu sejak pertama aku melihatmu saat itu. Bahkan aku mencintaimu lebih dari rasa cinta si keparat Jimin itu padamu. Bahkan cintaku padamu lebih besar daripada cintaku pada Yerin, wanita yang telah merebut suamimu."

"Namjoon..."

"Aku benar-benar mencintaimu..."

"Hyerim. Sungguh."

~fin~

25 Days Of Flash Fiction : 7 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang