06 [KTH]

131 16 5
                                    

"Suatu saat, aku berharap bertetangga bersama sahabatku. Jadi ketika aku memiliki anak-anak, anak-anakku pun bersahabat dengan anak sahabatku."

🌿🌿🌿

"Hey, apa yang kau lamunkan, hm?" Dapat ku rasakan pelukan hangat dari belakang tengah mengurungku dikedua lengan kekarnya, saat aku berdiri menghadap jendela kaca di kamar kami.

Aku tersenyum ketika ia menyusupkan kepalanya dan menciumi leherku.

"Aku tidak melamunkan apapun Tae." Sahutku lembut.

"Hujannya sepertinya akan awet." Aku hanya bergumam menanggapi ucapannya.

"Malam ini terasa dingin. Apa yang harus kita lakukan jika cuacanya seperti ini?" Lanjutnya.
Aku hanya terkekeh pelan mendengar pertanyaannya.

"Tidur dengan ditemani selimut tebal tentu saja. Apa lagi?" Jawabku. Ia mendengus pelan dan kembali mencium leherku lembut. Dan hal itu sukses membuat tubuhku meremang.

"Apa kau tidak ingin melakukan sesuatu?" Godanya yang langsung ku jawab dengan gelengan kepala.

"Tidak ada..."

"Kalau hujan begini lebih enak jika kita tidur cepat dan bergelung dengan mimpi indah ditemani selimut tebal nan hangat." Jawabku sembari terkekeh pelan.

"Kau benar-benar pintar menggodaku nyonya Kim." Aku tersenyum memdengarnya memanggil nama ku dengan marganya.

"Tae..." panggilku yang hanya dijawab dengan gumam olehnya.

"Kau tahu? Dulu ketika aku masih duduk dibangku SMA, ada satu hal yang benar-benar ku inginkan."

"Benarkah?" Jawabnya.

"Apa itu?" Ia mengeratkan pelukannya padaku. Membuatku merasa nyaman dan tenang disana.

Jantungku terus berdetak tidak karuan. Dia benar-benar tahu bagaimana cara membuatku jatuh kedalam pelukannya.

"Dulu aku pernah berpikir..." aku diam sejenak sebelum kembali bersuara.

"Suatu saat, aku berharap bertetangga bersama sahabatku. Jadi ketika aku memiliki anak-anak, anak-anakku pun bersahabat dengan anak sahabatku." Aku lantas terdiam setelah kalimat itu keluar dari bibirku.

Tae kembali mencium leherku. Mengeratkan pelukannya padaku.

"Apa aku bisa melakukan hal itu Tae?"

"Entahlah..." jawabnya lembut.

Untuk beberapa saat kami hanya terdiam. Menikmati waktu yang terus bergulir. Membiarkan kami menikmati semilir udara dingin yang masuk melalui ventilasi udara. Saling menyalurkan kehangatan.

"Apa kau bahagia Tae?" Tanya ku lagi memecah keheningan yang tercipta.

Ia terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaanku.
"Tentu saja. Aku sungguh bahagia..."

"Terlebih, aku bisa menikahi kekasihku sejak SMA. Gadis yang benar-benar aku cintai sejak dulu hingga sekarang. Bukan karena paksaan." Jawabannya sungguh membuatku tersenyum.

"Apa kau menyesal menikah dengan ku?" Tanyanya padaku.

Aku terdiam.

Menyesalkah aku?

"Tidak. Aku tidak menyesal. Hanya saja, tidak pernah terpikirkan olehku bahwa aku akan menikah denganmu..."


"Suami dari sahabatku sendiri."

~fin~

25 Days Of Flash Fiction : 7 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang